Don Trammell Terpesona dengan Ritual Puasa dan Shalat

“Perjalananku menuju Islam cukup berbelit. Namun, pada akhirnya, itu membawaku pada penantian kasih sayang Allah,” ujar Don Trammell, memulai kisahnya menuju hidayah.

Perjalanan Don hingga memeluk Islam membutuhkan waktu yang tak singkat. Prosesnya cukup panjang dengan awal mula ketika ia bertugas di Kairo, Mesir. Di sana, Don mendapat banyak teman Muslim yang membantunya hingga akhirnya melabuhkan hatinya pada Islam.

Namun, sebenarnya, kontak Jon dengan Islam kali pertama telah terjadi sebelum ia pindah ke Negeri Piramida. Saat itu, Don tengah bekerja di Finlandia, sekitar 1999. Ketika bekerja di sebuah perusahaan software di sana, ia bertemu dengan seorang wanita Mesir. Keduanya berkenalan lewat chat dan memiliki keperluan diskusi membahas mengenai teknologi nirkabel.

Selama membahas teknologi nirkabel, Don banyak menyela diskusi mengenai agama. Ia bertanya banyak hal mengenai agama yang dianut wanita Mesir itu, Islam.

“Sepanjang percakapan kami, aku bertanya lebih banyak tentang Islam dan mengapa ia percaya dengan apa yang dia yakini. Dia sangat sabar dan sangat baik menjelaskan Islam kepada saya,” ujar Don, dikutip OnIslam.

Sejak kecil, Don tumbuh besar dengan pendidikan agama yang minim. Ia beragama, namun tak mendalami keimanannya pada Tuhan. Namun, sang ibu mendidiknya dengan sangat baik serta mengajarkannya hal-hal luhur. Keingintahuan Don pada Islam dalam rangka pencarian Tuhan di hatinya. Ia mencari makna sejati kehidupan yang sebenarnya.

“Aku percaya pada Tuhan, tapi aku tak meyakini Dia sebagai pencipta dan pengatur takdir saya. Aku merasa di tanganku sendirilah putusan nasib. Dengan kata lain, bisa dikatakan aku hidup dengan membuat aturanku sendiri,” tuturnya.

Perjalanan menuju hidayah kemudian dimulai. Don menjalin kerja sama bisnis dengan orang-orang Mesir. Ia pun kemudian segera pindah ke Kairo. Don menginjak pertama kali Negeri Kinanah bertepatan saat Muslimin menjalankan puasa Ramadhan. Ia pun begitu tertarik dengan ritual ibadah Ramadhan Muslimin.

Don bahkan sempat ikut menahan lapar dan haus pada siang hari dalam rangka menghormati. Namun, saat Ramadhan usai, Don mencari informasi mengenai ibadah puasa. Sebetulnya, ia sangat tertarik dan antusias pada ibadah puasa Muslimin.

Tak hanya ibadah puasa, Don juga terpesona dengan shalat. Ia kagum dengan Muslimin yang meluangkan waktunya untuk ibadah lima kali sehari. Awalnya, saat rekan kerjanya selalu izin shalat, ia merasa jengkel. Namun, ketika mengetahui tentang ibadah itu, Don justru merasa kagum dan sangat menghormati.

“Aku kagum dan hormat pada mereka. Aku pun iri melihatnya dan ingin memiliki perasaan betapa pentingnya Tuhan dalam hidup. Perlahan-lahan, aku pun bertanya tentang Islam dan bagaimana rasanya menjadi seorang Muslim,” kata Don.

Selama bekerja di Kairo, Don pun sembari mencari tahu mengenai Islam. Kepada rekan-rekan Muslimin, Don pun tak malu-malu bertanya. Ia pun mendapat banyak penjelasan mengenai Islam dari mereka. Salah seorang rekan kerjanya yang banyak membantunya, yakni Noah. Don bahkan dibekali olehnya sekoper buku-buku Islam saat akan meninggalkan Kairo.

