Subhanallah, Inilah Faedah Membaca Tahlil

KALIMAT tahlil yang berbunyi laa ilaaha illallaah atau la ilaaha illaa huwa dan laa ilaaha illaa anta adalah salah satu kalimat thayyibah yang sering kita gunakan untuk mengingat Allah Swt.

Dikatakan thayyibah, karena di dalamnya terdapat penyebutan nama Allah disertai dengan pengesaan kepada-Nya. Kalimat thayyibah semacam ini mempunyai keutamaan yang sangat besar. Sampai-sampai, Nabi pernah menyebut bahwa kalimat yang paling baik diucapkan oleh beliau dan para nabi adalah laa ilaaha illallaah.

Dalam sebuah hadis riwayat Abdus Shamad bin Maghfal menyebutkan, Wahb bin Munabbih berkata, “Aku membaca bagian akhir kitab Zabur Dawud As, sebanyak tiga puluh baris. Dalam kitab itu tertulis demikian:

“Wahai Dawud, apakah engkau tahu mukmin yang lebih aku sukai, sehingga Aku memanjangkan umurnya,” kata Allah bertanya.

“Tidak, Tuhanku,” jawab Dawud.

“Yaitu, orang yang apabila berucap laa ilaaha illallaah kulitnya mengencang dan persendiannya gemetaran. Sungguh, Aku enggan untuk mencabut nyawa orang itu, sebagaimana enggannya orangtua atas kematian anaknya. Akan tetapi, kematian adalah sesuatu yang niscaya. Oleh karena itu, Aku ingin membahagiakannya di suatu rumah selain rumah dunia. Sebab, kenikmatan di rumah dunia itu hanyalah cobaan. Di sana, terdapat musuh yang tidak segan memperlambat kerusakan dan kematian kalian. Musuh itu senang mengalirkan darah. Oleh sebab itu, Aku menyegerakan para kekasih-Ku untuk masuk surga. Seandainya tidak demikian, Adam dan anaknya yang saleh tidak akan mati sampai terompet tanda berakhirnya dunia ditiup.”

Berkaitan dengan riwayat di atas, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa mengucapkan kata laa ilaaha illallaah dan memanjangkannya, maka empat ribu dosa besar akan hancur.” [sumber: buku Ushfuriyah]/Chairunnisa Dhiee

 

 

Tengoklah ke Bawah

Sungguh, musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dua pekan lalu yang menewaskan 189 orang, membuat kita sangat berduka.Terlepas apa pun penyebabnya, apakah faktor teknis, nonteknis, ataupun kelalaian manusia, kejadian itu adalah malapetaka yang harus diterima dengan lapang dada.

Seraya mengembalikan segalanya sebagai ketentuan Allah SWT (takdir) dengan berucap, innalillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali).Ungkapan istirja’ inilah yang menguatkan iman dan menyadarkan kita akan hakikat kehidupan (QS 2: 155-156).

Ketika musibah terjadi, kita selalu diingatkan tentang kematian. Seakan-akan, ada yang menuju pintu kematian dan ada pula yang diselamatkan.Sejatinya, kematian itu tidak perlu sebab dan tidak pula bisa dipercepat atau diperlambat. Setiap orang akan menemuinya pada saat dan tempat yang ditentukan (ajal) dengan caranya sendiri (QS 3:145, 16: 61).

Tiada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah SWT (QS 57: 22). Untuk mengobati hati yang berduka, pesan Nabi SAW penting diresapi.”Tengoklah orang yang di bawah dan jangan menengok orang yang di atasmu. Hal itu akan lebih layak membuatmu tidak menyepelekan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadamu.” (HR Muslim).

Nasihat Nabi SAW tersebut mengandung makna yang mendalam. Beliau ingin mengajarkan makna syukur dan sabar dalam menjalani kehidupan. Keduanya tidak terpisahkan, tetapi mesti hadir bersamaan. Dalam kenikmatan diperlukan syukur dan sabar, begitu pun dalam menghadapi kesusahan, dibutuhkan sabar dan syukur (QS 42: 27). Bukankah sesuatu yang menyenangkan belum tentu membawa kebaikan, begitu juga sebaliknya, kepahitan pun belum tentu mengandung keburukan (QS 2: 216).

Mengapa menengok ke bawah? Tiada lain, kecuali agar kita pandai menghargai nikmat yang diberikan Allah SWT. Jangan menengok ke atas, karena bisa menafikan karunia berharga dan diliputi penyesalan. Melihat orang yang punya suami atau istri, anak, dan harta akan membuat kita remeh terhadap nikmat yang ada. Padahal, karunia yang sudah kita dapatkan begitu banyak hingga tak terkira (QS 16: 18, 14: 34).

Setiap orang pasti pernah merasakan kehi langan, baik barang berharga maupun orang tercinta.Karunia yang didapatkan itu sungguh bukan milik kita, melainkan titipan yang cepat atau lambat akan diambil kembali Sang Pemiliknya. Sebesar apa pun kehilangan, tak boleh membuat kita pupus harapan, apalagi kehilangan Tuhan (QS 12: 87, 41:49). Sebab, tujuan akhir kehidupan ini adalah menemui Allah SWT kelak pada Hari Akhir dengan keridhaan dan ketenangan (QS 17: 110, 89: 27-30).

