Menjadi Ayah Jamaah Haji

Suasana Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi tampak berbeda pada Sabtu (11/8). Sejumlah pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia dan perwakilan Pemerintah Arab Saudi terlihat menunggu seorang tamu penting. Ya, dia adalah pemimpin jamaah haji Indonesia yang tidak lain adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Banyak orang menyambutnya dengan jabatan tangan. Alih-alih beristirahat, Lukman justru menengok 405 anggota kelompok terbang JKS 83. Mereka baru saja menikmati pelayanan jalur cepat keimigrasian di sana. Ini merupakan inovasi penyelenggaraan haji yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dengan mengenakan peci hitam, kaca mata, dan kemeja putih yang dilapisi jas abu-abu, dia menyalami jamaah haji lanjut usia yang menumpangi mobil golf. Mereka tak menyangka berjabat tangan dengan pembantu presiden yang selama ini hanya terlihat di televisi dan foto berita. Bahkan foto mereka berjabat tangan diabadikan jurnalis dan menghiasi halaman pemberitaan media massa nasional.

Beberapa hari kemudian Lukman mengunjungi penginapan di Misfalah, tempat jamaah Lombok yang keluarganya baru saja tertimpa musibah gempa. Jamaah langsung mengerumuninya, menjabat tangannya erat-erat, menyampaikan keluh-kesah tentang kondisi keluarga di Lombok yang diguncang gempa.

”Semoga baik-baik saja. Mari doakan sama-sama agar saudara kita warga Lombok diberi kekuatan,” pesan Lukman kepada siapa pun yang ditemuinya.

Tak ada jarak antara Menteri dengan jamaah. Protokoler atau pejabat eselon pun tak menghalangi jamaah mendekati putra bungsu (alm) KH Saifuddin Zuhri itu. Mereka melebur dalam kebersamaan. Bagi saya ini bukan semata-mata melaksanakan tugas supervisi, tapi juga keakraban, kebersamaan, perhatian, bahkan cinta Lukman sebagai ayah 220-an ribu jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.

Di sini mereka tak punya keluarga dan kerabat menemani. Tak tahu kemana harus mencurahkan isi hati. Pada saat itulah Menteri Agama dan jajarannya hadir menjadi tempat ratusan ribu jamaah Indonesia bersandar.

Menjadi ayah sudah pasti lebih mengutamakan kebahagiaan anak-anak ketimbang dirinya. Ketika mau berangkat sekolah, sang ayah akan menanyakan apakah PR sudah dikerjakan? Seragam sudah siap? Naik apa? Uang jajan sudah dapat? Semua persiapan itu dipastikan ada, sehingga anak dapat belajar di sekolah sebaik mungkin. Bahkan ketika di sekolah pun anak ditanyakan bagaimana belajarnya? Apa yang terjadi di sana? bagaimana guru yang mengajar?

Tak hanya menanyakan, dia bahkan rela memberikan hal lebih: mencurahkan tenaganya untuk mendampingi anak mengikuti ujian misalkan. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaan tertentu demi kemaslahatan sang anak.

Lukman menunjukkan perhatian semacam itu saat berwukuf di Arafah, tempat berkumpulnya 2.371.675 seluruh jamaah haji. Ahad (19/8) malam angin badai berembus di sana membawa debu pasir penyiksa mata, menyakiti kulit jamaah yang hanya mengenakan dua helai kain.

Banyak yang berhamburan keluar tenda untuk keselamatan, tak terkecuali 220 ribuan jamaah Indonesia. Teriakan doa dan asma Allah terdengar di mana-mana. Lukman pun berjalan menuju tenda jamaah.

Di tengah jalan, dia melihat lima orang jamaah berkerumun makan nasi adem terbungkus plastik. Lukman mengetahui mereka belum mendapatkan jatah makan dari maktab. “Kenapa terlambat? Ada apa?”

Ketua Satgas Arafah, Arsyad Hidayat, yang mendampinginya menjelaskan, ketika angin kencang berembus, kesibukan dapur terhenti. Makanan sudah dimasak, tapi belum sempat dikemas. Setelah tak ada badai, pengemasan dan distribusi kembali berjalan.