Don meninggalkan Kairo, namun keingintahuannya pada Islam belum penuh terjawab. Pada 2001, ia kembali ke Kairo. Namun, perjalanannya ke Kairo kali ini hanya beberapa hari. Ia pun tak cukup banyak waktu untuk menghilangkan dahaganya mengenai Islam. Saat itu, ia telah merasa jatuh hati pada Islam.

“Satu hal penting yang aku sadari, yakni aku telah jatuh cinta. Aku merasa bahwa hatiku telah menemukan sebuah rumah,” ujar Don tersedu.

Setelah enam bulan terakhir dari Mesir, ia pun kembali lagi ke sana. Namun, saat itu ia bukan untuk bekerja. Pasalnya, perusahaan tempatnya bekerja telah gulung tikar. Pada malam musim panas, perasaan Don meluap-luap. Ia merasa hatinya begitu terbuka. Ia pun menghubungi Noah hingga kemudian bertolak ke Mesir untuk menenangkan diri.

Don kemudian mendapat pekerjaan kembali di perusahaan telekomunikasi. Ia menjadi konsultan untuk perusahaan Mesir. Ia pun dapat berlama-lama lagi tinggal di Mesir. Kali ini, Don benar-benar berharap dapat menemukan segala keingintahuannya tentang Islam.

Ia berharap perjalanan ke Mesir kali ini menjadi perjalanan terakhirnya menuju hidayah. Di Mesir, ia pun makin serius mempelajari Islam. Ia mempelajari Alquran dan mengenal siapa Nabi Muhammad. Don bahkan pernah ikut shalat jamaah dan merasakan ketenangan yang sangat.

Belum usai perjalanan Don menemukan hidayah, insiden bom 9/11 terjadi. Don bahkan belum sempat bersyahadat. Isu Islam sebagai agama terorisme telah mencuat begitu hebat akibat insiden tersebut. Namun, Don telah jatuh hati pada Islam, ia pun mencari penjelasan yang benar mengenai isu tersebut.

Hanya, isu itu secara tak langsung menghambatnya menjadi seorang Muslim. Pasalnya, keluarganya menentang keras keinginan Don karena lebih percaya isu terorisme yang mendunia. Namun, Don tak pantang arang. Tekadnya telah bulat. Tak lama, ia pun memutuskan untuk berislam.

“Pada 2 Oktober 2001, seorang teman menjemputku untuk pergi ke Al-Azhar yang terkenal. Di sana, aku menyatakan  tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Air mataku tertumpah. Wallahu akbar,” pungkas Don.

Kemenag: Biaya Penyelenggara Haji 2019 Diumumkan Akhir Tahun

Kementerian Agama (Kemenag) menargetkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2019 dapat diumumkan akhir tahun ini. Nantinya, Kemenag akan menyampaikan laporan kepada Komisi VIII DPR RI Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan saat ini proses tersebut memasuki fase pertama pertama pembahasan BPIH 2019.

“Sekarang kita sedang menyiapkan laporan keuangan haji tahun ini. Mungkin akhir bulan ini atau awal November ini bisa selesai,” ujar Menag seperti dilansir dari laman Kemenag, Ahad (21/10).

Terkait keuangan haji, Menag menyatakan saat ini pihaknya tidak memiliki kewenangan lagi untuk mengelola. Sesuai amanat UU Nomor 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji, wewenang pengelolaan dana haji diserahkan kepada BPKH, termasuk juga pengelolan Dana Abadi Umat (DAU).

Sejak 2005, DAU sudah bisa dikelola BPKH. Saat ini, ada sekitar Rp3,2 triliun DAU yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab BPKH.

“Jadi sekarang, Kementerian Agama hanya fokus kepada penyelenggaraan hajinya. Tapi pengelolaan keuangan seluruh dana haji menjadi kewenangan BPKH,” tegas Menag.

Pada kesempatan sama, Menag telah melaunching Program Kemaslahatan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) 2018. Adapun program Kemaslahatan BPKH 2018 merupakan perwujudan amanah UU Nomor 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji.

“Pengawas dan pelaksana BPKH pun telah dipilih dengan seleksi ketat dan melalui proses yang panjang. Oleh karena itu, kita semua harus memberikan kepercayaan penuh kepada BPKH agar dapat mengelola keuangan haji demi kemaslahatan umat dan bangsa,” ajak Menag.