Petuah nan indah Dr `Ain al-Qarni, sang penulis Laa Tahzan(2014: 59), patutlah direnungkan.Jangan bersedih karena kesedihan itu akan membuat rumah yang luas, istri yang cantik, harta yang berlimpah, kedudukan yang tinggi, dan anak- anak yang cerdas tidak ada gunanya sedikit pun.Jangan bersedih karena Anda masih memiliki dua mata, dua telinga, dua bibir, dua tangan dan kaki, lidah dan hati. Jangan bersedih karena Anda masih memiliki kedamaian, keamanan, kesehatan, agama yang diyakini, dan rumah yang didiami…

Sekali lagi, tengoklah ke bawah supaya tumbuh rasa syukur dan optimistis menjalani masa depan. Banyak orang yang tetap tegar walau terimpit kesusahan. Jangan tengok ke atas, jika hanya menambah keluh kesah berkepanjangan.Keteladanan inilah pendidikan karakter terbaik buat anak kita dalam menanamkan syukur dan sabar. Allahu a’lam bish-shawab.

OLEH DR HASAN BASRI TANJUNG

Kisah Gurkha: Mogok Bertempur karena Adzan dan Takbir

‘’Kita bersaudara. Indonesia-Pakistan bersaudara!’’ begitulah pernyataan berbagai pejabat Pakistan ketika menerima kunjungan delegasi Indonesia. Menurut mereka jasa Indonesia sangat besar terhadap negaranya, terutama ketika India-Pakistan terlibat dalam konflik pada dekade 60-an.

Sosok Presiden Sukarno sangat terkenal di sana dan menghormatinya atau mendapat tempat khusus. Dia layaknya menjadi salah satu pemimpin penting di Asia yang juga menjadi Bapak Bangsa Pakistan: Muhammad Ali Jinnah.

‘’Merdeka…!’’ pekik perjuangan ini di Pakistan ternyata cukup dikenal. Ketua Parlemen Pakistan kerap menyatakannya ketika membuka percakapan dalam pertemuan dengan delegasi Indonesia. Mereka tampaknya juga tahu bahwa kata ‘merdeka’ itu serapan dari bahasa asal India (Sansekerta), yakni ‘maharddhi’ yang arti harfiahnya adalah kemakmuran, kesempurnaan besar, keunggulan, kesucian.

Tak hanya itu  kisah heroik angkatan perang Indonesia yang berani bertindak sebagai pihak pemisah ketika Pakistan dan India terlibat konflik. Keberanian para punggawa armada TNI angkatan laut ketika mencegah aksi penyerangan armada laut India terhadap armada kapal perang Pakistan mereka kenang sampai sekarang.

Namun, di antara sekian banyak tokoh Pakistan yang punya hubungan khusus dengan Indonesia setelah Ali Jinnah, adalah mendiang Presiden Muhammad Zia ul Haq. Bahkan, presiden yang meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat ini  punya hubungan emosi langsung dengan peristiwa pertempuran besar di Surabaya, pada 10 November 1945. Zia Ul Haq  pada saat itu datang bersama pasukan sekutu dan menjabat sebagai salah satu komandan Gurkha yang bertugas di Surabaya.

****

Namun ada yang abadi dalam mengenang pasukan Gurkha yang dahulu bertempur di Surabaya pada 10 Novermver 1945. Mereka ternyata sempat mogok bertempur karena mendengar suara adzan dan takbir!

Dan, sang komandannya yang pernah mengalami pertempuran langsung di Surabaya  pada 10 November 1945 itu adalah mantan Presden Pakistan Zia ul Haq. Semasa hidup dia selalu terkenang dengan kota yang terkenal dengan makanan rawon dan rujak cingurnya itu.

Bahkan, pada tahun 80-an, semasa Zia ul Haq menjabat sebagai presiden dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, dia secara khusus meminta kepada Presiden Suharto agar bisa berkunjung ke Surabaya. Alasannya ingin melihat kembali kota itu.

Tentu saja, sebagai sesama mantan komandan tempur Suharto pun mengizinkannya. Dikabarkan saat Suharto menginyakan keinginannaya, wajah Zia ul Haq menjadi sumringah alias berseri-seri. Ini membutikan kenangan pertempuran besar antara tentara sekutu (Inggris dan Austalia yang di dalamnya ada legiun Gurkha) begitu dalam membekas dalam hatinya.

Memanhg Zia ul Haq saat itu hanya seorang tentara dan tidak tahu tetek bengek politik. Dia juga tak paham bahwa kedatangan bala tentaranya bersama pasukan Inggris yang saat itu sekutu saat itu diboncengi tentara Nica (Belanda) sebenarnya ingin menjajah kembali Indonesia.

Bagi kalangan rakyat yang sempat terlibat dalam peristiwa pertempuran itu, mereka juga melihat peran tentara Gurkha. Namun, mereka juga melihat keanehan ketika banyak diantara mereka yang mogok tak mau perang. Bahkan, beberapa orang malah melakukan disersi.

