Serba-serbi Haji (12): Malu Bertanya Sesat Jalan

TERSESAT jalan di tanah suci adalah hal yang wajar. Saking seringnya terjadi, maka dikirimlah petugas-petugas haji yang salah satu fungsinya adalah membantu mengarahkan atau mengantar jamaah yang tersesat itu. Yang menarik adalah jika petugasnya juga tersesat maka bisa kacau. Tapi kasus yang terakhir ini belum pernah saya dengar.

Pagi ini saya menunggu Mat Kelor untuk makan pagi bersama. Namun sedari shalat subuh tadi tak menampakkan hidung. Baru saja saya telpon dia, dia bercerita sambil ketawa cekikikan karena mengalami kejadian lucu bersama jamaah tua yang kesasar. Ada nenek-nenek tua yang terpencar dari rombongannya, tak ada hape tak ada identitas kecuali gigi emas satu biji di bagian depan gigi atasnya. Kata nenek itu, hanya beliaulah yang bergigi seperti itu diantara jamaah haji Indonesia.

Ngomongnya lancar, bahkan tanpa rem, sehingga ada kesan agak stress atau pikun. Mat Kelor berbaik hati mau antar ke hotelnya, ternyata nenek tak hapal nama hotelnya. Beliau cuma berkata bahwa horelnya tinggi dekat gunung dan di depannya ada jalan. Lha, hotel di tanah suci banyak yang begitu.

Mat Kelor berinisiatif mengantarnya ke kantor petugas Indonesia. Nenek itu berkata: “Wah, ternyata Bapak pinter ya tahu kantor petugas. Jangan-jangan Bapak menteri agama ya?” Mat Kelor ketawa sambil menyahut santai: “ya”. Nenek itu sambil ketawa bilang: “Tapi kok gak ganteng?” Wah, Mat Kelor tersinggung tapi ya dibuat santai saja karena yang dihadapi adalah orang stress. Salah satu kaidah hidup: “JANGAN MELAYANI OMONGAN ORANG STRESS KALAU ANDA TAK INGIN IKUTAN STRESS.”

Tiba-tiba nenek itu menangis dan meminta maaf kepada Mat Kelor. Mat Kelor kaget bahwa ternyata nenek itu waras dan normal masih bisa merasa menyesal. Dipeluklah si nenek agar diam. Nenek itu kemudian berkata: “Hanya hanya kamu keponakan saya yang baik. Yang lainnya hanya merampas sawah dan sapiku. Sapiku hanya tinggal sepasang. Sekarang, antarkan aku ke kandang.”

Sekarang Mat Kelor yakin bahwa nenek itu betul-betul stress dan pikun. Syukurlah sudah sampai di kantor petugas. Mat Kelor geleng kepala sambil senyum dan bergumam: “Sepertinya harus ada test stress bagi semua calon jamaah haji biar tidak menjadi masalah di tanah suci.”

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Tak sanggup laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini (Bagian 2)

Sesungguhnya harta bagi yang menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan menginfakkannya di jalan kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah, merupakan sarana yang dapat mengantarkannya kepada Allah.

Sementara itu, harta bagi orang yang mengeluarkannya di jalan kemaksiatan kepada Allah dan digunakan untuk meraih tujuan-tujuan yang diharamkan atau hal yang melalaikan diri ketaatan kepada Allah, maka ini merupakan sebab pemutus baginya dari Allah.

Sebagaimana ungkapan Abu Sulaiman Ad-Darani,

Allah Ta’ala telah memuji dalam Al-Qur`an kelompok pertama dan mencela kelompok kedua. Allah Ta’ala berfirman dalam memuji kelompok pertama,

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)

Allah Ta’ala berfirman dalam mencela kelompok kedua,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ – وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiquun: 9-10).

bnu Abbas Radhiyallahu Anhu mengatakan, ”Tidaklah seorang pun yang tidak menunaikan zakat hartanya, kecuali meminta kembali ke dunia saat ajalnya tiba.” Kemudian beliau membaca ayat di atas.

Setelah mengetahui dalil-dalil di atas, maka tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai orang muslim untuk bermalas-malas dalam ibadah.

