Hati-hati Cuaca Panas Mulai Menyengat di Tanah Suci

Iklim dan kondisi cuaca di Tanah Suci Makkah dan Madinah, Arab Saudi, kini memasuki musim panas. Menghadapi musim panas yang akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang, jamaah diminta mengantisipasi agar tidak terganggu saat menjalankan ibadah.

Konsulat Jenderal RI di Jeddah Hery Saripuddin mengatakan musim panas di Tanah Suci biasanya dimulai pada Februari hingga Agustus. Saat musim panas, suhu udara mencapai di atas 40 derajat celcius pada siang hari. Kondisi ini harus diantisipasi jamaah agar tetap fit saat menjalankan ibadah umrah.

“Cuaca sudah mulai panas, apalagi Agustus pas jamaah berada di Makkah,” ujar Hery di Jeddah, Minggu 22 Juli 2017.

Hery mengatakan pihaknya sudah mengingatkan agar jamaah mempersiapkan diri sebelum berangkat dan selama berada di Tanah Suci. Hanya saja jamaah perlu terus diingatkan agar tetap mewaspadai udara panas.

Hal yang perlu diperhatikan jamaah antara lain tidak banyak melakukan kegiatan di luar ruang yang tidak perlu. Terutama pada siang hari saat udara sangat panas. “Untuk kegiatan umrah, tawaf dan sai sebaiknya dilakukan pada malam hari,” kata Hery.

Ia juga menyarankan agar jamaah meletakkan sandal di dekatnya pada saat berada di masjid. Ini untuk menghindarkan sandal hilang dan jamaah bertelanjang kaki saat pulang dari masjid.

“Berjalan dengan kaki telanjang di udara yang panas bisa mengkibatkan kaki melepuh,” ujarnya.

Jamaah juga diingatkan agar menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat. Soal minum itu menurutnya tidak boleh dianggap enteng. “Jika air kencing berwarna kuning saat buang air, itu berarti kurang minum,” kata Hery.

HALALLIFESTYLE

Selain Wajib, Ternyata Ada Juga Tawaf yang Sunah

Salah satu inti rangkaian ibadah haji adalah tawaf. Ini adalah kegiatan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Tapi, tahukah Anda ternyata tawaf tak hanya satu jenis saja, melainkan ada empat, yaitu Tawaf Qudum, Tawaf Sunat, Tawaf Ifadal, dan Tawaf Wada.

Pengamat haji dan penulis buku Muhammad Ramdlan Nurrohman mengatakan masih banyak masyarakat yang belum mengenal jenis-jenis tawaf ini.

“Biasanya yang tahu mereka yang sudah berangkat haji, karena ada dalam rukun haji, jadi pasti masuk dalam materi bimbingan manasik. Tapi kalau umum sih, gak,” kata dia saat dihubungi Halallifestyle.id, Senin 23 Juli 2018.

Ramdlan mengatakan bahwa seharusnya mengenai tawaf ini diajarkan juga sebelum jamaah berangkat ke Tanah Suci, sehingga saat berniat naik haji sudah mengetahui gambarannya.

Tawaf pertama adalah Tawaf Qudum yang dilakukan saat tiba di Mekah. Tawaf pembuka ini hukumnya sunah, jadi jika tidak melakukan tidak akan membatalkan ibadah haji.

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW setiap kali memasuki Masjidil Haram selalu melakukan tawaf sebagai pengganti Tahiyyatul Masjid. Bagi wanita yang melaksanakan Tawaf Qudum, tidak perlu berlari-lari kecil, cukup dengan berjalan biasa saja. Bagi wanita yang sedang haid dilarang melakukan Tawaf Qudum.

Tawaf yang kedua yaitu Tawaf Sunat, atau lebih dikenal dengan sebutan Tawaf Tathawwu. Tawaf ini bisa dilakukan kapan saja, walaupun dalam waktu-waktu yang haram untuk shalat. Tapi, tawaf ini tidak boleh dilaksanakan jika masih ada kewajiban haji lainnya yang belum dilaksanakan.

Ketiga adalah Tawaf Ifadal atau Tawaf Ziarah yang wajib dilaksanakan untuk ibadah haji. Jika tawaf ini tidak dilaksanakan maka hajinya batal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hajj 29:

ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).”

Tawaf Ifadal ini dilaksanakan setelah peserta haji melakukan lontar jumroh Aqabah, membayar dam dan mencukur.

Tawaf yang terakhir adalah Tawaf Wada atau Tawaf Shadar. Tawaf ini dilakukan menjelang kepulangan jamaah haji berpulang ke kampung masing-masing. Tawaf ini cukup dilakukan dengan berjalan dengan membaca doa yang berbeda untuk setiap putaran.

Tawaf ini sifatnya wajib. Bila tidak dikerjakan maka wajib membayar dam dan jika sudah mengerjakan haruslah meninggalkan Masjidil Haram. Jika jamaah sudah keluar dari masjid dan masuk kembali, maka jamaah diharuskan mengulangi Tawaf Wada ini. Untuk wanita yang sedang haid, tidak perlu melakukan Tawaf Wada. (Ranny Supusepa)

HALALLIFESTYLE

Jamaah Haji Diminta Berhati-hati Saat Menyeberang Jalan di Arab Saudi

MADINAH – Hampir setiap tahun ada saja jamaah haji Indonesia yang mengalami kecelakaan lalu lintas, khususnya tertabrak mobil saat menyeberang jalan. Karena itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah meminta jamaah haji untuk berhati-hati saat menyeberang jalan.

Terlebih belum lama ini, seorang pilot Lion Air menghembuskan napas terakhirnya di Madinah, Arab Saudi, saat menyeberang jalan. Jenazah almarhum yang bernama Bambang Sugiri itu sudah dikebumikan di Kompleks Pemakaman Baqi’ di samping Masjid Nabawi, Minggu (22/7/2018).

Prosesi pemakaman jenazah dilakukan oleh Tim Petugas Perbantuan Haji KJRI Jeddah, kru maskapai Lion yang berjumlah sekitar 20 orang, perwakilan Maskapai Flynas, dan masyarakat.

Sesuai aturan pemerintah setempat, jenazah warga negara asing bisa dimakamkan setelah memperoleh surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga yang intinya mengikhlaskan jenazah untuk dikebumikan di Arab Saudi.

Berbekal surat pernyataan persetujuan dari pihak keluarga, KJRI kemudian menerbitkan surat pengantar izin pemakaman dan diserahkan kepada kantor polisi lalu lintas Madinah. Pihak kepolisian menerbitkan surat pengantar penyerahan jenazah dari rumah sakit ke KJRI.

Jenazah dibawa ambulans menuju tajhizul mauta (tempat pemandian dan pengkafanan jenazah) yang terletak di samping Masjid Nabawi. Seusai salat Asar, jenazah disalatkan di Masjid Nabawi dan dimakamkan di Baqi’ yang merupakan areal pemakaman paran sahabat nabi.

Rekan korban, Widjanarko Tri Istiadi, yang saat itu menemaninya berbelanja, menuturkan peristiwa terjadi hari Sabtu (21/7/2018) sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Korban bersama lima kru lainnya menyeberang jalan seusai berbelanja di sebuah swalayan yang terletak di seberang penginapannya.

Namun nahas, sebuah mobil yang sedang melaju kencang dari arah kiri menabrak pria kelahiran Yogyakarta ini. “Empat orang menyeberang duluan. Saya paling terakhir. Pak Bambang ini, yang kena musibah di depan saya. Beliau lihat kanan, mobil datang dari arah kiri. Baru lihat ke arah kiri, mobil sudah mendekat,” tutur Widjanarko.

Beberapa menit kemudian mobil ambulans dan tim medis tiba di lokasi. Namun, nyawa korban tidak tertolong dan meninggal beberapa saat sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.

Berkaca dari kejadian ini, Konsul Jenderal (Konjen) RI, Mohamad Hery Saripudin mengingatkan seluruh warga Indonesia, khususnya jamaah haji yang tengah berada di Tanah Suci agar berhati-hati saat hendak menyeberang jalan.

Untuk diketahui, arus lalu lintas di Arab Saudi datang dari arah kiri. Sementara di Indonesia, arus lalu lintas datang dari arah kanan. Oleh karena itu, penyeberang jalan harus menengok ke arah kiri saat hendak menyeberang.

“Arus lalu lintas di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia. Di Saudi harus tengok kiri saat hendak menyeberang. Di Indonesia ke arah sebaliknya,” pesan Konjen kepada SINDOnews, Minggu (23/7/2018).

Hampir setiap musim haji, sambung Konjen, ada saja jamaah Indonesia yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Terutama akibat kurang memperhatikan arah laju kendaraan di jalan raya Arab Saudi

SINDONEWS

7 Hal yang Perlu Diingat Jemaah Haji Saat di Berada di Arab Saudi

Jemaah haji dari Indonesia terus berdatangan ke Arab Saudi. Kepala Kantor Daerah Kerja Mekah Endang Jumali mengingatkan 7 hal yang perlu diingat jemaah, yaitu:

  1. Selama berada di Tanah Suci, jemaah diminta waspada terhadap keamanan di sekitar.
  2. Yang lebih penting, selalu kenakan gelang identitas dan pengenal dari maktab/muasasah.
  3. Jika bepergian meninggalkan hotel, pastikan kamar dalam keadaan terkunci.
  4. Jemaah haji diminta untuk jangan membawa uang dalam jumlah berlebihan.
  5. Jika ingin berpergian, sebaiknya bepergian selalu berkelompok. Itu perlu dilakukan untuk mencegah ada jemaah yang tertinggal.
  6. Jika ada jemaah yang ingin memasak hendaknya di dapur umum yang telah disediakan hotel. Jangan memasak di dalam kamar.
  7. Agar jemaah senantiasa menjaga kadar cairan dalam tubuh. Waktu pelaksanaan haji di tahun 2018 ini jatuh pada musim panas di Arab Saudi.

    Untuk layanan pengaduan, selama di Tanah Suci jemaah dapat hubungi WhatsApp Center Haji pada nomor 050 350 0017 atau Call Center Haji 9200 13210. Jemaah haji Indonesia yang saat ini sudah berada di Madinah direncanakan akan masuk ke Makkah pada Kamis (26/7).

DETIK.com

Jamaah Harus Waspadai Waktu Zuhur dan Ashar

amaah haji diimbau mewaspadai waktu Zuhur hingga Ashar di Tanah Suci yang menjadi puncak terik matahari. Ketika itu suhu panas sangat menyengat setiap orang yang beraktivitas di luar ruangan.

Wartawan Republika.co.id, Erdy Nasrul yang berada di Makkah melaporkan, sejak 19 Juli hingga hari ini, panas di Makkah mencapai lebih dari 40 derajat celcius. Meski sudah mengenakan kaca mata gelap, panas masih menyilaukan mata. Bahkan batang kaca mata berbahan besi ikut memanas. Gelang jamaah mendadak ikut memanas.

“Pada Zuhur hingga Ashar, panas mentari begitu terasa. Tolong jamaah menjaga diri,” ujar Kepala Daerah Kerja Makkah Dr Endang Jumali, di tempat kerjanya pada Sabtu (21/7).

Dia mengimbau petugas haji sigap memberikan bantuan dan layanan kepada jamaah di lapangan. Mereka yang berada di sektor-sektor, seperti sekitar Masjidil Haram harus memantau pergerakan para calon jamaah haji yang berada di sekitar sana.

Mengapa Masjidil Haram? Kadaker Makkah menjelaskan, biasanya ada saja jamaah yang berjalan meninggalkan masjid suci itu tanpa alas kaki. Sebagian area tersebut memang berlantaikan batu alam semacam marmer. Namun, pada siang hari, area lantai di sana terasa begitu panas.

Dengan suhu di atas 40 derajat, apa yang terjadi bila seseorang berjalan tanpa sandal? Dia menjelaskan, kaki seseorang bisa melepuh. Hal tersebut sudah dialami seorang jamaah haji Indonesia di Madinah. Kakinya harus menjalani perawatan.

Jika menemukan jamaah haji Indonesia tanpa alas kaki, dia mengatakan, petugas haji harus sigap memberikan bantuan. Bisa dengan memberikan alas kaki. Opsi lainnya adalah membawa yang bersangkutan ke kantor sektor untuk beristirahat. Kemudian mengantarkannya ke hotel.

Endang juga mengimbau jamaah tidak memaksakan diri ke Masjidil Haram pada siang hari. Pada saat itu, lebih baik jamaah beristirahat terlebih dahulu di kamar masing-masing. Setelah Ashar, ketika panas mentari sedikit lebih bersahabat, mereka bisa ke Masjidil Haram kembali untuk beribadah.

Cek Akomodasi Haji di Tanah Suci Melalui Aplikasi Cek Porsi Haji!

Musim Haji telah datang. Kini, calon jamaah haji bisa dengan muah mengetahui informasi seputar Akomodasi Haji di Tanah Suci dengan melihatnya melalui aplikasi berbasiskan Android melalui smartphone.

Download dan installah aplikasi Cek Porsi Haji, Klik di sini!

Informasi Akomodasi meruakan fitur terbaru dari Apliaksi Cek Porsi Haji. Fitur lainya, yang sudah banyak dimanfaatkan, di antaranya:

  1. Cek Jadwal Keberangkatan Calon Jamaah Haji berdasarkan Nomor Porsi Haji yang telah diperoleh Calon Jamaah Haji dari Kemenag RI;
  2. Artikel Islami/Dakwah setiap hari, minimal 6 kali sehari;
  3. Cek Visa Umrah. Inilah fitur yang bermanfaat bagi calon jamaah umrah untuk mengecek kepastian keberangkatanya sesuai dengan Visa yang didapat;
  4. Fitur dan informasi lainnya.

Semoga kedepannya aplikasi Porsi Haji ini makin sempurna dan lebih lengkap lagi agar bisa meberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Semoga bagi calon jamaah haji dianugerahi Allah SWT sebagai haji mabrur, yang imbalannya surga. Dan, bag saudara-saudara lainnya yang belum mendaatkan kesempatan berhaji atau umrah, dimudahkan niat sucinya itu. Amien.

 

Bekal Terbaik Ibadah Haji

Memperoleh kesempatan berhaji adalah hal yang patut disyukuri. Banyak orang yang telah mendaftarkan diri untuk beribadah haji tetapi harus menunggu dalam daftar antre cukup panjang dan setelah beberapa tahun baru bisa berangkat.

Ada juga yang telah memiliki kemampuan untuk berhaji, tetapi masih belum berencana melaksanakannya. “Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran [3]: 97).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah SWT.” (QS al-Baqarah [2]: 196).Ayat tersebut, selain berisi perintah kepada kita untuk berhaji secara ikhlas karena Allah SWT, juga perintah untuk menyempurnakannya.Untuk itu, diperlukan pemahaman manasik haji secara benar sesuai syariat.

Ada dua kriteria amal yang harus diperhatikan agar diterima Allah SWT. Pertama, amal dilakukan dengan ikhlas, semata mengha rap ridha-Nya. Kedua, amal dilakukan dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dua hal di atas bersifat mutlak, harus dipenuhi ke duanya. Jika hanya satu yang dipenuhi, menjadikan amal tidak berarti di sisi-Nya.

Ibadah haji harus dilakukan secara ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT dan untuk ber-taqarrubkepada-Nya. Ibadah ini tidak didorong oleh motivasi yang lain, seperti mendapatkan sanjungan dari orang, mencari popularitas, berbangga diri atau sekadar ikutan karena tetangga, rekan kerja, dan kerabat telah berhaji.

Kita harus memahami dengan baik dan benar tata cara pelaksan aan ibadah haji sesuai tuntunan syariat. Lebih baik lagi jika bisa mengerti makna yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji.

Berbagai macam makna simbolis yang terkandung dalam pakaian ihram, thawaf mengelilingi Ka’bah, sa’i antara Bukit Safa dan Bukit Marwah, wukuf di Padang Arafah, melempar jumrah, harus dipelajari dan dimengerti. Dengan demikian, ibadah haji dapat dilakukan dengan penuh penghayatan secara mendalam, bukan sekadar gerak fisik ritual tanpa makna.

“Musim haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Bawalah bekal, kareana sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS al-Baqarah [2]: 197).

Di samping perbekalan materi dan kesiapan secara fisik, bekal terbaik untuk berhaji adalah takwa, seperti yang diterangkan pada ayat di atas. Ayat di atas juga berisikan larangan selama berhaji, yaitu berkata jorok, berbuat maksiat, dan bertengkar. Sabar, syukur, istighfar, dan banyak berbuat kebajikan sebagai indikator takwa merupakan kunci-kunci kenikmatan selama beribadah di Tanah Suci. Semoga menjadi haji yang mabrur.

OLEH SIGIT INDRIJONO

 

REPUBLIKA

Gelombang Pertama Jamaah Haji Indonesia Terbang 17 Juli

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Nizar Ali menyampaikan bahwa jamaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 17 Juli 2018. Keberangkatan mereka akan dibagi dalam dua gelombang penerbangan.

“Gelombang pertama akan diberangkatkan menuju Madinah dari 17 – 29 Juli 2018. Gelombang kedua keberangkatan menuju Jeddah pada 30 Juli sampai 15 Agustus 2018,” kata Nizar Ali saat menyampaikan sambutan pada acara Penandatangan Perjanjian Udara Jemaah Haji Reguler tahun 1439H/2018M di kantor Kemenag, jalan Lapangan Banteng Barat, Nomor 3-4 Jakarta, Senin (9/4).

Penandatanganan dilakukan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali, Dirut Garuda Indonesia Pahala N Mansury, dan GM Hajj Umrah, Sales, and Revenue Saudi Arabaian Airlines Mr Amer G Alghamdi.

Sebagaimana pemberangkatan, fase kepulangan jamaah haji Indonesia juga dilakukan dalam dua fase. Kepulangan gelombang pertama dilakukan dari Jeddah pada 27 Agustus sampai 8 September 2018. Sementara kepulangan gelombang kedua dilakukan dari Madinah mulai 9 sampai 26 September 2018.

Dirut Garuda Indonesia Pahala N Mansury menyampaikan, bahwa tahun ini pihaknya telah menyiapkan 14 pesawat, terdiri dari: tiga pesawat B747-400, lima pesawat B777-300ER, dan enam pesawat A330-300/200. Sementara jumlah pesawat yang dioperasionalkan pada musim haji tahun 2018 ini disesuaikan dengan peningaktan trafik jemaah haji Indonesia.

“Pada tahun ini, Garuda Indonesia akan menerbangkan jamaah sebanyak 107 ribu penumpang yang rencananya akan diberangkatkan dari sembilan embarkasi yang terdiri dari 278 kloter, meliputi: Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar dan Lombok,” kata Pahala N Mansury.

Selain itu, lanjut Pahala, Garuda Indonesia tahun ini juga meningkatkan jumlah awak kabin haji menjadi 540 orang  dari sebelumnya yang berjumlah 506 awak kabin. Sebanyak 25 persennya adalah putra-putri daerah. Menurut Pahala, itu menjadi bagian dari upaya peningkatan pelayanan. Sebab, sebagian jemaah haji Indonesia hanya bisa berbahasa daerah. Oleh karenanya, Garuda Indonesia hanya merekrut awak kabin dari daerah embarkasi tersebut.

“Garuda Indonesia juga menyediakan akses informasi secara real time untuk jamaah dan keluarga ingin memantau update perkembangan operasional waktu keberangkatan dan kedatangan setiap kloter haji melalui website : http://haji-ga.com,” kata Pahala.

 

IHRAM

Sama dengan 2017, Kuota Haji Tahun 2018 Disepakati 221 Ribu

Pemerintah diwakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Komisi VIII DPR RI menyepakati kuota calon jemaah haji untuk tahun 2018 dalam rapat kerja sore hari ini. Keputusannya, tak akan ada penambahan kuota haji dari tahun lalu.

“Kuota haji Indonesia tahun 2018 dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebesar 221.000 jemaah,” ujar Lukman di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/1/2018).

Lukman merinci pembagian kuota haji tahun ini. Ada dua tipe calon jemaah haji Indonesia yang akan dibagi dari total 221.000.

“221.000 total kuota, (terdiri dari) 204.000 jemaah haji reguler dan 17.000 jemaah haji khusus,” katanya.

Jumlah ini tak mengalami penambahan dari tahun 2017 lalu. Tahun lalu, kuota haji jemaah Indonesia juga 221.000.

“Ya, seperti semula. Nggak ada (penambahan),” ujar anggota Komisi VIII Deding Ishak terpisah kepada wartawan.

Sebelumnya diberitakan, kuota haji Indonesia pada 2017 bertambah menjadi 221 ribu. Menag Lukman menyebutkan tambahan khusus 10 ribu jemaah haji tahun 2017 hanya diberikan kepada Indonesia.

“Khusus 10 ribu hanya untuk Indonesia karena keistimewaan Indonesia di mata pemerintah Arab Saudi,” jelas Lukman saat rapat dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2017).

Penambahan kuota menjadi 221 ribu ini dapat memangkas waktu tunggu jemaah haji hingga 3 tahun.

Presiden Joko Widodo sebelumnya mengumumkan adanya penambahan kuota haji untuk tahun 2017. Jokowi menyebut kuota haji 2017 untuk Indonesia menjadi 221 ribu jemaah dari sebelumnya 168.800.

“Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk mengembalikan kuota normal haji bagi Indonesia dari 168.800 menjadi 211 ribu untuk tahun 2017. Selain itu, pemerintah Arab Saudi menyetujui permintaan penambahan kuota sebesar 10 ribu. Dengan demikian, kuota haji untuk Indonesia di tahun 2017 menjadi 221 ribu,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (11/1).

 

DETIK

 

⁣Inilah aplikasi utk mengetahui jadwal haji dan keberangkatan umroh Anda,..
⁣https://play.google.com/store/apps/details?id=com.toyo.porsi

Banyak Jamaah Bercita-cita Wafat di Tanah Suci, Alasannya?

Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH) menilai, banyaknya jamaah haji yang wafat tidak menentukan keberhasilan penyelenggaran haji. Namun, hal ini disebabkan oleh perspektif dan keinginan masyarakat untuk meninggal di Tanah Suci.

Wakil Ketua Umum Himpuh Muharom menjelaskan, banyak masyarakat yang bercita-cita meninggal di Tanah Suci. Karena berdasarkan hadis, ungkap dia, barangsiapa yang meninggal di Tanah Suci dan ia shaleh, maka akan mati syahid.

“Jadi, keyakinan ini, tidak menghalangi kepada mereka untuk berangkat haji, kalaupun dihadapkan dengan maut. Oleh karena itu, besar atau tingginya jumlah jamaah haji wafat, tidak menjadi ukuran sukses atau tidaknya pelayanan kesehatan, karena tidak ada kaitannya,” kata Muharom kepada Republika.co.id, Selasa (7/11).

Muharom menuturkan, jamaah haji yang rentan adalah yang memiliki penyakit risiko tinggi (risti) dan lanjut usia. Namun, untuk jamaah haji lansia, saat ini masih dianggap di atas 87 tahun.

Hal ini, menurutnya, menjadi kondisi dilematis para petugas haji, yang dalam posisi ingin menyampaikan sudah tidak wajib berangkat haji, tapi juga ada cita-cita terpendam puluhan dan belasan tahun dari calon jamaah haji agar bisa berangkat haji.

Sementara itu terkait layanan kesehatan, Muharom menilai, penyelenggaraan haji tahun ini sudah lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Pihaknya akan lebih concern kalau ada jamaah haji sakit tapi pelayanan kesehatan tidak baik.

“Jadi kita tetap apresiasi kepada Kemenkes dan Kemenag yang memberikan pelayanan optimal. Tapi kalau masalah usia bukan tanggung jawab penyelenggara haji, dan selama mereka kalau sakit mendapatkan pelayanan bagus, ya manajemennya bagus,” katanya.

 

IHRAM