Mengapa demikian? Jawabnya karena tentara Gurkha yang salah satunya komandannya adalah Zia ul Haq tersebut terkejut ketika tiba di Surabaya dengan melihat banyaknya masjid dan meluasnya suara adzan ketika tiba waktu shalat. Mereka tiba-tiba sadar karena pihak yang mereka perangi adalah saudaranya sendiri, sesama Muslim. Maka mereka pun mogok tak mau bertempur.

Para legiun Gurkha itu pun kian kaget ketika ada seruan dari radio yang dikumandangkan Bung Tomo serta teriakan para pejuang di tengah pertempuran Surabaya adalah: ‘Allahu Akbar!’. Maka praktis secara diam-diam sebagian tentara sekutu mengalami ‘demoralisasi’. Apalagi tentara Gurkha pun pada saat itu aktif mengerjakan shalat berjamaah di berbagai masjid bersama warga lokal. Nah, kenangan itulah yang dirasakan Zia ul Haq ketika menjadi komandan pasukan Gurkha di Surabaya. Dan memori ini lestari hingga dia menjabat sebagai Presiden Pakistan.

Pekik ‘Allahu Akbar’ yang terdengar di tegah pertempuran memang menjadi pertanda bahwa pertempuran itu merupakan ajang perang kaum santri. Mereka bergerak setelah Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari menyatakan perlawanan kepada penjajah adaah kewajiban setiap Muslim: Cinta tanah air adalah sebagian dari iman! Seruan pendiri NU ini tentu saja membakar semangat para santri yang datang dari berbagai pesantren yang tersebar, tak hanya dari seputaran Surabaya dan Jawa Timur saja, tapi hingga meluas di berbagai pesantren yang ada di Jawa Tengah dan Cirebon. Para santri itu datang untuk bertempur dengan naik kereta api ke Surabaya.

”Dua orang saudara kakek kami gugur dalam pertempuran di Surabaya. Mereka datang ke sana dengan naik kereta api dan tertembak ketika hendak masuk kota Surabaya dari arah Sidaorjo,” begitu kata salah satu pengasuh pondok pesantren Somalagu, di desa Sumber Adi, Kebumen Jawa Tengah, beberapa waktu silam.

Dia mengatakan, mereka datang dan ikut bertempur melawan bala tentara Sekutu yang diboncengi Nica dengan semangat berjihad. Jadi masuk akal bila pasukan Gurkha yang salah satunya dikomandani Zia Ul Haq menjadi malas bertempur. Mereka tahu tak ingin tangannya berlumuran darah karena memerangi sesama Muslim.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

REPUBLIKA

Bercanda Tetapi Berbohong

Sempat menjadi trend kaum muda di zaman sekarang, bercanda tapi berbohong, yaitu trend “seberapa gregetnya kamu”. Bercanda dengan cara seperti ini umumnya dengan cara mengarang cerita yang umumnya tidak benar atau berbohong dalam candaan.

Kami nukilkan contohnya (tidak boleh diikuti):

“Kemaren gue lewati polisi tidur, trus gue selimuti polisinya”

“Kemaren gue beli lumpia basah, trus gue jemur supaya kering”

Contoh-contoh di atas adalah bercanda dan mengandung kebohongan. Hal ini tidak diperbolehkan oleh agama. Bagaimana pun juga hukum asal berbohong itu tidak boleh dan masih banyak cara lainnya untuk bercanda yang diperkenankan oleh syariat.

Bercanda seperti ini dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]

Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin rumah di surga bagi mereka yang meninggalkan berkata dusta walaupun dalam hal bercanda. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud, no. 4800; shahih]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa berbohong dalam bercanda dapat menimbulkan permusuhan atau salah paham di antara manusia. Syariat ini dalam rangka untuk menuntup jalan ke arah yang lebih buruk, jadi meskipun tidak menyebabkan langsung, tetapi bisa jadi menjadi penyebab permusuhan dan salah paham di kemudian hari. Beliau berkata,

وقد قال ابن مسعود : ” إن الكذب لا يصلح في جَدٍّ ، ولا هزل ” … .
وأما إن كان في ذلك ما فيه عدوان على المسلمين ، وضرر في الدين : فهو أشد تحريماً من ذلك ، وعلى كل حال : ففاعل ذلك – أي : مضحك القوم بالكذب – مستحق للعقوبة الشرعية التي تردعه عن ذلك .

“Ibnu Ma’sud berkata, ‘Berbohong itu tidak layak baik dalam keadaan serius maupun bercanda’. Apabila dalam candaan menimbulkan permusuhan di antara manusia dan menimbulkan madharat dalam agama, maka lebih diharamkan lagi. Pelakunya berhak mendapatkan hukuman yang bisa membuat jera.” (Majmu’ Al-Fatawa 32/256]

Bisa jadi seseorang menganggap bercanda, tetapi bagi orang lain itu bukanlah bercanda dan menyakiti hatinya. Perhatikan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا

“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” [HR. Abu Dawud, shahih]

Bercanda dengan berbohong juga termasuk membuang-buang waktu kita yang sangat berharga. Lebih baik kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan semoga Allah memudahkan kita.