Sebagian tulisan ini disadur dari kitab Latha`if Al-Ma’arif Fima Lil Mawasim Min Wazha`ifkarya Ibnu Rajab Al-Hanbali. Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Tak Sanggup Laksanakan Haji dan Umrah? Perbanyaklah Amalan Ini

Ibadah haji dan umrah adalah ibadah yang mencakup semua sisi kehidupan seorang muslim, yakni ibadah berupa harta dan diri. Di antara syaratnya adalah seorang yang mampu untuk melaksanakan ibadah tersebut. Tentunya, tidak semua muslim sanggup melakukannnya.

Orang yang melaksanakan haji dan umrah mendapatkan pahala yang besar jika dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Bagaimana dengan yang tidak sanggup?

Terkait hal ini, dalam Shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia menuturkan, ”Kaum fakir miskin dari golongan shahabat-shahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka berkata, “Orang-orang yang berharta banyak telah pergi (meninggal dunia) dengan membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Mengapa demikian?”

Orang-orang itu menjawab, “Karena mereka shalat sebagaimana kami juga shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka mempunyai kelebihan harta yang mereka pergunakan untuk berhaji, umrah, jihad, dan bersedekah dengannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Maukah kalian semua aku beri tahukan suatu amalan yang dengannya kalian dapat mengejar pahala orang-orang yang mendahului kalian dan mengungguli orang-orang sesudah kalian, dan tiada seorang pun yang menjadi lebih utama daripada kalian, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang kalian kerjakan?”

Para shahabat menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda lagi,

“Bacalah tasbih (Subhanallah), takbir (Allah Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) setiap selesai shalat masing-masing sebanyak 33 kali.”

Selanjutnya kaum fakir miskin dari golongan shahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu mereka mengadu, “Saudara-saudara kami yang kaya telah mendengar mengenai apa yang kami lakukan lalu mereka pun mengerjakan sebagaimana apa yang kami lakukan.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR. Al-Bukhari).

Diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu, ia berkata,

“Suatu hari kami mengadu, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang yang berharta banyak telah meninggal dunia dengan membawa pahala, mereka berhaji, sedangkan kami tidak, mereka berjihad, sedangkan kami tidak, mereka begini dan begitu hingga seterusnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Tidakkah kalian mau aku beri tahukan tentang sebaik-baiknya amalan, jika kalian lakukan, maka kalian akan menjadi lebih baik daripada mereka?, yaitu kalian bertakbir 34 kali, bertasbih 33 kali, dan bertahmid 33 kali setiap selesai shalat.” (HR. Ahmad dan An-Nasa`i).

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Serba-serbi Haji (11): Kopiah Mat Kelor

SEBAGAI seorang asli Madura, kepala Mat Kelor tidak pernah lepas dari kopiah atau peci. Kesukaannya adalah peci hitam Nusantara itu. “Biar aku tak pandai saat sekolah, nasionalismeku akan tetap selalu kujaga,” ujarnya setiap ditanya perihal kopiahnya itu. Di waktu yang lain dia berkata: “Walau ku tak hapal banyak teori yang tak kupaham, Pancasila kuhapal luar kepala.” Begitulah karakter Mat Kelor.

Tadi, saat shalat dhuhur di Masjidil Haram, kopiahnya ketendang orang hitam tinggi besar saat sujud. Lalu kopiah itu keinjak banyak orang. Setelah salam dia bangkit dan mengambil kopiah itu sambil berkata: “Boleh kau tendang kopiahku tapi jangan kau tendang kepalaku. Boleh kau injak-injak kopiahku, tapi jangan kau injak-injak isi kepalaku.” Saya yang ada disampingnya diam-diam mulai kagum dengan filsafat hidupnya dan kecerdasannya yang tersembunyi.

Saat mau keluar masjid, ada orang Arab yang senang kopiahnya itu dan memintanya. Mat Kelor memberikannya dengan senang hati. Saya tanya dia nanti mau pakai apa. Jawabnya: “Saya bawa kopiah hitam seperti itu ‘satu jhina’ alias 10 buah. Siapapun boleh minta kopiahku, asal jangan minta kepalaku.” Hahahaa, saya tertawa. Katanya, orang pasti suka kopiah nasional Indonesia, tapi jangan jual nasionalisme dengan harga berapapun. Saya semakin kagum kepada Mat Kelor.