Lukman kemudian menyambangi jamaah dan meminta maaf karena pelayanan kateringterlambat. ”Mohon bersabar. Jangan lupa beristirahat, karena besok kita akan berwukuf,” pesan Lukman yang disambut senyum jamaah.

Hingga tengah malam, Lukman masih memeriksa tempat tinggal jamaah yang jauh. Keesokan harinya pun dia masih melakukan hal sama. Bahkan tanpa pengawalan, Amirul Hajj diam-diam memasuki pos kesehatan Arafah, tempat pewukuf uzur berbaring menjalani pengobatan.

Di samping pewukuf sakit yang terbaring, dia duduk dan berbicara empat mata: memotivasinya agar menyelesaikan rukun Islam kelima. Entah kapan beristirahat dan bersantai. Dia hanya berjalan mendatangi jamaah lagi dan lagi.

Di area Jamarat saat 350 tamu Allah kelelahan pun Lukman hadir. Dengan mengenakan peci putih, di sana Menteri memastikan tim mobile crisis memberikan pertolongan. Setelah itu dia tak meminta kendaraan khusus mengantarnya ke tenda misi haji. Lukman berjalan kaki sepanjang Jamarat, seperti jamaah haji pada umumnya.

Sedangkan mereka yang kelelahan tak mampu berjalan ditandu dan diantar dengan kursi roda. Masih ada 518 jamaah kelelahan yang dituntun. Semuanya menuju tenda pos kesehatan.

Entah berapa banyak tamu Allah mendekati, berbicara, dan berfoto dengannya. Mereka senang, meski baru saja merasakan badai gurun atau pun kelelahan berjalan jauh dari tenda maktab ke jamarat selama mabit di Mina.

Buat apa Lukman melakukan itu semua? Kalau sebatas pemimpin, Lukman cukup mendelegasikan kunjungan seperti di atas: pengawasan katering, transportasi, akomodasi, perlindungan, dan segudang pelayanan jamaah di Tanah Suci, kepada empat ribu petugas haji dari berbagai instansi.

Tapi dia tak hanya mendengarkan dan memerintahkan bawahannya. Sang ayah ingin turun langsung mencurahkan kasih sayang kepada para jamaah yang menjadi tanggung jawabnya.

“Sakit apa? Sudah lempar jumrah belum?” tanya Lukman. Sedangkan jamaah yang berada di puncak kelelahan merasa terhibur, tak menyangka akan didatangi seorang menteri.

Di saat orang sibuk dengan ingar-bingar politik pemilihan presiden di dalam negeri, Lukman yang juga politisi, justru larut dalam keakraban bersama dhuyufurrahman, tamu Allah yang mendatangi Tanah Suci.

Dia lebih memilih mengorbankan waktu dan dirinya untuk mereka yang kebanyakan baru mendatangi baitullah, tempat para nabi mendakwahkan ajaran suci, ketimbang berdebat politik yang jauh dari kesantunan. Di Tanah Suci, tempat para nabi dulu bermunajat, Lukman mengajak seluruh jamaah haji mendoakan bangsa agar tetap damai.

 

REPUBLIKA

Serba-serbi Haji (6): Semangat Berlebihan

PUANG H Mochtar Tompo berbagi cerita bahwa dalam perjalanan ke Mina bersamalah beliau dengan beberapa jamaah lain berjalan kaki. Agar tak jenuh dan demi untuk membunuh waktu, berbincanglah mereka tentang pengalamannya masing-masing.

Ada yang cerita hp hilang, hp tertinggal, batu untuk melempar jumroh hilang, batu tertinggal sampai pada istri yang tertinggal. Kasusnya sesungguhnya biasa saja, masih ikut teori bahwa semangat berlebih seringkali mengurangi ingatan. Hahaha

Mat Kelor yang ada dalam rombongan perbincangan itu bertanya pada salah seorang yang sepanjang perjalanan diam membisu: “Bapak ini nafar awwal apa nafar tsani?” Pertanyaan ini sesungguhnya biasa saja, namun jawabannya yang membuat orang bergelaktawa: “Saya NAFARUDDIN, asal Makassar.” Semua tertawa, tak terkecuali Puang Mochtar Tompo, pemuda cerdas anggota DPR RI Komisi VII ini.