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya’.” [HR. at-Tirmidzi, hasan]

Demikian semoga bermanfaat

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43730-bolehkah-bercanda-dengan-cara-berbohong.html

Menyogok Masuk PNS (Kerja) dan Hukum Gajinya

Hukum menyogok untuk masuk kerja

Menyogok untuk masuk kerja tentu tidak diperbolehkan dalam Islam dan hukumnya adalah haram. Kita dapati ada oknum (segelintir orang) yang berusaha untuk menyogok agar bisa diterima oleh PNS (semoga tidak terjadi lagi di negara kita tercinta Indonesia). Mereka berpikir tidak apa-apa menyogok dengan jumlah uang yang besar untuk masuk PNS. Sangkaan mereka bahwa ketika jadi PNS, maka hidup mereka akan terjamin oleh negara sampai mati, bahkan ada pesangon untuk anak dan istri sepeninggalnya.

Memberikan sogok (suap) dan menerima sogokan (suap) adalah dosa besar dan mendapat laknat. Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhu berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ

“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap”. [HR. Abu Daud, shahih]

Kerusakan di muka bumi ini terjadi karena merajalelanya sogok dan suap. Allah Ta’ala berfirman mengenai sifat orang Yahudi,

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” [Al-Maidah : 42]

Maksud memakan yang haram (أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ) yaitu suap dan sogok. Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya,

أي : الحرام ، وهو الرشوة كما قاله ابن مسعود وغير واحد أي : ومن كانت هذه صفته كيف يطهر الله قلبه؟ وأنى يستجيب له

“Yaitu harta yang haram berupa sogok/suap sebagaimana perkataan Ibnu Mas’ud dan yang lainnya. Apabila ada orang yang bersifat dengan sifat ini, bagaimana Allah akan membersihkan hatinya? Bagaimana bisa doanya dikabulkan?” [Tafsir Ibnu Kastir]

Demikian juga Allah berfirman agar manusia jangan saling memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang haram. Termasuk dalam hal ini adalah harta dari suap/sogok.

Allah berfirman,

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188).

Bagaimana hukum gaji apabila dahulunya masuk kerja dengan cara menyogok atau menyuap?

Dalam hal ini dirinci, perlu dibedakan antara hukum masuk kerja dengan cara menyogok dan gaji yang didapatkan setelah dia bekerja. Rinciannya sebagai berikut:

Pertama:

Apabila ia tidak ahli dan tidak kompeten dalam pekerjaan tersebut, maka dia harus mengundurkan diri dan gajinya adalah haram

Bisa jadi dia menyogok karena tidak ahli/kompeten atau bukan bidangnya (tidak profesional) dalam pekerjaan tersebut, akan tetapi karena dia menyogok, maka ia diterima pada pekerjaan tersebut. Dalam hal ini dia harus bertaubat dan segera mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut, karena dia telah melakukan kedzaliman bekerja bukan pada keahliannya. Sebuah amanah pekerjaan harus diserahkan pada ahlinya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (An-Nisa`: 58)

Kedua:

Apabila ia ahli dan kompeten dalam pekerjaan tersebut, maka ia harus bertaubat dari menyogoknya, berusaha memperbaiki diri dan gajinya adalah halal

Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan bahwa gajinya halal apabila dia adalah seorang yang kompeten dan ahli hanya saja dia harus bertaubat dari perbuatan menyogok.

لا حرج إن شاء الله، عليه التوبة إلى الله مما جرى من الغش، وهو إذا كان قائما بالعمل كما ينبغي ، فلا حرج عليه من جهة كسبه؛ لكنه أخطأ في الغش السابق، وعليه التوبة إلى الله من ذلك

“Tidak mengapa (gajinya halal) –insyaallah- dan wajib baginya bertaubat karena telah melakukan sogok. Hal ini apabila ia mampu (kompeten) melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana seharusnya. Tidak mengapa baginya dari sisi pekerjaannya (gajinya), akan tetapi dia telah salah dalam perbuatan sogok sebelumnya dan wajib baginya bertaubat kepada Allah.” [Majmu’ Fatawa 19/31]

Hendaknya ia benar-benar memperhatikan zakat hartanya untuk membersihkan hartanya. Allah Ta’ala berfirman,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)

dan hendaknya banyak bersedekah juga dari gajinya tersebut.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43746-menyogok-masuk-pns-kerja-dan-hukum-gajinya.html

Antara Bisikan Hati dan Keinginan Hati

PERTAMA, hadiitsun nafs (bisikan hati) itu tidak dikatakan sebagai al hamm (keinginan) dan bukan juga azimah (tekad). Ia hanyalah bisikan di dalam hati antara ingin melakukan atau tidak ingin melakukan.

Dan sekadar bisikan hati itu dimaafkan. Karena setan tiada henti membisikkan kepada hati manusia untuk melakukan dosa besar dan kemurtadan. Andai bisikan hati itu teranggap, maka ini adalah bentuk pembebanan yang tidak mungkin bisa dipikul oleh manusia.