Panas Mekah luar biasa. Saat keluar masjid, sapaan terik matahari tal terelakkan. Tiba-tiba ada burung yang membuang kotorannya saat tepat berada di atas kepala Mat Kelor. Tahi burung hinggap di kepalanya. Setelah diraba, dicium dan, tanpa dirasakan tentunya, Mat Kelor yakin itu tahi burung. Dia tertawa, saya kaget. Mat Kelor berkata: “Untung yang terbang itu burung, coba yang terbang itu unta betapa menderitanya saya.”

Saya semakin kagum pada Mat Kelor. Saya minta nasehatnya, dia enggan, bukan pangkatnya katanya. Saya paksa dia bicara tentang kesabarannya selama ini, lalu dia berkata: “Kalau tidak sabar terus kita ini mau apa? Ibadah haji adalah ibadah hati, melatih hati bersyukur dan bersabar atas apapun. Walaupun kepala dikotori tahi burung.” Saya senang dengan pelajaran hari ini darinya. Saya ajak dia makan makanan terenak di Mekah. Tentu saja bukan ikan burung goreng.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (10): Parfum Arab Penuh Kesan

SALAH satu buah tangan yang diburu jamaah haji adalah minyak wangi khas Arab. Sebenarnya bukan hanya sebagai oleh-oleh, orang tiba dari tanah suci “setengah wajib” memakai wewangian sebelum bertemu sanak keluarga plus baju gamis khas Arab. Entah bagaimana asal muasal tradisi ini. Namun sungguh ia memiliki makna dan kesan tersendiri.

Mat Kelor termasuk pada kelompok PMA (Pemburu Minyak Arab) ini. Kalau biasanya jamaah itu hanya fokus pada minyak wangi hajar aswad yang melegenda itu, Mat Kelor justru membeli berbagai jenis parfum, baik yang sudah terkenal ataupun yang belum. “Rasa dan minat masing-masing orang berbeda,” ujarnya. Ada yang bernama “malaikat subuh,” “du’aul jannah,” “syaikhah,” “mukhallath malaki” dan lain sebagainya. Juragan kelor ini tampak lebih cerdas dibandingkan saat tak punya uang dahulu.

Dicobanya masing-masing parfum itu sambil menunggu kesan dari orang sekitar. Hari Jum’at kemaren adalah hari penuh kejutan bagi Mat Kelor. Dia memakai jenis parfum baru. Orang Arab banyak memujinya dan meminta seoles dua oles di tangannya saat ada di masjid. Teman-teman lelaki pada bertanya pada Mat Kelor tempat dimana membelinya. Mat Kelor terkejut dengan respon baik ini. Dia bangga dan bahagia. Semakin percaya diri.

Sepulang Jum’atan, dia tambahkan parfum itu di bajunya. Lalu berkumpullah dengan semua jamaah di restoran untuk makan siang. Kejutan kedua muncul, ibu-ibu pada menutup hidung sambil berkomentar: “parfum apa ini pak haji, kok tidak enak.” Mat Kelor terkejut dan sedih serta tak tahu harus menjawab apa. Dia terus menghilang sebentar lalu kembali ke ibu-ibu tadi itu sambil berkata: “Saya tak tahu apa nama parfum ini karena tulisannya Arab. Tadi saya tanya ke ustadz, ternyata maknanya adalah ‘MINYAK PENGUSIR SETAN.’ Hanya setan yang tak suka parfum ini.”

Ibu-ibu itu tersindir, bapak-bapak yang telah memuji parfum itu tertawa. Ada yang bilang: “Mat Kelor dilawan.” Pesan moralnya adalah bahwa kita harus berpikir dulu sebelum komentar. Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK

Pulang dari Tanah Suci

Pelaksanaan ibadah haji telah usai. Jamaah haji asal Indonesia mulai kembali ke Tanah Air dengan harapan ibadahnya menyandang sebagai haji yang mabrur. Pulang dari Tanah Suci, jamaah berharap mampu membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, terutama ketakwaannya kepada Allah SWT.