Menariknya Mat Kelor malah terdiam. Ketika saya tanya mengapa tidak tertawa juga, dia menjawab: “Ternyata ada jenis NAFAR yang lain yang belum dijelaskan dalam manasik. Nah, sekarang giliran saya yang tertawa ngakak. Saking berlebih semangat tertawa saya, saya terlupa bahwa kopiah saya lepas dari kepala saya.

Ya, terlalu bersemangat memang ada saya efeknya ya. Tapi peristiwa hari ini, efek terbesarnya adalah lupa yang menyenangkan, lupa yang membuat tertawa. Mat Kelor juga terkena syndrome ini. Begitu semangatnya makan siang menu ikan, dia sampai lupa pada kaca matanya sendiri. Tolah toleh ke kanan ke kiri dan bertanya apa ada yang menemukan kaca matanya. Sahabatnya sambil ngakak berkata: “Yang kamu pakai di depan matamu itu apa?” Mat Kelor tertunduk malu, ternyata kacamata yang dicari masih ada di atas hidungnya.

Kisah lain hari ini adalah ada jamaah yang saat melempar jumroh tadi bertanya: “Kiai, saya tadi melemparnya lebih. Harusnya kan 7 butir, saya 14 butir. Sah apa tidak? Kena dam apa tidak?” Saya tak langsung menjawab. Dalam batin saya, semangat jamaah ini untuk melempar syetan luar biasa juga. Semangat yang berlebih. Saya jawab: “Sah dan tidak kena dam.” Wajahnya senang sumringah, namun syetan pada cemberut. Hahahaaa

Jalani hidup, nikmati hidup. Berusahalah untuk mengubah kisah derita menjadi kisah bahagia. Bagaimana caranya? Saya mau tanya pada Mat Kelor. Salam, AIM, Pembimbing Haji PT Kanomas Travel & Tour. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (5): Mengapa Aku Berbeda?

NAFASNYA terengah-engah, Mat Kelor pulang dari melempar jumroh sangat terlambat dibandingkan yang lain. Teman-temannya khawatir sekali dia kesasar karena ini adalah haji pertama kalinya baginya dan dia tak paham bahasa Arab. Rupanya dia pulang membawa seorang lelaki yang juga memakai baju ihram. Tatapan lelaki ini kosong. Mat Kelor berkata: “Dia terpisah dari rombongannya dan sedikit bermasalah.”

Mat Kelor akhirnya bercerita bahwa lelaki itu menangis sendirian di tempat jumroh. Ketika ditanya mengapa, lelaki itu menjawab: “Orang lain begitu mudah melihat setan, sehingga bersemangat melempar jumrah. Sementara sejak tadi saya belum melihat satu pun setan, makanya saya belum mau melempar sama sekali. Mengapa saya berbeda dengan mereka. Begitu buruknya penglihatan saya.”

Mat Kelor mendadak menjadi ustadz. Dia bertutur: “Cobalah renungkan, adalah setan dalam hatimu yang mengajakmu berbuat dosa, menganjurkanmu untuk bakhil, membisikkanmu bahwa kamu lebih baik ketimbang orang lain?” Lelaki tadi itu langsung menjawab: “Banyak dan sering datang begitu.” Mat Kelor melanjutkan petuah: “Lempar dia supaya keluar dari dirimu. Tapi jangan lempar dirimu sendiri, lemparlah tugu jumrah itu sebagai simbol. Namun iringkan dengan niatmu bahwa kamu melempar setan dan tak mau bersamanya. Maka, setan itu akan pergi dari dirimu.”

Tiba-tiba, lelaki itu bangkit dan lari ke depan tugu sambil berteriak “Bismillaah Allahu Akbar. Kulempar syetan demi menggapai ridla Dzat Yang Maharahman.” Semangat sekali, sampai sebagian batunya mendarat di kepala orang hitam tinggi besar yang ada di hadapannya. Lelaki kulit hitam itu menoleh dan membentak: “Aku bukan syetan.” Lalu kami pulang. Dia kuajak bersama, akan ku kasih bubuk daun kelor biar segar dan fit kembali.