“Sungguh Allah memaafkan bisikan hati dalam diri umatku, selama belum dilakukan atau diucapkan.”

Sedangkan al hamm (keinginan) adalah tahap selanjutnya setelah bisikan hati. Yaitu setelah seseorang hatinya berbisik lalu ia menetapkan sebuah al hamm (keinginan) atau al azimah (tekad). Inilah yang bisa dikenai sanksi jika ia tidak meninggalkan keinginan untuk melakukan hal diharamkan oleh Allah.

Jika seseorang mengurungkan keinginannya untuk melakukan hal yang diharamkan, ia pun diberi pahala yang sempurna. Sebab ia mengurungkan keinginannya itu karena takut dan ikhlash kepada Allah Azza Wa Jalla-. Maka ia pun mendapat pahala yang sempurna.

Oleh karena itu, sudah semestinya kita membedakan antara bisikan hati dan keinginan hati. Adapun tentang firman Allah Taala mengenai Masjidil Haram:

“Barangsiapa berada di dalamnya lalu ia menginginkan untuk menyimpang bersama kezaliman, Allah akan menimpakan kepadanya azab yang pedih.”

Maksudnya adalah, barangsiapa yang memiliki al hamm (keinginan) yang kuat untuk melakukan sebuah penyimpangan, yaitu berupa maksiat yang nyata, maka Allah akan menimpakan azab yang pedih.

Sudah semestinya kita bedakan dua hal ini, karena Allah Taala berfirman:

“Wahai orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, Ia akan jadikan bagi kalian pembeda dan mengampuni dosa-dosa kalian.”

Allah Taala menamai Alquran sebagai Al Furqan (Pembeda) karena Alquran membedakan banyak hal, membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara manfaat dan bahaya, antara mumin dan kafir, antara hak Allah dan hak hamba, dan hal-hal yang lain yang terdapat perbedaan. Demikian.

[Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin]

Tujuh Tanda Kebahagiaan Hidup di Dunia

IBNU Abbas mengatakan ada tujuh tanda-tanda kebahagiaan hidup di dunia:

1) Qalbun Syakirun

Hati yang selalu bersyukur, artinya selalu menerima apa adanya (Qana’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.

2) Al-Azwajus Shalihah

Pasangan hidup yang saleh, akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sakinah.

3) Al-Auladul Abrar

Anak yang saleh. Doa anak saleh kepada orangtuanya dijamin dikabulkan Allah, berbahagialah orangtua yang memiliki anak saleh.

4) Al-Baitus Shalihah

Lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang saleh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah

5) Al-Maalul Halal

Harta yang halal. Bukan banyak harta, tapi harta yang dimiliki mubah atau bahkan haram wal ‘iadu billah. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi suci, bersih dan kokoh. Sehingga memberikan ketenangan dalam hidup.

6). Tafaquh fid-dien

Semangat untuk memahami agama. Dengan belajar ilmu agama, semakin cinta kepada agama, semakin tinggi cinta kepada Allah dan Rasulullah. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hati.

7). Umur yang barokah

Makin tua makin saleh. Setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Makin tua makin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umurnya.

Semoga Allah memudahkan kita dalam perjuangan besar untuk memiliki tujuh indikator kebahagian yang disebut Ibnu Abbas radhiallahu ‘anha di atas. Aamiin Ya Allah.

INILAH MOZAIK

Lihat Rasulullah Shalat, Thufail Pun Berikrar Syahadat

Kisah berikut ini menggambarkan luhurnya akhlak Rasulullah SAW yang membalas keburukan dengan kebaikan. Tidak ada dendam di hati Baginda Rasul. Ini tampak saat Thufail bin Amr, pemimpin suku ad-Dausy, sebagaimana uraian H Andi Bastoni dalam buku 101 Sahabat Nabi, berkonsultasi tentang kondisi kaumnya yang menolak dakwah.

Sebelum pulang ke kampung halamannya setelah sebelumnya belajar langsung kepada Rasul tentang Islam dan berikrar syahadat, Thufail menemui Rasulullah sekali lagi untuk meminta restu.

“Wahai, Rasulullah. Kaumku begitu patuh kepadaku sebagai pemimpinnya. Aku akan kembali kepada mereka dalam waktu dekat ini. Aku hendak mengajak mereka semua untuk memeluk Islam. Aku meminta engkau berdoa kepada Allah agar Dia memberikan kepadaku kekuatan,”pinta Thufail. Nabi Muhammad pun berdoa dan menasihati pemuka suku ad-Dausy itu.

Thufail bin Amr ad-Dausy tiba di Tanah Airnya. Awalnya, Thufail mengabarkan dan mengajak orang tua dan istrinya. Mereka menerima Islam dengan sepenuh hati. Akan tetapi, kaumnya tidak langsung mendengarkan dakwahnya. Hanya Abu Hurairah, kelak menjadi perawi hadis Nabi, yang lekas menjadi Muslim.

“Selang waktu kemudian, Thufail bin Amr bertamu ke rumah Rasulullah. Kali ini, ia ditemani Abu Hurairah. Bagaimana perkembangan dakwahmu, Thufail bin Amr? tanya Nabi Muhammad.