Tahun ini Indonesia mendapatkan jatah kuota dari Peme rintah Arab Saudi sebanyak 221 ribu orang untuk melaksanakan iba dah haji. Jumlah tersebut ter diri atas 204 ribu jamaah haji re gu ler dan 17 ribu kuota haji khu sus. Kuota yang besar mengha rus kan pemerintah bekerja keras menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji. Terutama membuat kenyamanan bagi jamaah.

Ada banyak cerita dari jama ah haji yang kini sudah kembali ke Tanah Air, mulai dari pela yanan hingga kisah-kisah mereka selama di Tanah Suci. Rangga, warga Cibubur, Jakarta Timur, mengaku bersyukur bisa me nu naikan ibadah haji setelah me nunggu enam tahun. Rangga sung guh terharu karena di Tanah Suci bisa bertemu dengan kaum Muslimin di seluruh dunia. “Pe lajaran yang saya dapat selain iba dah fisik, haji ibadah hati ju ga. Sifat sabar harus diutamakan, “kata dia.

Rangga yang berangkat haji bersama ibunya mengaku berko mitmen untuk ikut mendakwah kan ajaran Rasulullah SAW. Hal tersebut juga sempat didiskusi kan dengan beberapa jamaah haji lainnya dari negara lain. “Selepas dari tanah Arab di Haramain kita harus melanjutkan dakwah Ra sulullah meskipun kita menyampaikannya hanya satu ayat tapi kita harus tetap turut andil dalam berdakwah,” tutur Rangga yang saat ini tercatat sebagai pegawai pajak di Batam.

Thayyib (55), jamaah asal Pe jompongan, juga tak jauh berbeda dengan Rangga. Dia berangkat ber sama istrinya setelah menunggu selama tujuh tahun. Banyak hik mah yang didapat oleh Thay yib selama melaksanakan ibadah haji. Di Tanah Suci, lanjutnya, diri nya bisa lebih khusyuk beribadah dan berdoa kepada Allah.

Thayyib berdoa semoga usai menjalankan ibadah haji bisa lebih dekat kepada Allah. Pasalnya, bagi Thayyib ibadah haji adalah menempa diri agar lebih khusyuk dan melatih kesabaran. “Agar lebih benar ibadahnya, lebih baik ibadahnya kepada Allah. Ditempa di sana (Makkah) bisa lebih baik lagi di sini (Indonesia),” ucapnya. Baik Rangga maupun Thayyib mempunyai beberapa catatan kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji. Rangga menyoroti tentang manajemen kloter yang dinilai masih belum maksimal.

Dia menilai beberapa ketua kloter masih belum berpengalaman. Namun, kekurangan tersebut, kata Rangga, bisa ditutupi oleh kerja sama tim yang cukup solid. Persoalan-persoalan yang ada di lapangan pun bisa diselesaikan. Rangga berharap ke de pan nya, ketua kloter perlu yang su dah berpengalaman. “Saran saya setiap dua hari sekali dila kukan evaluasi antara manajemen kloter dengan ketua-ketua rombongan yang ada. Kalau perlu ketua regu,” ujar Rangga.

Thayyib menilai ada beberapa hal kecil yang perlu dibenahi untuk peningkatan pelayanan di masa akan datang. Contohnya, jad wal pemulangan yang sempat terlambat. Namun, secara umum Thayyib menilai pelayanan dan pengaturan oleh pemerintah sudah cukup baik, mengingat jumlah jamaah yang mencapai jutaan jiwa.

 

REPUBLIKA

Berjuta Pengalaman di Tanah Suci

Badai pasir dan hujan deras juga menjadi kesan tersendiri bagi Hamdiyah Sebanyak 360 jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama tiba di Asrama Haji Solo, Selasa (28/8) pukul 12.00 WIB.