Selamat Pak Mat Kelor. Teruslah berbagi cerita. Inapirasi tak selalu datang dari para sarjana. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Jamaah Diminta Jangan Selundupkan Zamzam

Kepulangan jamaah haji Indonesia gelombang pertama akan dimulai pada Senin (27/8) pagi waktu setempat. Terkait kepulangan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mewanti-wanti jamaah agar tak mencoba membawa sendiri air Zamzam dari Tanah Suci sebelum berangkat.

“Jamaah tak boleh membawa Zamzam karena nanti akan diberikan jatah lima liter yang akan diterima di embarkasi masing-masing,” kata Kepala Daker Bandara PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat di Jeddah, Ahad (26/8), kepada wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami. Ia mengatakan, alasan pelarangan ini karena peraturan ketat penerbagan soal pelarangan membawa benda cair di pesawat.

Menurut Arsyad, nantinya pihak kargo yang ditugaskan mengangkut koper-koper bagasi jamaah akan melakukan penyisiran di hotel masing-masing jamaah yang akan diberangkatkan. Jika mereka menemukan jamaah yang mencoba membawa Zamzam langsung akan disita.

Hal tersebut akan menimbulkan kerepotan bagi jamaah karena pada saat penyitaan tentu barang-barang bawaan jamaah yang sidah tersusun rapi dalam koper akan dibongkar petugas kargo. Saat pembongkaran tersebut, ada kemungkinan barang-barang bawaan jamaah tercecer.

Sebab itu, Arsyad mengatakan, sebaiknya jamaah jangan coba-coba mengakali petugas kargo. “Jadi para petugas kargo ini memiliki alat pemindai yang bisa mendeteksi keberadaan benda cair dalam koper. Jadi mencoba membawa Zamzam dalam botol kecil juga jangan,” kata Arsyad memperingatkan.

Demikian juga, jamaah tak diperkenankan membeli paket Zamzam di bandara tempat mereka bertolak, baik Bandara King Abdulaziz Jeddah maupun Amir Muhamman bin Abdulaziz Madinah. Di bandara, kata Arsyad, akan dilakukan juga pemeriksaan barang-barang bawaan jamaah.

Sehubungan maraknya pemberitaan soal kemasan Zamzam palsu yang dijual di Tanah Air, Arsyad mengatakan hal tersebut tak perlu dikhawatirkan. “Yang dibagikan maskapai di embarkasi masing-masing jamaah pasti asli,” ujar dia.

Arsyad menuturkan, koper bagasi jamaah akan ditimbang dan diperiksa pihak kargo di hotel masing-masing jamaah setidaknya 48 jam sebelum keberangkatan. Petugas kargo tersebut ditunjuk maskapai masing-masing kloter untuk mengurusi bawaan bagasi jamaah sampai ke Tanah Air.

“Jadi koper tak lagi ditenteng jamaaah ke bandara saat kepulangan,” kata dia. Jamaah meninggalkan Makkah hanya memegang koper jinjing yang akan diperiksa kembali untuk meastikan di dalamnya tak ada barang-barang terlarang dibawa jamaah.

Selain Zamzam, jamaah juga dilarang membawa benda-benda tajam dari Makkah. Jamaah dari Saudi yang akan bertolak ke Tanah Air juga dilarang membawa uang tunai lebih dari 60 ribu riyal Arab Saudi atau sekira Rp 240 juta. “Meski dalam jumlah itupun tetap akan dicurigai dan diinterogasi.

Kabid Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid menuturkan, pemulangan gelombang pertama akan dimulai Kloter 01 Debarkasi Palembang yang akan bertolak Senin (27/8) dinihari. Koper-koper mereka mulai ditimbang pihak Saudi Arabia Airlines pada Ahad (26/8) di wilayah Sektor 11 Makkah.

Pada hari pertama kepulangan tersebut, sebanyak 18 kloter akan diberangkatkan. Tujuh serikat perusahaan bus bakal mengangkut jamaah-jamaah tersebut dari Makkah ke Bandara Jeddah. “Kendaraannya sudah kita siapkan sesuai dengan kontrak bersama,” kata Subhan di Makkah.

 

REPUBLIKA

Serba-serbi Haji (4): Pusing Cari Kotak Amal

MAT Kelor memang sudah menjadi kaya semenjak menekuni bisnis kelornya. Namun gaya hidupnya tetap saja gaya Suliman masa lalu, tak ada beda. Bahasanyapun tetap bahasa Madura, kecuali terpaksa maka dia berbahasa Indonesia dengan kosa kata terbatas.

Ada yang bertanya kepadanya kok bisa kaya padahal tak bisa bahasa Inggris. Dijawabnya: “Uang itu tak memakai bahasa mulut, melainkan bahasa hati.” Jawaban ini memiliki banyak tafsir. Kapan-kapan undanglah dia untuk bercerita tentang bahasa uang.

Hari kedua di Mekah, Mat Kelor dan isterinya terpisah dari jamaah seusai thawaf, sai dan cukur. Lama sekali tak pulang ke hotel. Sang pembimbing mencarinya dan akhirnya ketemu. Ditanyalah mereka berdua mengapa menghilang. Jawabnya: “Kami tak menghilang Ustadz. Kami keliling masjidil haram ini mencari posisi kotak amal. Tak nyaman hati ini pulang masjid sebelum meletakkan uang dalam kotak amal.”

Ternyata, orang kalau sudah biasa shadaqah merasa tak enak kalau tak shadaqah. Persis dengan orang yang tak biasa shadaqah pasti merasa tersiksa batinnya saat diminta sumbangan. Sang Pembimbing menjelaskan bahwa di Mekah ini tak ada masjid yang punya kotak amal. Toilet pun tak ada kotak amal. Mat Kelor kagum luar biasa. Sambil geleng kepala berkata: “Di Indonesia, kotak amal masjid biasa jalan ke rumah-rumah bahkan ke jalan raya.”Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Fotografer Misterius yang Pertama Abadikan Makkah

Sangat sedikit sumber yang menceritakan ihwal Abdul Ghaffar, seorang fotografer pertama yang mengabadikan foto-foto Kota Makkah. Namun, karyanya tentang musim haji menjadi karya yang pas untuk dibicarakan 130 tahun kemudian.

Dilansir di Arab News pada Kamis (23/8), Ghaffar mencatat pengalamannya di Makkah pada 1884-1885 di buku hariannya. Ia juga menceritakan kisah itu pada mentornya, seorang cendekiawan Belanda Christiaan Snouck Hurgronje melalui surat.

“Ketika bertemu di Makkah, Ghaffar sudah mempraktikkan fotografi, tetapi dengan sedikit pendekatan sistematis pada objeknya,” kata Hurgronje dalam bukunya.

Antara 1886 hingga 1889, Ghaffar mengabadikan sekitar 250 foto Makkah dan penduduknya, serta foto-foto pertama jamaah selama musim haji. Hurgronje adalah yang pertama mengakui karya Ghaffar menampilkan bakat artistik yang cukup besar.

Selain cintanya untuk fotografi, Ghaffar bekerja sebagai dokter gigi, pembuat jam tangan, pembuat senjata, dan smelter untuk emas dan perak. Namun, minat terbesarnya terletak pada teknik fotografi modern yang diperkenalkan oleh Hurgronje.

Ghaffar ingin sekali belajar lebih banyak soal fotografi. Karena itu, Hurgronje menawari Ghaffar untuk menggunakan studio fotografinya.

Setelah Hurgronje dipaksa meninggalkan Semenanjung Arab, Ghaffar menggunakan cetakan albumen dan 144 piring kaca yang ditinggalkan oleh orang Belanda itu. Hurgronje percaya peninggalannya itu bisa memanipulasi materi yang diambil Ghaffar.

Ghaffar membagikan foto-fotonya dengan Hurgronje dan jelas karyanya dipengaruhi oleh surat-menyurat dengan fotografer Belanda itu. Namun, Ghaffar tidak menyetujui keinginan Hurgronje yang mengusulkan untuk membidik penggambaran perempuan, budak, orang miskin, dan elemen antropologis lainnya.

Ghaffar hanya mengambil beberapa yang menarik perhatiannya. Kemudian, fotografer misterius itu mengirim lebih dari 250 foto yang dicetak ke Hurgronje dalam 15 pengiriman antara 1886 dan 1889. Hurgronje menerbitkan sejumlah foto-foto itu dalam bukunya.

Karya-karya sisa Ghaffar yang belum diterbitkan atau setidaknya gambar-gambar yang dikaitkan dengannya, disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda dalam arsip Snouck Hurgronje. Lagi-lagi, foto-foto itu terdaftar sebagai karya di bawah nama fotografer Belanda.

Dalam sebuah publikasi pada 1889, yang menampilkan koleksi foto jamaah haji pertama selama musim haji, Hurgronje menyebutkan Ghaffar hanya sebagai seorang dokter dari Makkah yang dia didik. Hari ini, gambar-gambar itu berbicara menawarkan cerita alternatif penggambaran umum Semenanjung Arab dari era itu. Seluruh koleksi itu bernilai hingga 120 ribu poundsterling (160 ribu dolar AS). Di dalamnya termasuk foto pertama Kiswah Al-Ka’bah di Makkah, gambar masjid dan Ka’bah Suci, tenda-tenda jamaah di Gunung Arafah, dan lukisan di Masjid Nabawi di Madinah.

 

REPUBLIKA

Ratusan Jamaah Haji Indonesia Ajukan Pulang Cepat

Sebanyak 300 orang jamaah haji terdata mengajukan perpulangan yang dipercepat (tanazul) karena sejumlah alasan. Dokumen mereka kini diproses oleh petugas Kantor Urusan Haji (KUH) Daerah Kerja (Daker) Makkah.

“Hingga sebelum wukuf kami mencatat sudah ada sebanyak itu ya. Kemungkinan ada penambahan,” kata Kepala Daker Makkah Dr Endang Jumali di Syisyah Makkah pada Jumat (24/9).

Ada beberapa alasan yang mengharuskan jamaah mengajukan percepatan perpulangan ke Tanah Air. Pertama adalah karena pisah rombongan. Misalkan ada 25 orang anggota kelompok terbang A terpisah dari rombongannya saat berangkat dari Tanah Air.

Pada saat perpulangan mereka dipastikan akan lebih dahulu diproses untuk tanazul. “Digabungkan dengan kelompok terbang dan rombongan asalnya,” kata Endang.

Kedua adalah jamaah yang mengalami gangguan kesehatan. Mereka membutuhkan perawatan lanjutan di Tanah Air, sehingga dibolehkan untuk mengajukan tanazul. Namun, sebelum berangkat, jamaah tersebut harus mendapatkan persetujuan tim medis yang menyatakan dirinya mampu dan layak terbang.

Berikutnya adalah urusan dinas. Biasanya adalah mereka yang tergabung dalam tim pemandu haji daerah (TPHD). Pengajuan mereka pun akan diseleksi dan diverifikasi lebih lanjut. Tak semua TPHD bisa mengajukan percepatan pemulangan ke Tanah Air.

TPHD, kata Endang, harus menunjukkan bukti undangan pelantikan atau pun surat keterangan dari atasannya tentang pemrosesan laporan keuangan. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memaklumi soal laporan keuangan, karena hanya penyusunan tersebut yang mengetahui seluk-beluknya. Endang memastikan mereka dapat dipulangkan lebih dahulu.

Dia mengatakan, kebanyakan jamaah tanazul adalah mereka yang terpisah rombongan. Sedangkan jamaah sakit atau jamaah yang mempunyai urusan dinas tidak sebanyak yang pertama. “Kami masih mendata. Urusan satu ini harus betul-betul kita seleksi ketat. Tidak sembarang orang bisa mengajukan tanazul,” kata Endang.

Endang menjelaskan, setelah dokumen diajukan, petugas daker akan memverifikasi data berdasarkan persyaratan yang sudah ditetapkan. Setelah itu dokumen diajukan kepada maktab. Petugas kemudian mencarikan tiket pesawat.

Jamaah sakit akan mendapatkan perhatian lebih. Dokter spesialis penerbangan akan memastikan apakah layak terbag atau tidak. “Lalu seperti apa posisi duduknya. Apakah biasa atau harus sedikit berbaring. Ini bisa disesuaikan,” kata Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Dr Nirwan Satria.

Tak sembarang jamaah sakit boleh menjadi penumpang pesawat. Mereka yang mengidap penyakit menular, seperti paru-paru, terlebih tuberculosis (TBC), dan penyakit menular lainnya, dipastikan tidak akan dibolehkan berangkat. Hal tersebut merupakan ketentuan umum penerbangan internasional.

REPUBLIKA

Jemaah Haji Gelombang Kedua Bersiap Bergeser ke Madinah

Makkah (PHU)—Jemaah gelombang kedua yang selesai melaksanakan prosesi puncak haji akan meninggalkan Makkah pada Jumat, (31/08). Pergerakkan akan terbagi menjadi tiga gelombang, dimulai pukul 06.00 waktu Saudi. Pendorongan diawali Kloter SUB 38 atau jemaah asal Surabaya.

Kabid Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Chalid mengatakan, tahap awal ada 7.331 jemaah dari 18 kloter yang akan digerakkan ke Madinah.

“Kami sudah minta agar bus-bus sudah merapat di hotel jemaah dua jam sebelum keberangkatan. Diawali petugas Maktab untuk memasuki barang barang jemaah terlebih dahulu ke bagasi bus,” ujar Subhan di Makkah, Arab Saudi. Sabtu (25/08)

Selanjutnya, kata Subhan jemaah akan mengikuti pergerakan dari masing-masing ketua kloter dan rombongan. “Untuk pendorongan jemaah berikutnya akan menyesuaikan lebih lanjut jadwalnya,” terang Subhan.

Sebelum bergerak ke Madinah, Subhan meminta masing-masing ketua kloter dan rombongan memastikan tidak ada jemaahdan barang-barangnya tercecer di hotel, seperti perlengkapan dokumen seperti paspor, buku kesehatan, dan lainnya.

Sementara untuk jemaah yang akan diberangkatkan ke Tanah Air dimulai Senin (27/08). Jemaah gelombang awal ini akan diterbangkan ke Indonesia melalui Bandara Jeddah.(mch/ha)

KEMENAG RI

Serba-serbi Haji (3): Fanatik Butuh Alasan Ilmiah

AWALNYA saya tidak begitu perhatian pada perilaku Mat Kelor dalam kaitannya dengan makanan. Baru pada hari ketiga saya sadari mengapa ruang makan selalu saja agak ramai kalau dia datang. Dia antri dengan taat dan rapi di antara jamaah haji yang juga antri makan. Saat sampai di meja prasmanan, selalu saja ada yang tertawa senyum-senyum.

Apa pasalnya? Pertama, Mat Kelor selalu berkata: “Kok selalu ayam goreng ya, kapan bebek gorengnya?” Kedua, tiap hari bertanya pada pramusaji: “Mengapa telur ayam terus, kapan telur bebek?” Para jamaah bertanya-tanya dalam hati mengapa Mat Kelor selalu bertanya tentang bebek. Mengapa dia fanatik betul dengan bebek. Tak ada yang berani bertanya karena takut menyinggung rasa.

Pak Edi, saudara saya yang rutin haji tiap tahun, memberanikan diri bertanya. Saya hanya pendengar saja karena tak enak sesama Madura bertanya hal pribadi yang sangat tak umum. Pak Suliman (nama Asli Mat Kelor), mengapa Anda fanatik telor bebek dan bebeknya sekalian. Mengapa tak suka ayam dan telur ayam?”