“Kebanyakan kaumku masih tertutup mata hatinya untuk menerima Islam. Sungguh kaumku masih sesat dan durhaka,” keluh Thufail.

Rasulullah kemudian meminta waktu sebentar. Setelah mengambil wudhu, beliau masuk ke dalam kamarnya. Samar-samar terdengar, Rasulullah rupanya sedang melaksanakan shalat.

Awalnya, Abu Hurairah cemas lantaran mengira Rasulullah berdoa agar Allah menurunkan azab atas kaum ad-Dausy. Ternyata, sebaliknya, Rasulullah mendoakan kebaikan dan meminta kepada Allah agar membuka pintu hidayah bagi mereka. Usai itu, Rasulullah SAW menyuruh Thufail kembali kepada kaumnya.

Begitu sampai, Thufail mendapati sikap mereka berubah. Kini, mereka rela mengikuti jejak pemimpinnya untuk menjadi Muslim. Thufail bersyukur kepada Allah atas hidayah yang meliputi segenap penduduk Tihamah. Thufail tetap berada di tengah kaumnya sejak saat itu hingga tiba masanya Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Beberapa waktu lamanya, kabar adanya Perang Uhud sampai juga ke Tihamah. Thufail berkeinginan agar ia dan kaumnya dapat ikut membantu pasukan Muslim Madinah. Menjelang Perang Khandaq, Thufail dan sebanyak 80 keluarga Muslim Tihamah datang menghadap Rasulullah.

Kedatangan mereka disambut gembira oleh Nabi. Sebelum berangkat ke medan perang, Rasulullah menyertakan kabilah ad-Dausy itu di sisi kanan pasukan Muslim. Kompi yang dipimpin Thufail bin Amr ini bernama Mabrur.

Sejak peristiwa itu, Thufail selalu setia mendampingi perjuangan Nabi Muhammad. Perlahan tapi pasti, kekuatan Muslim Madinah sudah begitu kokoh. Sebaliknya, kaum musyrik Makkah kian lemah. Rasulullah akhirnya memimpin gelombang umat Islam dari Madinah dan sekutunya menuju Makkah untuk membebaskan kota kelahiran Nabi itu dari kekuasaan musyrikin.

Masih dalam suasana penaklukkan Makkah, Thufail bin Amr meminta izin kepada Rasulullah SAW. Dia ingin pergi ke Dzil Kafain dan menghancurkan berhala-berhala yang tersisa di sana. Dzil Ka fain masih termasuk wilayah kekuasaan Kabilah ad-Dausy.

Atas izin Rasulullah SAW, Thufail berangkat ke Dzil Kafain dengan menyertakan satu regu pasukan dari kabilahnya sendiri. Rupanya, masyarakat setempat tidak memberikan perlawanan berarti. Mereka hanya mengancam Thufail dan rombongannya akan takhayul, yakni bilamana berhala-berhala itu dihancurkan, akan turun halilintar dari langit. Tentu saja, Thufail tidak gentar sedikit pun.

Sebelum membakar berhala-berhala kaum Dzil Kafain, Thufail bin Amr menyeru agar disimak seluruh Dzil Kafain, Kelahiran kami lebih dahulu daripada keberadaan kalian (berhala-berhala). Inilah aku, akan menyulut api kepada kalian!

Nyatanya, berhala-berhala tersebut musnah dilalap api. Tidak ada satu bencana pun yang turun dari langit ataupun bumi. Orang-orang Dzil Kafain berbondong-bondong masuk Islam setelah menyadari kebodohan takhayul jahiliyah itu. Seluruh penduduk wilayah ad-Dausy kini menjadi Muslim.

Ketertarikan Thufail terhadap ajaran Islam, berawal saat dia melihat Rasulullah menunaikan shalat. Propaganda miring pemuka Quraisy saat itu, tidak mampu menahan Thufail mengetahui lebih mendalam tentang agama ini.

Selama di Makkah, Thufail bin Amr ad-Dausy mendapatkan perlakuan sebagai tamu istimewa. Thufail menerimanya sebagai penerimaan yang wajar dari para bangsawan yang juga rekan dagangnya. Namun, di balik itu semua pemuka musyrikin Quraisy ini ingin menjauhkan sosok penting suku ad- Dausy tersebut dari pengaruh Islam.

“Wahai, Thufail. Kami sangat gembira Anda datang ke negeri kami walaupun negeri kami sedang dilanda kemelut, kata seorang pemimpin Quraisy. Ada apa sesungguhnya? tanya Thufail keheranan.

“Orang yang mendakwahkan diri sebagai nabi itu, Muhammad, telah merusak agama kita, kerukunan, dan persatuan di tengah-tengah kita. Kami sangat cemas bila dia juga akan merusak Anda. Karena Anda seorang pemimpin, pengaruhnya pun dapat sampai ke kaum Anda. Bisa-bisa terjadilah apa yang kami alami sekarang ini,”jawab orang itu.