Jamaah haji tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan seorang dari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jamaah haji kloter pertama dari Embarkasi/Debarkasi Solo mendarat di Bandara Adi Soemarmo pada pukul 11. 05 WIB. Mereka langsung dibawa menuju Asrama Haji di Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Setelah turun dari bus, jamaah haji tersebut langsung masuk ke Gedung Muzdalifah.
Mereka menjalani pemerik- saan barang bawaan melalui mesin x-ray serta pemeriksaan paspor. Ini menjadi hari kedua pemulangan jamaah haji dari Tanah Suci.

Sehari sebelumnya, jamaah haji dari empat debarkasi juga telah menginjakkan kaki di Tanah Air. Sebanyak 6.026 jamaah dengan tujuan Debarkasi Palembang, Surabaya, Jakarta- Bekasi, hingga Solo berangkat dengan Pesawat Saudi Airlines.

Beragam pengalaman mereka rasakan selama di Tanah Suci. Kebahagiaan mereka masih terlihat ketika sampai di Indonesia. Hamdiyah (67 tahun) yang sedang duduk di dalam gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, salah satunya.

Dia masih tersenyum mengenang pengalaman di Tanah Haram. Sambil menyantap hidang an makanan ringan, Hamdiyah berce rita jika semua ibadahnya berjalan lancar selama di Tanah Suci.

“Enak, mungkin tergantung perbuatannya ya, yakin saja yang terbaik,” kata Hamdiyah.

Dia bersyukur bisa tiba dengan selamat di Indonesia. Ia sangat bahagia saat pesawatnya mendarat dengan selamat di Bandara Udara Soekarno-Hatta.
“Alhamdulillah, senang,” ujar Hamdiyah yang sehari-harinya hanya sibuk mengasuh cucunya.

Ada banyak kejadian yang membekas di benak Hamdiyah selama pelaksaan ibadah haji. Di antaranya, saat melaksanakan shalat sehabis tawaf.

Dia terkaget-kaget karena tersenggol oleh jamaah haji lain yang berbedan besar.
Ia menduga, jamaah haji tersebut berasal dari Arab. Selain itu, badai pasir dan hujan deras juga menjadi ke san tersendiri bagi Hamdiyah.

Ketika itu, jutaan jamaah haji termasuk dirinya secara spontan mengucapkan kalimat istighfar. Ia bersyukur ujian tersebut tak membuat ibadahnya terganggu. Hamdiyah telah menunggu sejak tujuh tahun lalu untuk bisa berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima ini.

Awalnya, ia mendaftarkan diri bersama suaminya. Namun, selang beberapa bulan setelah pendaftaran, suaminya wafat, sehingga ia harus berangkat sendiri.

Peluang untuk menunaikan rukun Islam kelima tidak disia-siakan oleh Hamdiyah guna memanjatkan doa untuk seluruh keluarganya. Ia berharap, Allah mengabulkan doanya agar anak-anaknya mampu menunaikan ibadah haji.

Erna (63), jamaah haji lainnya asal Banten, merasakan hal berbeda. Dia mengaku, kendala kesehatan sangat memengaruhi di rinya dan jamaah lainnya selama pelaksanaan ibadah haji.

Tapi, segala cobaan tersebut ia hadapi dengan sabar serta beristighfar kepada Allah.
Selain itu, melakukan pengobatan yang telah disediakan oleh tim medis. Ia mengapresiasi pelayanan pemerintah, khususnya tenaga medis, sehingga membantu kesehatan para jamaah.

“Untuk tahun ini, saya mengapresiasi pemerintah, terutama Kemenkes sangat baik mulai tingkat puskesmas sampai semua aparat kesehatan sangat baik,”kata Erna.

Badai pasir dan hujan deras rupanya juga menjadi pengalaman yang membekas Erna.
Badai tersebut membuat jamaah khawatir, termasuk dirinya. Badai tersebut ia anggap sebagai kehendak Allah. Sehingga, semua diberikan keselamatan.

Selama melaksanakan ibadah haji, Erna mengaku, tak mengalami hambatan yang berarti. Ia mengikuti segala arahan dari petugas haji. Apalagi, semua petugas di kelompoknya solid dan baik.