Mat Kelor menjawab: “Saya berusaha hidup syar’i Bapak. Semua harus ikut syari’ah. Begini ini adalah fanatik yang diharuskan demi agama. Ayam itu tidak syar’i, bebek itu syar’i. Lihatlah saat ayam jantan bercinta dengan ayam betina, dua-duanya langsung pergi mencari makan. Lihatlah bebek, setelah bercinta pastilah mereka mandi wajib, menenggelamkan tubuhnya dalam air. Karena itu telur bebek adalah produk halal, sementara telur ayan adalah haram karena tak pakai mandi wajib.”

Kami semua tertawa ngakak. Fanatiknya Mat Kelor tak beralasan dan tak ilmiah. Mengapa dia juga tidak bertanya siapa yang menikahkan ayam dan bebek itu. Namun, semangat Mat Kelor perlu diacungi jempol. Jangan dipatahkan. Dia butuh diajari dan dibimbing. Fanatik tanpa dasar itu berbahaya. Semangat tanpa pengetahuan itu bisa membuat derita, derita pada diri sendiri dan derita pada orang lain. Teruslah belajar dan buka wawasan. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Pelajaran dari Arafah

Kemarin, seluruh jamaah haji dari berbagai negara telah melaksanakan wukuf di Arafah sebagai salah satu rukun haji yang terpenting dan harus dilakukan karena merupakan penentu sahnya ibadah haji. Sebagai sesama Muslim kita doakan agar wukufnya diterima oleh Allah SWT dan mereka diberi kemampuan untuk mengambil pelajaran dari wukuf yang dilaksanakannya.

Banyak pelajaran yang dapat kita gali saat kita sedang wukuf di Arafah. Salah satunya adalah belajar kepada Nabi Adam dan Hawa terkait menata dan membangun rumah tang ga.

Hal ini dapat kita gali karena sejarah Arafah tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan hidup pasangan pertama di dunia yang sedang menata kehidupan rumah tangganya, yakni Adam dan Hawa. Setelah Adam dan Hawa termakan bujuk rayu setan , kemudian mereka terusir dari surga dan diturun- kan oleh Allah SWT ke muka bumi ini secara terpisah.

Menurut satu riwayat, Adam diturunkan di India sedangkan Hawa di Jeddah. Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, semen tara Hawa di Jeddah. Kemu dian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul oleh Hawa. Tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Dalam masa pencariannya itu, mereka saling menyadari akan kesalahan dan keku rangan dirinya masing-masing seraya bermohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT yang tergambar dalam ucapan keduanya, Ya Tuhan kami, ka mi telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS al-A’raf (7): 23).

Kesadaran diri akan kesalahan dirinya menghan tarkan mereka dipertemukan kembali oleh Allah SWT di Padang Ara fah, tepatnya di sebuah bukit yang kini bernama Jabal Rah mah. Di Arafah inilah mereka ber dua ma’rifat(tahu) terhadap kesalahannya masing-masing sehingga mereka menjadi pribadi yang bijaksana (arif), yang dengannya mereka saling me- nyangi dan mendapat rah mat dan kasih sayang dari Allah SWT.

Dari perjalanan cinta Nabi Adam dan hawa sampai pertemuan mereka di Arafah, tepat nya di Jabal Rahmah mengandung banyak pelajaran yang dapat kita terapkan dalam menata rumah tangga, di antaranya bahwa untuk menata ke hidupan rumah tangga harus diawali dengan saling mengetahui akan kekurangan dan kelebihan pasangan (ta’aruf)dilanjutkan dengan saling memahami karakter (tafahum), mengisi peran (al-ihtiwa) dan dilan jutkan dengan selalu sepenanggungan (tafaul). Dengan cara inilah tatanan kehidupan rumah tangga akan tertata dalam bingkai hormat- menghormati dan kasih sayang.

Semoga sekembalinya dari Tanah suci, jamaah haji mampu menata dan membangun rumah tangganya menjadi lebih baik lagi sehingga mereka menjadi teladan bagi pasangan suami istri yang lain. Kemudian terwujud kehidupan rumah tangga yang baik dan menjadi pilar kemajuan dan keharmo- nisan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Wallahu’alam.

OLEH MOCH HISYAM