“Oleh karena itu, Anda jangan mendekati Muhammad. Jangan berbicara dengan nya. Jangan pernah mendengarkan kata-katanya. Kalau dia berbicara, kata-katanya itu bagaikan sihir yang memperdaya. Kata-katanya dapat membuat seorang anak benci kepada bapaknya, seorang suami menceraikan istrinya, atau merenggangkan hubungan saudara,” sambung tokoh Quraisy yang lain.

Mereka pun mengarang cerita-cerita buruk mengenai Nabi Muhammad di hadapan Thufail bin Amr ad-Dausy. Bahkan, mereka memutarbalikkan fakta sehing ga tampak kaum Muslim sebagai ancaman dan para pemuka musyrikin bagaikan korban. Tujuannya jelas agar sosok yang berpengaruh besar seperti Thufail menjauh dari dakwah Rasulullah.

Thufail menganggap anjuran para tokoh Quraisy itu tidak begitu serius. Dia memang sudah mengetahui siapa itu Muhammad. Namun, baginya, dakwah Muhammad hanyalah urusan dalam negeri Makkah.

Keesokan harinya, Thufail berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan thawaf. Begitu ia memasuki masjid, dia mendapati Nabi Muhammad sedang melaksanakan shalat. Gerakan-gerakan shalat Nabi itu mengherankannya. Sebab, Thufail belum pernah menyaksikan ibadah semacam itu sebelumnya. Rasa heran menjadi takjub ketika Thufail mendengarkan bacaan, ayat-ayat suci Alquran, dari lisan Rasulullah SAW.

Thufail bin Amr ad-Dausy tidak dapat memadamkan rasa ingin tahu. Dalam benaknya, Thufail bersumpah untuk dapat memilah. Apa-apa yang menurutnya buruk dari Muhammad akan diambil, sedangkan yang buruk akan ditolaknya. Setelah Rasulullah usai dengan shalatnya dan pergi, Thufail membuntuti hingga ke kediamannya. Dia kemudian mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW.

Salamnya berbalas suara Rasulullah yang ramah dan memintanya untuk masuk. “Wahai, Muhammad. Sesungguhnya kaum Anda berkata tentang Anda sebagai orang yang ini-itu. Mereka menakut-nakutiku, menyebut buruk agama Anda. Aku sempat memalingkan diri dari Anda, tidak mau mendengar apa pun dari lisan Anda. Tetapi, Allah ternyata berkehendak lain. Aku menilai kata-kata Anda dalam ibadah tadi bagus dan baik. Ajarkanlah kepadaku agama Anda itu, kata Thufail membuka perbincangan.

Rasulullah pun menjabarkan Islam dan Alquran. Beliau juga membacakan kepada Thufail surah al-Ikhlas dan al- Falaq, serta menjelaskan makna keduanya. Tidak membutuhkan waktu lama, pe mimpin suku ad-Dausy itu pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak saat itu, Thufail menjadi seorang Muslim.

Dia pun menunda kepulangannya ke Tihamah untuk beberapa hari lamanya. Dia ingin menghafal ayat-ayat Alquran yang Rasulullah ajarkan kepadanya. Selain itu, ia ingin memperlancar ibadah shalat dan mendalami pengetahuan tentang Islam.

Syahid di Medan Perang

Ketaatan Thufail bin Amr ad-Dausy terhadap Islam masih menguat meskipun Rasulullah sudah wafat. Hal ini dibuktikan dengan kontribusinya dalam memerangi kaum murtad. Di bawah pimpinan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Thufail dan pasukannya bergabung dengan kekuatan Muslim untuk menumpaskan sang nabi palsu, Musailamah al-Kadzdzab.

Takdir Allah atas diri Thufail bin Amr ad- Dausy. Sebelum sampai di Yamamah, lokasi pusat kekuasaan Musailamah, Thufail mengalami mimpi saat tidur malam. Dia merasa, mimpinya ini penuh tanda-tanda yang dapat ditafsirkan.

Dalam mimpinya, Thufail melihat kepalanya dicukur. Seekor burung keluar melalui mulutnya. Kemudian, seorang perempuan datang dan memasukkan Thufail ke dalam perutnya. Amr bin Thufail, anaknya, meminta agar dapat ikut masuk ke dalam perut perempuan itu. Namun, dia tidak dapat berbuat apa-apa karena ada dinding pembatas yang muncul.

Tafsir mimpi ini adalah bahwa tidak lama lagi Thufail bin Amr akan menemui ajalnya dalam peperangan. Burung ibaratnya nyawa yang keluar dari tubuh Thufail. Perempuan yang memasukkan Thufail ke dalam perutnya adalah tanah yang akan mengandung jasad Thufail sebagai syahid. Adapun anaknya, Amr, berharap juga dapat mati syahid, tetapi harapan ini tidak terwujud di peperangan yang sama.

Pada faktanya, Thufail bin Amr gugur sebagai pahlawan Muslim dalam perang melawan pasukan Musailamah sang nabi palsu. Adapun putranya, Amr, mengalami luka-luka yang cukup parah, yakni tangannya putus karena ditebas pedang. Jasad Thufail bin Amr dimakamkan di lokasi pertempuran.

Sejarah mencatat, anaknya Thu fail bin Amr juga ikut menjadi syuhada di ajang yang terjadi kemudian, Perang Yarmuk. Allah telah memberikan rahmat-Nya kepa da bapak dan anak itu.

BPIH Tahun 2019 Kemungkinan Naik

Kementerian Agama (Kemenag) khususnya Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) sedang persiapan pembahasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). BPIH diperkirakan naik karena biaya penerbangan dan akomodasi terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar dan riyal.

“Kemungkinan ada (kenaikan BPIH), yang jelas dari indikator-indikator makro ekonomi jelas pasti naik,” kata Direktur Pengelolaan Dana Haji dari Dirjen PHU Kemenag Maman Saefullah kepada Republika.co.id, Kamis (8/11).

Maman mengatakan, sekarang nilai tukar rupiah terhadap dolar Rp 15 ribu. Sedangkan, tahun lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar rata-rata Rp 14 ribu. Kondisi ini akan mepengaruhi biaya penerbangan karena memengaruhi harga avtur (bahan bakar pesawat terbang). Tapi, jangan sampai direct cost yang dibebankan kepada jamaah terlalu tinggi.

Ia juga menyampaikan, nilai tukar rupiah terhadap riyal sekarang berubah, dulu 1 riyal sama dengan Rp 3.500, sekarang sudah Rp 4.050. Tentu hal ini akan berpengaruh terhadap biaya akomodasi, seperti biaya untuk penginapan jamah haji. Jadi, BPIH masih dalam tahap penjajakan angka-angka. “Masih belum ketemu angkanya, masih dikoordinasikan dulu, kalau dolar naik biaya penerbangan terpengaruh,” ujarnya.

Maman menjelaskan, dana optimalisasi dari BPKH juga belum maksimal karena baru tahun ini BPKH mulai bekerja. Jadi, keuntungan hasil kerja BPKH belum maksimal. Meski demikian, menurutnya, kenaikan BPIH tergantung keputusan DPR RI. DPR RI bisa saja menekan agar dana optimalisasi bisa ditingkatkan.

Rencananya, pembahasan BPIH dilaksanakan pada 26 November 2018. Diharapkan, pertengahan Desember tahun ini BPIH sudah ditetapkan Presiden. Pembahasan BPIH tahun ini dipercepat agar pembahasannya lebih matang dan intens. “Kemarin baru penyusunan pagu indikatif, seluruh Kantor Wilayah Kemenag, UPT Asrama Haji, dan direktur-direktur telah mengusulkan, intinya direktur-direktur mengusulkan inovasi pelayanan di luar negeri,” jelas Maman.

Kuliah Merakyat Khoirizi: Yuk Dakwah Haji

Ciawi (PHU)–Musim haji telah usai, bukan berarti persiapan penyelenggaraan terhenti, justru sebaliknya dilakukan lebih dini. Bahkan, jemaah haji yang telah kembali ke Tanah Air dilakukan pembekalan untuk berperan dalam kesalehan sosial.

Menyinggung soal jemaah paska haji, Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) Khoirizi menyampaikan hal penting. Pertama, menjaga kemabruran haji untuk diri sendiri. Kedua, menjaga kemabruran haji untuk sosial. Ketiga, menjaga kemabruran haji dalam informasi.

“Jemaah haji diharapkan mampu menjadi agen informasi tentang perhajian. Baik pada keluarga, tetangga, sanak, kerabat dan saudara. Ini bagian dari dakwah tentang haji. Yuk dakwah haji,” himbau Khoirizi saat memberikan kuliah merakyatnya pada para jemaah paska haji di Wisma Ciawi Bogor, Rabu (07/11).

Tahun ini dan boleh jadi tahun-tahun mendatang masyarakat dihadapkan pada sentimen-sentimen negatif melalui info yang kurang bertanggungjawab, hoaks misalnya.

“Hoaks tentang perhajian juga terjadi. Penting bagi kita sebagai jemaah haji, jemaah paska haji, umat Islam dan publik secara umum untuk bertabayyun,” ujar putra  hafiz Alquran ini.

Khoirizi juga menekankan agar bertanya tentang haji pada orang yang tepat. Agar hoaks tak menjadi fitnah dan merugikan bukan hanya bagi negara, Kementerian Agama, namun juga pada Islam itu sendiri.

“Tanyalah pada pegawai Kepala Kantor Kementerian Agama, pada Majelis Ulama Indonesia, pada pembimbing haji yang sudah bersertifikat, pada KUA, Penyuluh Agama Islam domisili dan lainnya,” ungkapnya.

Sebelum mengakhiri kuliah merakyatnya, Khorizi berpesan bahwa musuh haji terbesar saat ini adalah penyempitan arus informasi atau distorsi dan enggan bertanya. “Jadilah agen dakwah haji,” tutupnya.

Hadir dalam kuliah haji merakyat para alim, ulama, ustaz, dai, pembimbing haji, penyuluh haji dan Kasi Haji Kemenag Kabupaten Bogor Syamsudin sebagai penggagas acara.(ar/ha)

KEMENAG RI