Ia menegaskan, kunci ke lancaran dalam melaksanakan ibadah haji adalah kesabaran.
Erna yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga harus me nunggu tujuh tahun agar bisa melaksanakan ibadah haji. Ia berharap, ibadahnya dapat diterima oleh Allah dan menjadi haji mabrur.

Triono (60 tahun) juga merasa terharu ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Tanah Suci. Ia langsung mengucapkan kalimat syukur berkali-kali sebagai ungkapan kebahagiaan.

“Ia menilai bahwa doanya telah dikabulkan oleh Allah untuk ke Tanah Suci.
Alhamdulillah sekali, sampai mau nangis, katanya.

Perasaan tersebut yang membekas pada diri Triono. Selama berada di Tanah Suci, Trio no memperbanyak berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Ia berharap, menjadi haji yang mabrur.

Secara umum, menurut Triono, tak ada peristiwa yang membekas selain perasaan bahagia ketika pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Suci. Ia tak mengalami banyak hambatan karena meng ikuti arahan dari para petugas haji.

REPUBLIKA

Serba-serbi Haji (9): Nasehat Sederhana yang Tepat

RUANG makan selalu saja menjadi tempat favorit para jamaah haji untuk saling berkenalan, berbagi pengalaman dan bahkan ada yang berbagi peluang kerja sama. Saya kadang ikut nimbrung juga di dalamnya. Ada banyak ilmu yang saya dapatkan dari dialog informal ini. Teringatlah saya pada salah satu petuah sahabat: “salah satu cara lobby yang baik adalah lewat meja makan.”

Namun, tak ada kaidah atau teori yang tak berkecualian. Semua punya pengecualian. Mustatsnayat kata orang Arab, exceptions kata orang Barat. Mat Kelor bercerita bahwa semalam dia ditelpon oleh sahabatnya yang sedang tengkar hebat dengan istrinya. Saat ditanya sejak kapan tengkarnya, ternyata sejak makan bersama di meja makan.

Kami tak tertarik dengan materi pertengkarannya karena itu urusan internal. Namun, saya tertarik dengan kisah Mat Kelor selanjutnya tentang penyelesaian pertengkaran yang sempat memuncak itu. Mat Kelor yang lugu banget ini sesungguhnya tak begitu percaya bagaimana bisa suami isteri itu bertengkar pas setelah baru usai prosesi haji. Tak adakah pertambahan harmonis sebagai hikmah haji? Pikir Mat Kelor.

Menariknya, pertengkaran sahabatnya itu terjadi di atas tidur menjelang tidur malam. Istrinya teriak: “Aku tak mau melihat wajahmu lagi. Aku capek, aku sedih.” Diucapkannya 3x sambil terisak dan meneteskan air mata. Sahabat Mat Kelor ini diam-diam mengirim pesan WA ke Mat Kelor untuk mendapatkan saran bagaimana menyikapi istri yang model begini. Apakah harus pergi atau bagaimana?

Dengan kalem dan bijak, Mat Kelor membalas WA itu: “Jangan lawan istrimu. Tanda haji mabrur adalah memaafkan dan memaklumi. Cukup matikan semua lampu di kamarmu. Lalu tidurlah. Maka dia tak akan bisa melihatmu lagi karena gelap.”

Istri sahabatnya itu tak ada suaranya lagi, sang suaminyapun diam. Tak lama kemudian mereka tertidur. Saat pagi menyapa, mereka terbangun. Dan mereka kaget saat sadar bahwa mereka bangun bersama dalam keadaan berpelukan. Benar-benar jitu nasehat Mat Kelor. Hahahaa.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

ININLAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (8): Harga Mahal Sebuah Keahlian

MENGAPA bengkel resmi itu berbiaya lebih mahal ketimbang bengkel amatir? Jawabannya adalah karena para montir atau pekerjanya adalah ahli atau profesional, bukan pemula yang coba-coba. Semua kita kalau sakit pasti akan mencari dokter yang ahli di bidangnya, walau jauh lebih berbiaya mahal dibandingkan yang tidak ahli.

