Al-Azhar: ‘UU Rasis’ Israel akan Gagal Halangi Perjuangan Bebaskan Baitul Maqdis

Al-Azhar asy Syarif mengecam keras langkah ‘Israel’ menyetujui UU Negara Yahudi, sebagai langkah rasial yang mengungkap hakikat penjajah tanah Palestina.

Al-Azhar menegaskan, langkah illegal yang ditempuh ‘Israel’ merupakan rangkaian pelanggaran baru terhadap eksistensi bangsa Palestina, dimulai dari perjanjian Balfour 1917, dilanjutkan klaim Amerika Serikat (AS) yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem (Baitul Maqdis) Ibu Kota ‘Israel’,  pada Senin,  14 Mei 2018.

“Al-Azhar dengan keras mengecam … apa yang disebut ‘Undang-undang Negara Bangsa (Yahudi)’ dalam sebuah langkah mencerminkan rasisme yang buruk dan membuktikan sifat sebenarnya dari pendudukan itu,” kata lembaga Islam bersejarah itu dalam pernyataannya yang dibagikan pada akun media sosialnya sebagaimana dikutip al Ahram.

Hari Kamis, anggota parlemen Zionis ‘Israel’, Knesset,  menyetujui dan meloloskan ‘Undang-undang Negara Bangsa’ yang mendefinisikan ‘Israel’ sebagai negara bangsa dari orang-orang Yahudi dan menjadikan bahasa Ibrani sebagai bahasa resmi. Penjajah juga mendefinisikan ‘UU rasis’ pembentukan komunitas Yahudi sebagai alasan kepentingan nasional.

Undang-undang apartheid ini telah memprovokasi kekhawatiran dunia yang akan menyebabkan meminggirkan warga Arab di ‘Israel’.

Undang-undang yang didukung oleh 62 anggota parlemen dan ditolak oleh 55 anggota itu menempatkan warga Arab di ‘Israel’ sebagai “orang asing permanen”.

Undang-undang rasis ini dinilai akan memulai proses jangka panjang yang akan mengikis hak dan status warga Muslim dan Kristen Arab ‘‘Israel’’, menurut kritikus.

Menurut Al Azhar, langkah rasial ‘Israel’ ini akan gagal menghadapi keteguhan dan pengorbanan bangsa Palestina, dan komitmen mereka untuk mendirikan hak negara merdeka dengan Ibu Kota Baitul Maqdis.

“Langkah tersebut merupakan babak baru dalam katalog pelanggaran dan serangan yang diderita oleh warga Palestina,” kata  pemegang jabatan ulama Islam Sunni yang dihormati dan jabatan publik penting di Mesir ini dalam sebuah pernyataan.

Al-Azhar al-Syarif menegaskan bahwa Palestina akan tetap sebagai bagian Negara Arab, yang tak bisa ditawar, meski beragam agama dan suku.

“Palestina akan selalu tetap menjadi Negara Arab, hak yang tidak dapat dicabut untuk orang-orang Arabnya terlepas dari agama dan sekte mereka,” sebagaimana dikutip MENA.

“Keputusan rasis ini akan gagal dalam menghadapi ketahanan dan pengorbanan rakyat Palestina dan hak mereka untuk memiliki negara merdeka yang ibukotanya adalah Yerusalem,” kata Al-Azhar.

Al-Azhar dianggap sebagai salah satu institusi Ahlus Sunnah (Sunni) terbesar dan paling berpengaruh di dunia.*

HIDAYATULLAH

Benarkah Kotoran Ayam dan Kambing Tidak Najis?

AYAM diantara binatang yang sering bercampur dengan kehidupan manusia dalam keseharian. Seringkali kaki terpijak atau tangan tak sengaja menyentuh kotorannya. Mengingat hewan ini sering berbaur dengan kita, sangat perlu kita pelajari hukum kotoran ayam. Najis atau sucikah?

Di sini akan kami paparkan sebuah kaidah yang dapat membantu mengetahui hukum masalah ini dan banyak masalah lainnya yang sejenis, yaitu, “Kotoran hewan yang halal dimakan adalah suci.”

Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan dalam kitab Al-Mughni (2/492), “Kotoran dan air kencing hewan yang halal dimakan adalah suci.”

Dalam Fatawa Lajnah Da-imah (Komite fatwa kerajaan Saudi Arabia) diterangkan, “Air seni hewan yang halal dimakan hukumnya suci. Kalau dipergunakan pada badan karena suatu kebutuhan, tidaklah mengapa shalat dalam kondisi demikian.” (Fatawa Lajnah Da-imah 5/378).

Artinya, kotoran hewan yang haram dimakan hukumnya najis, mengikuti hukum dagingnya yang haram dimakan. Kesimpulan inilah yang dipegang oleh mazhab Maliki dan Hambali. (Lihat : Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyyah, 7/72).

Ayam diantara hewan yang halal dimakan, sehingga kotorannya tidaklah najis. Demikian juga hewan-hewan lainnya yang halal dimakan, seperti sapi, kambing, bebek dst. Ada beberapa argumen yang menguatkan kaidah di atas:

Pertama, hukum asal segala sesuatu adalah suci, sampai ada dalil yang menerangkan kenajisannya. Untuk kotoran ayam, dan seluruh hewan yang halal dimakan, tak ada dalil yang menyatakan kenajisannya. Kedua, hadis dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu yang terdapat dalam shahih Bukhori dan Muslim. Beliau bercerita,

“Sejumlah orang dari suku Uql atau Uranah datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun mereka mengalami sakit karena tidak betah di Madinah. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk mendatangi kandang unta, dan menyuruh mereka untuk minum air kencing dan susunya.” (HR. Bukhari 1501 & Muslim 4447). Tidak mungkin Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyarankan obat dari barang yang najis.

Ketiga, masih keterangan dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, “Sebelum masjid dibangun, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam shalat di kandang kambing.” (HR. Bukhari 234 dan Muslim 1202). Sangatlah tidak mungkin Nabi Shallallahu alaihi wa sallam shalat di tempat yang najis.

Keempat, Imam Muslim meriwayatkan hadis shahih dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu, tentang bolehnya shalat di kandang kambing. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian di kendang kambing, karena padanya ada barokah.” (HR. Muslim).

Bolehnya shalat di kandang kambing dan tidak ditemukannya perintah untuk membersihkan kotoran kambing terlebih dahulu sebelum mempergunakan kendang kambing sebagai tempat shalat, meskipun kalaupun dibersihkan tetaplah ada sisa-sisa kotoran yang menempel di pelataran kandang itu, ini menunjukkan bahwa kotoran kambing, serta seluruh hewan yang halal dimakan tidaklah najis.

Demikian, wallahualam bis showab. [Ustadz Ahmad Anshori, Lc (Pengasuh PP. Hamalatul Quran DIY)]

INILAH MOZAIK

Cerdas Membagi Waktu, Ibadah Bisa Lebih Maksimal

Kegiatan beribadah di Tanah Suci dapat lebih maksimal jika terencana. Agar tak banyak waktu yang terbuang, jamaah pun disarankan untuk membuat agenda harian yang terstruktur.

Pembimbing ibadah haji dan umrah, Rafiq Jauhary, berbagi tips dengan Republika.co.id terkait hal ini. Prioritas utama tentunya beribadah. Bagaimana dengan aktivitas lainnya?

Tiba di Tanah Suci

Jamaah memerlukan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan tubuhnya dengan kondisi cuaca dan perbedaan waktu. Tentunya, kegiatan harian pun perlu disesuaikan dengan agenda yang pas.

Ketika tiba di Madinah, jamaah sebaiknya tidak disibukkan dengan kegiatan memasak. Apalagi, makan siang dan malam hari telah disediakan dengan menu Indonesia. Adapun untuk sarapan, ada roti yang dihidangkan untuk jamaah.

“Dengan mengurangi beban kegiatan pribadi, tinggal urusan masjid yang perlu diatur,” kata pembimbing haji dan umrah yang juga mahasiswa Al Madinah International University ini.

Aktivitas di masjid

Sebagai pembimbing yang lama tinggal di Arab Saudi, Rafiq menyarankan jamaah untuk tidak terlalu awal pergi ke masjid. Jangan abaikan waktu istirahat.

Untuk shalat subuh, jamaah dapat berangkat ke masjid satu jam sebelum subuh dan kembali setelah matahari terbit. Lantas, berangkatlah dari penginapan satu jam sebelum Zhuhur dan segeralah kembali untuk makan siang.

Adapun untuk shalat Ashar, Maghrib, dan Isya, jamaah bisa i’tikaf menunggu di masjid. Isi waktu dengan mengaji, berdoa, berzikir, atau mengikuti pengajian. Selepas Isya, kembalilah ke hotel untuk makan malam dan istirahat.

Cukupkan waktu istirahat

Selama di Tanah Suci, hindari terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama jamaah lain sehingga mengurangi waktu istirahat. Rafiq yang menempuh pendidikan di Darul Hadits Al-Ghomidy, Awaly, Makkah dan Ma’had Harom Al-Makki  ini juga mengingatkan jamaah untuk tidak menghabiskan tenaga dengan membandingkan harga belanjaan atau oleh-oleh di tempat yang jauh karena harga satu tempat dengan yang lain relatif sama.

Jadikan hari-hari di Madinah sebagai pemanasan sebelum tiba di Makkah. “Jaga kondisi tubuh, perbanyak mengikuti taklim atau membaca buku sehingga dapat menambah ilmu,” kata penulis buku Bahasa Arab Praktis Untuk Jamaah Haji dan Umroh ini.

 

REPUBLIKA

Jamaah Haji Diminta Berhati-hati Saat Menyeberang Jalan di Arab Saudi

MADINAH – Hampir setiap tahun ada saja jamaah haji Indonesia yang mengalami kecelakaan lalu lintas, khususnya tertabrak mobil saat menyeberang jalan. Karena itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah meminta jamaah haji untuk berhati-hati saat menyeberang jalan.

Terlebih belum lama ini, seorang pilot Lion Air menghembuskan napas terakhirnya di Madinah, Arab Saudi, saat menyeberang jalan. Jenazah almarhum yang bernama Bambang Sugiri itu sudah dikebumikan di Kompleks Pemakaman Baqi’ di samping Masjid Nabawi, Minggu (22/7/2018).

Prosesi pemakaman jenazah dilakukan oleh Tim Petugas Perbantuan Haji KJRI Jeddah, kru maskapai Lion yang berjumlah sekitar 20 orang, perwakilan Maskapai Flynas, dan masyarakat.

Sesuai aturan pemerintah setempat, jenazah warga negara asing bisa dimakamkan setelah memperoleh surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga yang intinya mengikhlaskan jenazah untuk dikebumikan di Arab Saudi.

Berbekal surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga, KJRI kemudian menerbitkan surat pengantar izin pemakaman dan diserahkan kepada kantor polisi lalu lintas Madinah. Pihak kepolisian menerbitkan surat pengantar penyerahan jenazah dari rumah sakit ke KJRI.

Jenazah dibawa ambulans menuju tajhizul mauta (tempat pemandian dan pengkafanan jenazah) yang terletak di samping Masjid Nabawi. Seusai salat Asar, jenazah disalatkan di Masjid Nabawi dan dimakamkan di Baqi’ yang merupakan areal pemakaman paran sahabat nabi.

Rekan korban, Widjanarko Tri Istiadi, yang saat itu menemaninya berbelanja, menuturkan peristiwa terjadi hari Sabtu (21/7/2018) sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Korban bersama lima kru lainnya menyeberang jalan seusai berbelanja di sebuah swalayan yang terletak di seberang penginapannya.

Namun nahas, sebuah mobil yang sedang melaju kencang dari arah kiri menabrak pria kelahiran Yogyakarta ini. “Empat orang menyeberang duluan. Saya paling terakhir. Pak Bambang ini, yang kena musibah di depan saya. Beliau lihat kanan, mobil datang dari arah kiri. Baru lihat ke arah kiri, mobil sudah mendekat,” tutur Widjanarko.

Beberapa menit kemudian mobil ambulans dan tim medis tiba di lokasi. Namun, nyawa korban tidak tertolong dan meninggal beberapa saat sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.

Berkaca dari kejadian ini, Konsul Jenderal (Konjen) RI, Mohamad Hery Saripudin mengingatkan seluruh warga Indonesia, khususnya jamaah haji yang tengah berada di Tanah Suci agar berhati-hati saat hendak menyeberang jalan.

Untuk diketahui, arus lalu lintas di Arab Saudi datang dari arah kiri. Sementara di Indonesia, arus lalu lintas datang dari arah kanan. Oleh karena itu, penyeberang jalan harus menengok ke arah kiri saat hendak menyeberang.

“Arus lalu lintas di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia. Di Saudi harus tengok kiri saat hendak menyeberang. Di Indonesia ke arah sebaliknya,” pesan Konjen kepada SINDOnews, Minggu (23/7/2018).

Hampir setiap musim haji, sambung Konjen, ada saja jamaah Indonesia yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Terutama akibat kurang memperhatikan arah laju kendaraan di jalan raya Arab Saudi

SINDONEWS

Agar tak ‘Majnun’ di Tanah Suci

Lelaki tua itu tak bisa dipegang. Tak juga berhenti berbicara dengan bahasa daerah yang tak dimengerti kebanyakan petugas haji. Ia baru saja mengamuk di Masjid Nabawi, Rabu (18/7).

Empat petugas jadi korban. Satu di antaranya digigit hingga memar dan berdarah di lengan kiri. Ruam ungu serta bekas gigitan masih nampak sore itu. Rekannya, kena tonjok dan bibirnya berdarah.

Sang jamaah yang sempat digelandang ke kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) Arab Saudi itu kemudian melarikan diri dari kantor daker. Di jalan-jalan Madinah, ia meracau dan melukai diri sendiri.

Sekian lama lepas dan tak terkendali, jamaah asal Embarkasi Lombok tersebut kemudian ditangani langsung Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Madinah, Maskat Ali. Jamaah diringkus dan dimasukkan mobil mini bus. “Udara di mobil dingin dan saya suruh minum air, akhirnya tenang,” kata Maskat ketika ditemui oleh wartawan Republika.co.id,Fitriyan Zamzami di kantor Daker Madinah, Kamis (19/7).

Seragamnya sempat penuh darah sang jamaah yang melukai diri sendiri tersebut. Saat mengunjungi bangsal Rawat Inap Psikiatri Klinik Kesehatan Haji Indonesia, Kamis (19/7), pria tersebut tengah terduduk di ruang observas. Sarungn yang ia kenakan saat mengamuk masih melekat. Namun kini, ia sudah orang yang berbeda. “Sudah baik, Pak,” kata dia sembari tersenyum.

Di bangsal tersebut, ada empat tempat tidur observasi, serta masing-masing tiga di ruangan isolasi pria dan wanita. Ada seorang jamaah pria tengah tertidur di salah satu ruang isolasi itu.

Lain lagi cerita dari tim pelayanan umum di Masjid Nabawi. Mereka menemukan seorang jamaah perempuan asal Embarkasi Bekasi meracau dan meminta pulang ke Tanah Air menggunakan layanan ojek daring. Sang jamaah berusia lanjut itu akhirnya bisa ditenangkan setelah dikipasi dan diberi minum.

Direktur KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar, mengatakan, gangguan psikiatri memang jadi salah satu risiko jamaah haji. Salah satu sebabnya adalah cuaca panas yang menyebabkan dehidrasi. Jamaah yang diamankan Linjam Daker Madinah, menurutnya mengalami gejala tersebut.

Setelah diinfus dan diberi obat di KKHI, jamaah bersangkutan tiba-tiba lebih tenang. “Ini ciri khas orang yang mengalami dehidrasi. Seolah-olah mengalami gangguan jiwa, padahal karena kekurangan minum,” terang Yanuar.

Sebab itu, ia mengimbau jamaah mewaspadai hal tersebut. Menurutnya, orang Indonesia biasanya takut banyak minum karena takut buang air kecil. Padahal, di Masjid Nabawi banyak toilet dan jarak ke ke hotel pun dekat. Selain banyak minum, jamaah juga jangan berdiri di bawah cuaca panas tanpa alat pelindung diri seperti payung, masker, dan kaca mata hitam.

 

REPUBLIKA

Tak Boleh Gantungkan Bahagia kepada Selain Allah

DUNIA ini berputar, semua bisa berubah. Sebagaimana angin bisa berubah arah, langkah kaki bisa berubah haluan. Tak ada yang tetap dalam hidup ini kecuali sesuatu yang sudah menjadi hukum alam. Perubahan adalah bagian dari hukum alam.

Sejarah hidup manusia mengajarkan kita bahwa semua yang hidup pasti mati, pada saatnya nafas akan terhenti. Sebagaimana kekasih pada waktunya akan berpisah dan pergi, sahabat terdekatpun akan menjauh dan menepi.

Dari anak-anak menjadi tua, ada banyak peristiwa yang menyadarkan bahwa hidup adalah perjalanan dari lemah menjadi kuat dan dari kuat menjadi lemah kembali. Sebagaimana sehat bisa menjadi sakit, sakitpun bisa menjadi sehat kembali. Semua bisa berubah dan berputar tanpa kita tahu kapan dan mengapa. Akhirnya, semua akan musnah dan menjadi tiada.

Pantaskan kita menggantungkan bahagia pada hal-hal yang berubah? Kalau ini yang menjadi pilihan, jangan salahkan siapa jika bahagia dalam hidup tak menjadi abadi dan selalu berganti dengan penderitaan. Gantungkanlah bahagia kita hanya kepada Dzat Yang Selalu Hidup tak pernah mati, Dzat yang tak pernah berubah dalam segala sifatnya, yakni Allah. BersamaNya adalah kebahagiaan puncak yang abadi.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Beramal Selagi Hidup, Tak Menyesal Ketika Mati

BARU lahir diadzani, saat mati dishalati. Dari lahir menuju mati ternyata sependek waktu antara adzan dan shalat. Rentang waktu yang tak lama. Penungguan antara adzan dan iqamah shalat adalah waktu yang baik untuk berdoa dan berdzikir. Merugilah mereka yang mengisinya dengan hanya leha-leha dan bermainan saja.

Waktu yang sangat pendek untuk hidup kita sudah diisi dengan apa? Sudahkah kita menabung bekal untuk akhirat kita? Sudahkan kita beramal untuk menjadikan hidup kita lebih bermakna? Mari kita fokus untuk beramal shalih dan berhenti melakukan kesia-siaan.

Kata al-Qur’an, begitu banyak jenis manusia yang menyesal setelah mati dan meminta kepada Allah untuk dihidupkan kembali. Namun hidup di dunia ini cuma sekali untuk kemudian berpindah pada alam lain yang belum pernah dialami. Bahagia derita di alam berikutnya adalah ditentukan oleh amal kita hari ini.

Tak usah sibuk-sibuk mengerjakan pekerjaan orang lain atau mengurus dan ikut campur urusan orang lain dalam makna yang negatif. Cukup persembahkan yang terbaik dalam mengerjakan pekerjaan sendiri dan mengurusi urusan sendiri. Setiap orang memiliki amanah sendiri-sendiri.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Hajikan Diri Sendiri atau Umrah Berdua Istri?

JIKA pada kondisi tertentu, uang suami hanya mampu membiayai dirinya sendiri berangkat haji namun di sisi lain istri juga ingin turut serta. Apakah menunda haji dan berangkat umrah berdua istri saja terlebih dahulu?

Menurut pendapat yang kuat bahwa kewajiban haji harus segera ditunaikan bagi yang mampu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Bersegeralah kalian berhaji -yaitu haji yang wajib- karena salah seorang diantara kalian tidak tahu apa yang akan menimpanya.” (HR.Ahmad, dan dihasankan oleh Syeikh Al-Albany di Al-Irwa no: 990)

Oleh karenanya kalau antum mampu maka hendaknya segera melakukan ibadah haji dan jangan menunda-nunda. Dan bukan termasuk kewajiban suami membiayai haji atau umrah istri.

Seandainya nanti diberi kemudahan oleh Allah untuk berhaji menemani istri atau istri berhaji bersama mahramnya yang lain maka alhamdulillah. Kalau tidak maka Allah tidak membebani kecuali sesuai dengan kemampuan kita.

Wallahu alam.

[Ustadz Abdullah Roy, Lc.]

7 Hal yang Perlu Diingat Jemaah Haji Saat di Berada di Arab Saudi

Jemaah haji dari Indonesia terus berdatangan ke Arab Saudi. Kepala Kantor Daerah Kerja Mekah Endang Jumali mengingatkan 7 hal yang perlu diingat jemaah, yaitu:

  1. Selama berada di Tanah Suci, jemaah diminta waspada terhadap keamanan di sekitar.
  2. Yang lebih penting, selalu kenakan gelang identitas dan pengenal dari maktab/muasasah.
  3. Jika bepergian meninggalkan hotel, pastikan kamar dalam keadaan terkunci.
  4. Jemaah haji diminta untuk jangan membawa uang dalam jumlah berlebihan.
  5. Jika ingin berpergian, sebaiknya bepergian selalu berkelompok. Itu perlu dilakukan untuk mencegah ada jemaah yang tertinggal.
  6. Jika ada jemaah yang ingin memasak hendaknya di dapur umum yang telah disediakan hotel. Jangan memasak di dalam kamar.
  7. Agar jemaah senantiasa menjaga kadar cairan dalam tubuh. Waktu pelaksanaan haji di tahun 2018 ini jatuh pada musim panas di Arab Saudi.

    Untuk layanan pengaduan, selama di Tanah Suci jemaah dapat hubungi WhatsApp Center Haji pada nomor 050 350 0017 atau Call Center Haji 9200 13210. Jemaah haji Indonesia yang saat ini sudah berada di Madinah direncanakan akan masuk ke Makkah pada Kamis (26/7).

DETIK.com

Resapi Makna Miqat, Jamaah Jangan Tinggi Hati

Miqat atau tempat berniat dan ber-ihram sebagai titik awal ibadah haji bukanlah sekadar penanda telah dimulainya ritual haji dan umrah. Ada makna mendalam yang dapat menjadi hikmah menuju kehidupan Muslim sejati.

Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat di Bir Ali atau Dzul Hulaifah yang terletak kira-kira 8 mil di sebelah selatan Madinah atau Miqat yang lain. Sementara bagi penduduk Makkah atau orang yang bermukim, bisa dari rumah atau tempat pemondokannya.

“Disinilah sang aktor (manusia) harus berganti pakaian. Mengapa demikian? Karena pakaian akan menutupi diri dan watak manusia,”terang khotib wukuf di Arafah KH Miftakhul Akhyar, Minggu (11/09/2016).

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa pakaian melambangkan pola, preferensi, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian melahirkan batas palsu yang menyebabkan perpecahan atau diskriminasi di antara umat manusia. Selanjutnya, perpecahan akan timbul konsep ‘aku’, bukan ‘kami/kita’.

“Aku digunakan dalam konteks-konteks seperti rasku, kelasku, kelompokku, kedudukanku, keluargaku, nilai-nilaiku, bukan sebagai manusia,” ujar Wakil Rais Aam PBNU tersebut.

Walhasil, terjadilah hubungan vertikal sesama manusia, ada yang menjadi tuan dan yang diperhamba, yang zalim dan yang madzlum (terzalimi), ada yang kaya dan miskin, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur.

“Umat manusia terpecah-pecah menjadi berbagai ras, bangsa, kelas, subkelas, kelompok, dan keluarga yang masing-masing di antaranya memiliki status, nilai, nama, dan kehormatannya sendiri. Tetapi apa gunanya semua itu dimiliki? Yang tidak lain hanya untuk menonjolkan ” diri sendiri yang tertutup oleh lapisan ‘bedak’ yang amat tebal itu,”urai Kiai Miftah.

Maka, keberadaan dan fungsi miqat, di matanya, sebagai tempat menanggalkan segala status dunia. Digantikan dengan selembar kain putih saja yang melekat di tubuh.

“Janganlah tinggi hati karena kalian semua di sini bukan untuk mengunjungi seorang manusia, tetapi hendaklah kalian semua (khususnya bangsa Indonesia) berendah hati karena kalian sedang mengunjungi Allah SWT. Hendaklah kalian semua menjadi manusia yang menyadari kefanaan yang menyadari eksistensi Allah SWT,” jelas Kiai Miftah.

Ia berharap, jamaah Indonesia meninggalkan semua pakaian dunia di miqat dan berganti peran sebagai Nabi Adam AS dan para Anbiya’ (nabi) dan Rasul bahkan para ulama, auliyah, dan manusia-manusia tangguh di sisi Alah selama wukuf, tawaf hingga sa’i nanti.

OKEZONE