Menag juga menerangkan bahwa untuk dapat mengelola dana haji, maka diperlukan Akad Wakalah yang dibuat oleh jamaah haji saat mendaftarkan diri. “Dengan Akad Wakalah itu, BPKH memiliki legalitas secara syar’i maupun secara hukum, untuk melakukan pengelolaan dana tersebut,” kata Menag.

HSN Diharapkan Bisa Angkat Harkat dan Martabat Santri

Sejumlah peserta jalan santai sarungan asal Kabupaten Purwakarta, berharap Hari Santri Nasional (HSN) bisa mengangkat harkat dan marbat para santri. Mengingat, selama ini santri kurang begitu diperhatikan.

Lestari (13 tahun) salah satu santriwati asal Ponpes Al Muthohhar Kecamatan Plered, mengatakan, HSN ini diharapkan bisa jadi spirit bagi santri untuk tetap eksis. Serta, bisa disejajarkan dengan para pelajar dari sekolah pada umumnya.

“Kita juga sama statusnya sebagai pelajar. Bedanya, kami belajar di lembaga pendidikan berbasis agama. Tapi, kami juga sama menuntut ilmu umum seperti pelajar lainnya,” ujar Lestari, disela-sela kegiatan jalan santai santri, Sabtu (20/10).

Karena itu, jalan santai sarungan ini merupakan kegiatan yang sangat positif. Apalagi, ribuan santri dari seluruh ponpes hadir. Serta, mendapat perhatian dari semua pihak. Baik dari kalangan ulama, pejabat di pemda maupun petugas kepolisian.

Dengan adanya jalan santai ini, diharapkan nama baik santri semakin berkibar lagi. Termasuk, bisa semakin mempopulerkan lagi nama pondok pesantren. Sehingga, kedepan akan banyak generasi muda yang mau menuntut ilmu di lembaga pendidikan keagamaan ini. “Kami ingin yang terbaik buat para santri, dan ponpes kami,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Purwakarta, Bahir Muhlis mengatakan kegiatan itu bertujuan untuk memperlihatkan bahwa di Purwakarta masih ada santri. Selain itu, santri juga bisa membuat masyarakat terpana. Sebab, kegiatan ini sangatlah positif.

“Apalagi, kami berjalan sejauh lima kilometer, dengan melantunkan shalawatan, tidak menganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain, serta yang paling khas kami menggunakan kain sarung,” ujar Bahir.

“Dihadiri oleh perwakilan santri dari seluruh pesantren di Purwakarta. Tujuannya untuk memperlihatkan identitas sebagai santri, bahwa santri itu masih ada,” ujar Bahir.

 

Hijrah: Keluar dari Ego Menuju Keridaan Allah

“BARANGSIAPA berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An_Nisa’ [4]: 100)

Ditinjau dari segi bahasa kata “hijrah” berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai arti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, meninggalkan suatu perbuatan, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang buruk.

Adapun secara istilah, hijrah mengandung beberapa makna: Pertama, hijrah (meninggalkan) semua perbuatan yang dilarang Allah Swt, sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadis Nabi saw: Orang yang berhijrah adalah orang yang mempu menjauhi serta menghindari apa yang dilarang Allah untuk melakukannya.”

Kedua, hijrah (menjauhkan diri) dari lingkungan yang tidak mendukung aktivitas ibadah yang kita lakukan. Seorang muslim yang tinggal di suatu tempat di lingkungan non-Muslim, misalnya, kemudian ia tidak bisa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, karena ada gangguan dan cobaan dari orang-orang yang membenci Islam, maka ia wajib berhijrah dari tempat itu ke tempat lain yang lebih aman, untuk dapat melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Inilah hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, dari para pengikutnya.

Selain itu, kita juga dianjurkan berhijrah dari daerah yang tidak aman ke daerah yang aman, seperti adanya bencana alam, kebanjiran, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain.

Menurut Mahmud Syaltout, hijrah dibagi menjadi dua bagian, yakni hijrah “Badaniah”, dan hijrah “Qalbiyah”. Hijrah “Badaniah” yaitu hijrah menggunakan kekuatan fisik, dengan berpindah dari satu daerah atau tempat yang tidak nyaman, menuju daerah yang memberikan harapan hidup lebih baik di masa yang akan datang. Sedangkan hijrah “Qalbiyah” adalah hijrah yang didasari oleh keyakinan dan hati nurani. Hijrah ini dilakukan tanpa pindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi pindah dari kondisi batin yang tidak sehat berupa kemaksiatan, kejahatan, dan kemungkaran, kepada sikap batin yang baik yang diridai Allah Swt.

Pandangan yang dikemukakan Mahmud Syaltout ini sejalan dengan apa yang dipahami oleh para sufi ketika menafsirkan ayat wa man yakhruj min baitihi muhajiran ila Alaihi wa rasulihi…
Dalam beberapa kitab tafsir sufi dijelaskan bahwa makna bait (rumah) dalam ayat, selain secara dzahir diartikan sebagai rumah di dalam diri setiap manusia. Maka, tafsir ayat tersebut adalah bahwa “…dan barangsiapa yang keluar dari (ego) dirinya meneuju Allah dan rasul-Nya…”

Hijrah secara hakiki adalah keluar dari ego, menuju keridaan Allah Swt, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam hadis di atas.

Orang yang berhijrah secara hakiki adalah orang yang meninggalkan segala bentuk kejahatan, kemungkaran, dan kemaksiatan yang bersumber dari dirinya. Dia ditinggalkan kesombongan prasangka buruk (su’uzhan), kedengkian, kemarahan, kebakhilan, keputusasaan. Dia hiasi dirinya dengan kerendahhatian (tawaduk), kesabaran, rasa syukur, berbaik sangka, istiqamah dalam kebaikan serta tawakal kepada Allah. Inilah hijrah yang sesungguhnya, keluar dari ego. [didi junaedi]

 

 

INILAH MOZAIK

Rezeki dari Arah tak Disangka-sangka

“BARANGSIAPA bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnua Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Alllah telah mengadakan ketentuan bagi tiang-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)

Ibn ‘Abbas ra ketika menafsirkan ayat ke-2 dari QS. Athalaq ini, sebagaimana dikutip oleh Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam tafsir Ad-Dur Al-Manysur fi Yafsir al-Ma’tsur menjelaskan bahwa yang dimaksud kata makhraja menurut Rasulullah saw adalah solusi atau jalan keluar atas persoalan-persoalan duniawi, pertolongan di saat menghadapi kematian (sakratul maut), serta perlindungan atas dahsyatnya hari kiamat.

Adapun makna dari ayat ke-3 dari QS. Ath-Thalaq, wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib (dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka), menurut Al-Qurtubhi dalam al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an adaolah rezeki yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Adapun menurut Ibn ‘Uyainah, sebagaimana dikutip al-Qurthubi, makna ayat tersebut adalah keberkahan dalam rezeki.

Lazim diketahui bahwa ada tiga hal yang menjadi misteri Ilahi, yaitu rezeki, jodoh, dan ajal adalah hak prerogatif Allah. Artinya, bahwa Allahlah yang menentukan kadar rezeki seseorang, siapa jodohnya dan kapan ajalnya. Tetapi, bukan berarti tidak ada peran manusia sama sekali dalam ketiga hal tersebut. Dalam hal rezeki, misalnya, seseorang diwajibkan untuk memaksimalkan ikhtiar untuk menjemput rezekinya. Tidak diperkenankan seseorang pasrah ‘bongkokan’, menyerah begitu saja dengan mengatakan: “Rezeki itu kan sudah ditentukan, ya udah kalau memang nasib kita menjadi orang miskin, itu sudah takdir”. Kalimat tersebut menunjukkan sikap pesimis, kepasrahan yang keliru dan sama sekali tidak dibenarkan dalam Islam.

Para ulama memaknai tentang ketetapan (qadla) serta ukuran (qadar) rezeki seseorang yang sudah ditentukan oleh Allah, maksudnya adalah bahwa rezeki setiap orang bahkan setiap makhluk hidup memang sudah ditetapkan oleh Allah, semuanya mendapatkan rezeki dari-Nya. Tetapi mengenai kadar serta banyak dan sedikitnya rezeki itu bergantung kepada tingkat usaha atau ikhtiar seseorang. Semakin maksimal ikhtiarnya, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Al-Ajru bi qadri al-ta’ab, upah (baca:hasil) itu sesuai dengan tingkat kesulitan dan perjuangannya. Demikian diungkapkan dalam salah satu kalimat bijak.

Berkaitan dengan makna ayat di atas, Allah Swt menjanjikan bagi orang-orang yang bertakwa, selain diberi solusi atas setiap persoalan yang menimpanya, juga akan diberi bonus berupa rezeki tak terduga yang tak pernah dibayangkan apalagi diprediksi sebelumnya. [didi junaedi]

 

 

Berani Mengakui Kebaikan Orang Lain

SAHABATKU sekalian, beranilah mengakui kelebihan, jasa, dan kebaikan orang lain. Karena niscaya kita akan menjadi orang yang senantiasa selalu bersyukur.

Kelebihan orang pun bisa menjadi kelebihan kita. Hati pun akan tenang dan Alloh akan menambah banyak karunia kepada kita. Karena dengan kebaikan hati, yang senang dalam mengakui kelebihan jasa dan kebaikan orang lain.

Pendengki tidak akan suka melihat kebaikan orang, pendeki akan menderita melihat kebaikan orang lain. Dan kedengkian hanya akan mencelakakan dirinya sendiri.

Karena sungguh Allah tetap akan memberikan kepada siapapun yang Dia kehendaki, tanpa terhalang oleh kedengkian siapapun. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Tuhan Mendekat Tapi Hamba-Nya Menjauhi

BANYAK yang mengeluh tidak mendapat hidayah dan Tuhan meninggalkannya. Apakah memang benar demikian?

Al-Junaid berkata, “Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala mendekati hati hamba-Nya sesuai dengan seberapa dekat hamba tersebut mendekati-Nya. Jadi, lihatlah seberapa dekat hatimu kepada-Nya.”

Dapat kita pahami bahwa apa yang terjadi di hati kita berupa kekeringan jiwa dan kekosongan ruh disebabkan jauhnya ia dari Sang Penggenggam Hati dan Jiwa. Dan yang harusnya kita lakukan bukan sekadar mengeluh dan putus asa semakin menjauhi-Nya, melainkan berusaha dengan segala daya dan upaya tuk mendekati-Nya.

Sebagaimana Al-Fudhail berkata, “Yang Allah inginkan darimu hanya niat dan keinginan yang kuat (iradah).”

Mari kita mulai dengan hal-hal kecil, seperti bersegera memenuhi panggilan-Nya ketika adzan, sebagaimana kita bersegera mengangkat dering telepon. Karena sungguh, setiap hal memiliki pengganti, tetapi Allah takkan pernah terganti.

INILAH MOZAIK

Pahala Orang Sabar tidak Berbatas

HAKIKATNYA, kesabaran itu tidak memiliki batas, sebagaimana ganjaran yang Allah sediakan bagi mereka yang bersabar pun tidak memiliki batas. Allah berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 10:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Ibnu Al-Jauzi mengatakan dalam Tashil li Ulumi At-Tanzil, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Ayat ini dapat ditafsirkan dengan dua makna.

Pertama, orang yang sabar akan mendapatkan balasan pahala atas kesabarannya dan Allah tidak menghisab amalannya. Mereka inilah yang dijanjikan masuk surga tanpa hisab.

Kedua, balasan orang yang melakukan kesabaran itu tidak terbatas, lebih banyak dari apa yang diperhitungkan dan lebih besar daripada apa yang ditakar di mizan pahala, inilah pendapat mayoritas ulama.

Sabar juga merupakan amalan yang agung, sampai-sampai Allah katakan bahwasanya Dia bersama orang yang sabar, sebagaimana firman-Nya, “Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal ayat 46)

Dari ayat ini dapat kita katakan, ketika kita memilih untuk tidak bersabar berarti kita telah memilih untuk melepaskan kebersamaan Allah berupa rahmat dan perlindungan-Nya. Dengan kesabaran pun Allah akan mengangkat seseorang menjadi pemimpin umat, panutan, dan kedudukan yang mulia.

Allah berfirman, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajdah ayat 24)

Demikian besar rahmat dan ganjaran yang Allah berikan bagi orang-orang yang bersabar. Pahala dan keutamaan yang begitu besar diantaranya maiyah (kebersamaan) dari Allah, pahala tanpa batas, serta kedudukan yang mulia, semestinya menjadikan seseorang berkeinginan kuat dan terpacu untuk mewujudkan hakikat kesabaran itu sendiri, yakni kesabaran yang tak berbatas.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba yang dikaruniai kesabaran yang luas oleh Allah Ta’ala. Aamiin.

INILAH MOZAIK

Nama-Nama Pintu Masjid Al-Haram

Masjid Al-Haram merupakan salah satu dari tiga masjid suci. Di masjid al-haram terdapat kabah, yang merupakan kitab suci umat Islam.

Masjidil Haram memiliki banyak pintu. Sedikitnya ada empat pintu utama dan 45 pintu biasa. Masing-masing pintu memiliki nama. Karena banyaknya jumlah pintu tersebut, tak heran jika banyak jamaah yang tersesat ketika keluar dari Masjidil Haram.

Adapun nama-nama pintu (bab) Masjidil Haram itu adalah:

  • Bab Shafa
  • Bab Darul Arqam
  • Bab Ali
  • Bab Abbas
  • Bab Nabi
  • Bab Babussalam
  • Bab Bani Syaibah
  • Bab Huju
  • Bab Mudda’a
  • Bab Ma’ala
  • Bab Marwat
  • Bab Quraisy
  • Bab Afqodisiyah
  • Bab Aziz Thuwa
  • Bab Umar Abdul Aziz
  • Bab Murod
  • Bab Hudaibiyah
  • Bab Babussalam Jahid
  • Bab Ghararah
  • Bab Al-Fatah
  • Bab Faruq Umar
  • Bab Nadwah
  • Bab Syamsiyah
  • Bab Al-Qudus
  • Bab Umrah
  • Bab Madinah Munawarah
  • Bab Abu Bakar Shiddiq
  • Bab Hijrah
  • Bab Umi Hani
  • Bab Ibrahim
  • Bab Wada
  • Bab Malik Abdul Aziz
  • Bab Alyad
  • Bab Bilal
  • Bab Ismail

REPUBLIKA

Agar tidak Tersesat di Masjid Al Haram

Sedikitnya ada empat pintu utama dan 45 pintu biasa. Masing-masing pintu memiliki nama. Karena banyaknya jumlah pintu tersebut, tak heran jika banyak jamaah yang tersesat ketika keluar dari Masjidil Haram.

Namun, ada cara agar para jamaah tidak tersesat selama keluar-masuk Masjid Al Haram.Berikut caranya:

Pertama, setiap pintu memiliki nama. Jadi, para jamaah perlu menghafal nama pintu yang dimasuki. Sehingga saat keluar tinggal mengingat nama pintunya.

Kedua, bagi jamaah umrah tetaplah berada pada barisan kelompok. Biasanya, pemimpin kelompok akan membimbing jamaah untuk keluar masuk masjid.

Ketiga, hafalkan saja pintu masuk utama, yakni King Fahd. Pintu ini mencakup pintu masuk nomor 70 hingga 93. Selanjutnya, King Abdul Aziz, King Abdullah, dan Safa Marwah mencakup pintu-pintu bernomor 20 sampai 25.

Kelompok pintu King Fahd, King Abdul Aziz dan King Abdullah posisinya tepat menghadap Hotel Dar at Tauhid Continental serta Zam-zam Tower. Untuk kelompok pintu Shafa Marwah akan mengarahkan jamaah yang memilih tinggal yang cukup jauh dari Masjidil Haram.

REPUBLIKA