Ada kisah yang tersisa dari prosesi haji. Saat usai jumrah aqabah, para jamaah melakukan cukur (tahallul). Ada yang membawa alat cukur sendiri dan ada pula yang memanfaatkan jasa tukang cukur. Tak ada tukang cukur yang tak laku. Tulisan “barbershop” atau “shalun halaqah” berderet sepanjang jalan. Tukang cucuk dadakan juga banyak dijumpai. Kalau musim umrah biaya cukur hanya 10 riyal, musim haji berbiaya 30 riyal bahkan lebih. Tergantung ukuran kepala, sepertinya. Hahahaa

Mat Kelor termasuk yang memanfaatkan jasa tukang cukur ini. Sebulem berangkat ke tukang cukur, dia tanya temannya bagaimana cara minta cukur gundul. Temannya menyarankan untuk bilang “kullun” alias semuanya. Dia manggut-manggut. Bahasa Arab sangat dibutuhkan di musim haji ini karena tukang cukurpun memakai bahasa Arab.

Satu jam kemudian, Mat Kelor tiba kembali di hotel. Wajahnya kelihatan agak lesu sedih. Tangan kananya memegangi kepalanya yang sudah botak tapi terlihat banyak luka berdarahnya. Temannya bertanya itu kepalanya kenapa? Dia berkata lirih: “cukur model kullun.” Semua tertawa, termasuk saya. Tapi Mat Kelor tetap kelihatan sedih.

Mat Kelor bercerita bahwa tukang cukurnya tidak ahli, tidak profesional. Padahal bayarnya ya mahal juga, sama dengan yang profesional, 30 riyal. Nah, yang ini namanya penipuan, menyamar sebagai profesional dengan memanfaatkan kesempatan dan kebutuhan orang lain.

Kamipun iba kepada Mat Kelor dan bertanya kepadanya di mana letak salon cukurnya untuk diumumkan biar tak ada korban berikutnya. Setelah kami datangi, ternyata nama salonnya bukan barbershop melainkan BAR BAR SHOP. Pantas saja nyukurnya penuh luka. Bar bar dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tidak beradab, bangsa yang belum beradab (sifatnya kasar dan kejam). Hahahaa… teliti sebelum memilih. Salam, AIM. [*]

 

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (7): Cara Baru Menyiksa Setan

KERINDUAN akan masa lalu itu sesuatu yang biasa saja, lazim terjadi. Kerinduan akan masakan tradisional, makanan desa, bisa jadi muncul di tengah pemanjaan perut dengan masakan modern. Lihat saja meja rapat para pejabat kini, kacang rebus, ketela rebus, pisang rebus dan kawan seperjuangannya didaulat sebagai modern healthy food, makanan sehat jaman kini.

Ternyata hal yang sama terjadi juga di musim haji ini. Mat Kelor mendapat undangan pesta dari teman-temannya yang ada dalam kelompok haji reguler. Menurut kisahnya, ternyata makanan istimewa yang dihidangkannya adalah rujak petis super pedas. Petisnya khusus dibawa dari Madura. Sebagai orang yang berlatarbelakang Madura juga, rasa rujak petis itu menggoda angan juga. Kerongkongan ikut basah walau tak ikut diundang.

Yang ingin saya kisahkan adalah pertanyaan Mat Kelor yang mengagetkan saya: “Bagaimana hukumnya makan rujak petis tanpa baca Basmalah. Apakah itu tak mengurangi kemabruran haji? Ini terjadi pada Mat Tellor.” Ketimbang memjadi fitnah, saya minta supaya klarifikasi pada pelaku.

Rupanya sang pelaku adalah adik ipar Mat Kelor. Ketika saya tanya, dia menjawab bahwa ketika minum air dia baca Basmalah. Sementara saat makan rujak tidak membaca basmalah. Saat saya tanya mengapa, dia menjawab: “Kata kiai, kalau kita makan tanpa baca basmalah maka syetan ikut makan. Saya biarkan syetan ikut makan rujak petis super pedas itu. Lalu saya minum biar tak haus dan tak pedas lagi. Saya baca basmalah saat minum biar syetan tak ikut minum. Jadi syetan itu saya buat haus dan kepedasan. Beginilah saya menyiksa syetan. Mat Kelor dan saya ngakak. Hahahaaaa. Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK