Surat Maryam Ayat 33 Apakah Dalil Bolehnya Ucapan Selamat Natal?

Mengucapkan selamat Natal kepada kaum Nasrani adalah sebuah kesalahan dan merupakan perbuatan yang terlarang dengan kata sepakat dari para ulama. Karena hari Natal dan juga keyakinan-keyakinan yang terkait dengannya, yaitu bahwa Isa ‘alaihissalam adalah anak Tuhan, bahwa ia adalah salah satu tiga Tuhan, bahwa ia disalib selama dua hari dua malam, dan sebagainya adalah hal-hal yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Maka bagaimana mungkin kita ucapkan selamat atas hal itu?

Namun sebagian orang yang dengan hawa nafsunya berpendapat bahwa boleh mengucapkan selamat Natal, mereka beralasan dengan satu ayat dalam surat Maryam. Yaitu ayat:

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa ‘alaihissalam), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 33).

Sehingga mereka mengatakan boleh mengucapkan selamat Natal asalkan ucapan selamat tersebut diniatkan untuk Nabi Isa, atau ucapan semisal. Benarkah alasan ini?

Tafsiran para ulama

Mari kita lihat pemahaman para ahli tafsir mengenai ayat ini:

  • Imam Ath Thabari menjelaskan: “Maksud salam dalam ayat ini adalah keamanan dari Allah terhadap gangguan setan dan tentaranya pada hari beliau (Nabi Isa) dilahirkan yang hal ini tidak didapatkan orang lain selain beliau. Juga keselamatan dari celaan terhadapnya selama hidupnya. Juga keselamatan dari rasa sakit ketika menghadapi kematian. Juga keselamatan dari kepanikan dan kebingungan ketika dibangkitkan pada hari kiamat sementara orang-orang lain mengalami hal tersebut ketika melihat keadaan yang mengerikan pada hari itu” (Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an, 18/193).
  • Al Qurthubi menjelaskan: “[Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku] maksudnya keselamatan dari Allah kepadaku -Isa-. [pada hari aku dilahirkan] yaitu ketika di dunia (dari gangguan setan, ini pendapat sebagian ulama, sebagaimana di surat Al Imran). [pada hari aku meninggal] maksudnya di alam kubur. [dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali] maksudnya di akhirat. karena beliau pasti akan melewati tiga fase ini, yaitu hidup di dunia, mati di alam kubur, lalu dibangkitkan lagi menuju akhirat. Dan Allah memberikan keselamatan kepada beliau di semua fase ini, demikian yang dikemukakan oleh Al Kalbi” (Al Jami Li Ahkamil Qur’an, 11/105).
  • Dalam Tafsir Al Jalalain (1/399) disebutkan: “[Dan keselamatan] dari Allah [semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali]”.
  • Al Baghawi menjelaskan: “[Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan] maksudnya keselamatan dari gangguan setan ketika beliau lahir. [pada hari aku meninggal] maksudnya keselamatan dari syirik ketika beliau wafat. [dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali] yaitu keselamatan dari rasa panik” (Ma’alimut Tanzil Fi Tafsiril Qur’an, 5/231).
  • As Sa’di menjelaskan: “Maksudnya, atas karunia dan kemuliaan Rabb-nya, beliau dilimpahkan keselamatan pada hari dilahirkan, pada hari diwafatkan, pada hari dibangkitkan dari kejelekan, dari gangguan setan dan dari dosa. Ini berkonsekuensi beliau juga selamat dari kepanikan menghadapi kematian, selamat dari sumber kemaksiatan, dan beliau termasuk dalam daarus salam. Ini adalah mu’jizat yang agung dan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah, hamba Allah yang sejati” (Taisir Kariimirrahman, 1/492).

Dan yang paling istimewa adalah penjelasan Ibnu Katsir tentang ayat ini. Beliau menjelaskan: “Dalam ayat ini ada penetapan ubudiyah Isa kepada Allah, yaitu bahwa ia adalah makhluk Allah yang hidup dan bisa mati dan beliau juga akan dibangkitkan kelak sebagaimana makhluk yang lain. Namun Allah memberikan keselamatan kepada beliau pada kondisi-kondisi tadi (dihidupkan, dimatikan, dibangkitkan) yang merupakan kondisi-kondisi paling sulit bagi para hamba. Semoga keselamatan senantiasa terlimpah kepada beliau” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 5-230).

Demikianlah penjelasan para ahli tafsir, yang semuanya menjelaskan makna yang sama garis besarnya. Tidak ada dari mereka yang memahami ayat ini sebagai dari bolehnya mengucapkan selamat kepada hari raya orang nasrani apalagi memahami bahwa ayat ini dalil disyariatkannya memperingati hari lahir Nabi Isa ‘alaihis salam.

Sanggahan

Oleh karena itu, kepada orang yang mengatakan bolehnya ucapan selamat natal atau bolehnya natalan dengan ayat ini, kita katakan:

Pertama: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menerima ayat ini dari Allah tidak pernah memahami bahwa ayat ini membolehkan ucapkan selamat kepada hari raya orang nasrani atau bolehnya merayakan hari lahir Nabi Isa ‘alahissalam. Dan beliau juga tidak pernah melakukannya, padahal ada kaum Nasrani yang hidup di masa beliau. Namun tidak pernah diriwayatkan beliau Shallallahu’alaihi Wasallam mengucapkan atau mengirim ucapan selamat natal kepada mereka.

Kedua: para sahabat Nabi ridwanullah ‘alaihim, generasi terbaik umat Islam, yang ada ketika Nabi menerima ayat ini dari Allah, mereka memahami isi dan penerapan ayat ini, pun tidak pernah mengucapkan selamat natal kepada kaum Nasrani. Bahkan Umar bin Khathab radhiallahu’anhu mengatakan:

أَعْدَاءَ اللَّهِ ؛ الْيَهُودَ , وَالنَّصَارَى ، فِي عِيدِهِمْ يَوْمَ جَمْعِهِمْ , فَإِنَّ السَّخَطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ , فَأَخْشَى أَنْ يُصِيبَكُمْ

“jauhilah perayaan-perayaan kaum musuh Allah yaitu Yahudi dan Nasrani. Karena kemurkaan Allah turun atas mereka ketika itu, maka aku khawatir kemurkaan tersebut akan menimpa kalian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, sanadnya hasan).

Ketiga: Ayat ini bukti penetapan ubudiyah Isa ‘alaihis salam kepada Allah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir. Karena beliau hidup sebagaimana manusia biasa, bisa mati, dan akan dibangkitkan pula di hari kiamat sebagaimana makhluk yang lain. Dan beliau mengharap serta mendapat keselamatan semata-mata hanya dari Allah Ta’ala. Ini semua bukti bahwa beliau adalah hamba Allah, tidak berhak disembah. Sehingga ayat ini justru bertentangan dengan esensi ucapan selamat natal dan ritual natalan itu sendiri, yang merupakan ritual penghambaan dan penyembahan terhadap Isa ‘alaihissalam. Jadi tidak mungkin ayat ini menjadi dalil ucapan selamat natal atau natalan.

Keempat: ulama menafsirkan السَّلامُ (as salaam) di sini maknanya adalah ‘keselamatan dari Allah‘, bukan ucapan selamat. Andai kita terima bahwa السَّلامُ (as salaam) di sini maknanya adalah ucapan selamat, lalu kepada siapa ucapan selamatnya? Ayat menyebutkan السَّلامُ عَلَيَّ ‘as salaam alayya (kepadaku)’, berarti ucapan selamat seharusnya kepada Nabi Isa ‘alaihissalam. Bukan kepada orang Nasrani. Dan andai kita ingin mendoakan keselamatan kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, maka waktunya luas, bisa kapan saja dan di mana saja tanpa harus dikhususkan pada perayaan Natal dan di depan orang Nasrani.

Kelima: jika ada yang mengatakan “biarlah mereka memahami bahwa kita mengucapkan selamat Natal kepada mereka, namun niat kita di dalam hati ingin mendoakan Nabi Isa“. Maka kita katakan:

  1. Ini adalah tauriyah. Tauriyah adalah seseorang meniatkan perkataannya berbeda dengan ucapan zahirnya. Kata para ulama tauriyah itu termasuk dusta, dibolehkan jika ada kebutuhan dan tidak mengandung kezaliman. Sedangkan dalam kasus ini tidak ada kebutuhan bagi seorang Muslim untuk mengucapkan selamat Natal dan juga terdapat kezaliman di dalamnya. Karena kezaliman yang terbesar adalah mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya.
  2. Dengan melakukan tauriyah demikian, maka di dalam anggapan orang Nasrani, Muslim yang mengucapkan selamat natal telah menyetujui esensi dari perayaan natal dan akidah-akidah yang batil di dalamnya.

Keenam: andai kita terima “tafsiran” mereka bahwa dari ayat ini dibolehkan mengucapkan selamat natal pada hari lahir Nabi Isa. Maka pertanyaannya adalah, mana bukti otentik bahwa Nabi Isa lahir tanggal 25 Desember?? Para ahli perbandingan agama menyatakan tidak ada bukti otentik dan dalil landasan bahwa perayaan hari lahir Isa ‘alaihissalam adalah tanggal 25 Desember.

Andrew McGowan, seorang pendeta Nasrani dekan di Yale Divinity School, dalam tulisan ilmiah berjudul “How December 25 Became Christmas” mengatakan: “Celebrations of Jesus’ Nativity are not mentioned in the Gospels or Acts; the date is not given, not even the time of year. The biblical reference to shepherds tending their flocks at night when they hear the news of Jesus’ birth (Luke 2:8) might suggest the spring lambing season; in the cold month of December … The extrabiblical evidence from the first and second century is equally spare: There is no mention of birth celebrations in the writings of early Christian writers such as Irenaeus (c. 130–200) or Tertullian (c. 160–225)

Artinya: “Perayaan kelahiran Yesus tidak disebutkan di dalam kitab Gospel dan kitab Acts. Tidak ada tanggal yang disebutkan di situ, bahkan tahun lahir saja tidak ada. Referensi yang ada adalah mengenai pengembala yang mengembalakan ternak mereka di malam hari ketika mereka mendengar Yesus lahir (Luke 2:8), ini mungkin menjadi ide awal dimunculkannya sangkaan waktu musim semi masa-masa beternak kambing di bulan Desember… Dan bukti-bukti di luar injil di abad pertama dan kedua menyimpulkan hal yang serupa: bahwa tidak disebutkan mengenai perayaan kelahiran dari tulisan-tulisan para penulis kristen terdahulu seperti Irenaus (130-220M) atau Tertullian (160-225M)”

Beliau juga mengatakan sebagai kesimpulan tulisannya: “In the end we are left with a question: How did December 25 become Christmas? We cannot be entirely sure. Elements of the festival that developed from the fourth century until modern times may well derive from pagan traditions. Yet the actual date might really derive more from Judaism“.

Artinya: “Akhir kata, kita masih meninggalkan pertanyaan: mengapa tanggal 25 Desember bisa menjadi hati perayaan natal? Kita belum yakin secara pasti. Elemen dari festival yang berkembang mulai dari abad ke 4 hingga sekarang bisa jadi merupakan turunan dari tradisi kaum pagan. Bahkan yang ada pada masa ini bisa jadi merupakan turunan dari tradisi Judaisme (Yahudi)” 1.

Jadi perayaan ini sebenarnya tidak ada asalnya! Nabi Isa ‘alaihissalam pun ternyata tidak pernah memerintahkan umatnya untuk mengadakan ritual demikian. Mengapa sebagian kaum muslimin malah membela bahwa ritual natalan itu ada dalilnya dari Al Qur’an, dengan pendalilan yang terlalu memaksakan diri?

Penutup

Pembahasan ini semata-mata dalam rangka nasehat kepada saudara sesama muslim. Kami meyakini sebagai muslim harus berakhlak mulia bahkan kepada non-muslim. Dan untuk berakhlak yang baik itu tidak harus dengan ikut-ikut mengucapkan selamat natal atau selamat pada hari raya mereka yang lain. Akhlak yang baik dengan berkata yang baik, lemah lembut, tidak menzhalimi mereka, tidak mengganggu mereka, menunaikan hak-hak tetangga jika mereka jadi tetangga kita, bermuamalah dengan profesional dalam pekerjaan, dll. Karena harapan kita, mereka mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam. Dengan ikut mengucapkan selamat natal, justru membuat mereka bangga dan nyaman akan agama mereka karena kita pun jadi dianggap ridha dan fine-fine saja terhadap agama dan keyakinan kufur mereka.

Wabillahi at taufiq was sadaad.

***

Penulis: Yulian Purnama

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/29156-surat-maryam-ayat-33-apakah-dalil-bolehnya-ucapan-selamat-natal.html

Yuk Salat Dhuha! Setiap Bacaan Tasbih Sedekah

SALAT dhuha mempunyai keutamaan yang sangat banyak sekali. Di antaranya terdapat dalam hadits riwayat Abu Dzar, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,

“Pada setiap pagi hari wajib atas setiap ruas salah seorang di antara kalian dikeluarkan sedekahnya, maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, tahmid sedekah, tahlil sedekah, takbir sedekah, amar makruf sedekah, nahi mungkar sedekah, dan sesuatu yang mencukupi itu semua adalah dua rekaat yang dia kerjakan pada waktu dhuha.” (Hr. Muslim: 720)

Setahu kami pula, tidak ada bacaan tertentu yang wajib dibaca saat salat tersebut, kecuali bacaan yang dibaca seperti salat lainnya. Wallahu alam.

[Ustaz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon, edisi 12, tahun ke-7, 1430 H]

Berusahalah Agar Amal Diterima Allah

SAHABAT, yang paling penting dari amal yang kita lakukan adalah diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bukan hanya sibuk beramal tapi kita harus sibuk dengan diterima atau tidaknya amal kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jangan memikirkan penilaian makhluk, penghargaan makhluk tapi cukupkan saja agar amalan kita diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena tidak ada lagi yang berarti bagi kita selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala meridhoi kita.

Hidup ini bukan masalah pintar, terampil dan hebat. Masalahnya cuman satu Allah Subhanahu Wa Ta’ala suka atau tidak kepada kita. Jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala suka niscaya akan diberikan yang terbaik, maka kejarlah keridhoan-Nya lewat amal-amal yang disukai oleh-Nya dan Ikhlas melakukannya.

Mudah mudahan diterima semua amal amal kita, karena itulah yang terbaik bagi kita. Aamiin yaa Robbalaalamiin. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

Awas! Jangan Sembarang Ucapkan Kalimat Cerai

DITINJAU dari lafalnya, kalimat cerai ada dua,

1. Lafal sharih (jelas) adalah lafadz talak yang sudah bisa dipahami maknanya dari ucapan yang disampaikan pelaku. Artinya lafadz talak sharih tidak bisa dipahami maknanya kecuali perceraian. Misalnya: Kamu saya talak, kamu saya cerai, kamu saya pisah selamanya, kita bubar, silahkan nikah lagi, aku lepaskan kamu, atau kalimat yang semacamnya, yang tidak memiliki makna lain, selain cerai.

Imam as-Syafii mengatakan,

“Lafadz talak yang sharih intinya ada tiga: talak, pisah, dan lepas. Dan tiga lafadz ini yang disebutkan dalam Alquran.” (Fiqh Sunah, 2/253).

2. Lafadz kinayah (tidak tegas) adalah lafadz yang mengandung kemungkinan makna talak dan makna selain talak. Misalnya pulanglah ke orang tuamu, keluar sana.., gak usah pulang sekalian.., atau kalimat semacamnya.

Cerai dengan lafadz tegas hukumnya sah, meskipun pelakunya tidak meniatkannya. Sayid Sabiq mengatakan,

“Kalimat talak yang tegas statusnya sah tanpa melihat niat yang menjelaskan apa keinginan pelaku. Karena makna kalimat itu sangat terang dan jelas.” (Fiqh Sunah, 2/254)

Sementara itu, cerai dengan lafadz tidak tegas (kinayah), dihukumi sesuai dengan niat pelaku. Jika pelaku melontarkan kalimat itu untuk menceraikan istrinya, maka status perceraiannya sah.

Bahkan sebagian ulama hanafiyah dan hambali menilai bahwa cerai dengan lafadz tidak tegas bisa dihukumi sah dengan melihat salah satu dari dua hal; niat pelaku atau qarinah (indikator). Sehingga terkadang talak dengan kalimat kinayah dihukumi sah dengan melihat indikatornya, tanpa harus melilhat niat pelaku.

Misalnya, seorang melontarkan kalimat talak kinayah dalam kondisi sangat marah kepada istrinya. Keadaan benci istri yang dia ikuti dengan mengucapkan kalimat tersebut, menunjukkan bahwa dia ingin berpisah dengan istrinya. Sehingga dia dinilai telah menceraikan istrinya, tanpa harus dikembalikan ke niat pelaku.

Akan tetapi, pendapat yang lebih kuat, semata qarinah (indikator) tidak bisa jadi landasan. Sehingga harus dikembalikan kepada niat pelaku. Ini merupakan pendapat Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, sebagaimana keterangan beliau di Asy-Syarhu al-Mumthi (11/9). [Ustaz Ammi Nur Baits]

Salat sebagai Penjaga, Pelindung, dan Penyembuh

SESUNGGUHNYA gerakan rukuk dan sujud memiliki manfaat sangat besar terhadap kesehatan tubuh secara umum dan terutaman kesehatan paru-paru. Gerakan rukuk dan sujud yang dilakukan berulang-ulang dapat mengusir ragam penyakit dari paru-paru.

Karena ketika tubuh dibungkukkan dalam gerakan rukuk, sekat-sekat paru-paru membuka sehingga darah mengalir secara sempurna ke sana. Sementara dalam posisi sujud darah mengalir lancar menuju bilik pertama paru-paru yang membutuhkan asupan darah.

Dalam keadaan rukuk dan sujud darah mengalir ke semua bagian paru-paru, yang kemudian memasukkan oksigen untuk menggantikan karbon dioksida. Para ahli medis menyebutkan bahwa agen kanker dapat mencapai paru-paru diakibatkan oleh kurangnya oksigen yang memasuki paru-paru.

Sama halnya, dalam sujud pun berlangsung proses serupa, yakni kadar udara dalam paru-paru berkurang digantikan oleh udara yang masuk ketika sujud.

Dan dalam buku “Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Tubuh” dikemukakan bahwa posisi dua tangan di sisi dada memudahkan proses pengosongan udara sehingga paru-paru bisa mendapatkan pasokan oksigen yang lebih banyak untuk dialirkan ke seluruh bagian tubuh bersama darah.

Dengan demikian, salat sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia baik fisikal maupun mental, juga akal. Berkat salat yang kita lakukan secara rutin, kita memiliki kekuatan melakukan berbagai aktivitas.

Juga salat merupakan penjaga, pelindung, dan sekaligus obat penyembuh. Setiap orang bisa merasakan semua faedah itu jika melakukan salat secara rutin pada waktunya, dan juga sesuai dengan tata cara yang diajarkan Rasulullah saw. Dan, kerjakanlah salat secara iklas dan khusyuk. [Chairunnisa Dhiee]

 

 

Alasan Mengapa Saudi Tolak Paspor Israel

Larangan paspor Israel menjadi salah satu isu penting dalam hoaks terkait larangan haji buat warga Palestina. Sejak 1948 Kerajaan Arab Saudi tidak mengakui negara Israel, demikian pula halnya dengan negara-negara Islam lainnya yang tidak mengakui negara tersebut hingga hari ini.

Peneliti Center for Research & Intercommunication Knowledge (CRIK) Arab Saudi Dr Ali Mauof menjelaskan, di antara negara-negara Islam yang tidak mengakui Israel adalah Indonesia. Sikap tidak mengakui negara Israel tersebut diikuti dengan kebijakan tidak mengakui paspor negara itu ketika masuk ke Arab Saudi.

“Sistem ini juga berlaku di Indonesia, di mana tidak dibenarkan bagi pemegang paspor Israel untuk masuk ke Indonesia kecuali ketika perpindahan pesawat saja (transit),” kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Jumat (21/12).

Bahkan, kata dia, Arab Saudi melarang keras warganya untuk mengunjungi Israel. Larangan ini dikeluarkan dalam upaya mendukung kemerdekaan Palestina yang diinisiasi Kerajaan Arab Saudi dan negara-negara Arab Islam lainnya.

Dia mengatakan, kendati tidak mengakui paspor negara Israel untuk memasuki Arab Saudi, namun guna memperhatikan kondisi umat Islam Palestina yang memegang paspor Isreal dan untuk memudahkan mereka agar bisa mengunjungi tanah suci dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, Kerajaan Arab Saudi telah sepakat untuk memberikan jalan keluar yang tepat.

Oleh karena itu, ungkap dia, Yordania memberikan izin bagi jamaah haji Palestina yang memegang kewarganegaraan Isreal untuk memperoleh paspor Yordania sementara, sehingga mereka diizinkan masuk ke Arab Saudi guna menunaikan haji dan umrah.

Dia menyayangkan sejumlah surat kabar telah mengubah isu sistemik ini menjadi isu politik. Tidak berhenti sampai di situ. Beberapa surat kabar lainnya bahkan mencitrakan Kerajaan Arab Saudi sebagai sebuah negara kriminal dalam kasus ini dengan menggambarkan bahwa Arab Saudi ingin menaturalisasi orang-orang Palestina di negara-negara di luar Palestina.

“Hal demikian dinyatakan tanpa bukti apa pun, bahkan tanpa meminta keterangan dari negara yang berhubungan langsung dengan masalah ini yaitu Kerajaan Arab Saudi,” tutur dia.

Tak ayal, imbuh Ali beberapa surat kabar di Indonesia pun ikut tertipu dengan berita-berita bohong dan palsu itu, yang nyatanya tidak berasal dari satupun sumber resmi yaitu lembaga yang memiliki hubungan dengan urusan kunjungan, deportasi, dan migrasi dalam salah satu negara yang disebutkan dalam berita-berita bohong tersebut. Khususnya dari negara yang berhubungan langsung, yaitu negara yang di dalamnya terdapat dua masjid suci, yaitu Kerajaan Arab Saudi.

Padahal, kata dia, sudah menjadi tugas media yang kredibel dan profesional ketika merilis berita-berita semacam ini dari sumber mana pun agar mendatangi lembaga-lembaga resmi yang bertanggung jawab di negara yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi.

Singkatnya, kata dia, inilah hal paling minimal yang wajib dilakukan  media-media ini, terlebih lagi ketika media-media tersebut berada di tengah masyarakat yang memiliki tataran nilai Islam yang tinggi seperti masyarakat Indonesia.

Sebab, masyarakat Muslim yang taat dengan nilai-nilai Islam yang toleran dan prinsip-prinsip Islam yang mulia seperti masyarakat Indonesia mengetahui firman Allah dalam Alquran: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujuraat: 6)

Dia menyebutkan, kabar bohong Arab Saudi telah menormalisasi hubungannya dengan Israel menyebar di berbagai kawasan, termasuk Indonesia. Sejumlah media yang beroposisi dengan pemerintahan Arab Saudi menyebarkan berita tentang tidak diizinkannya orang-orang yang memegang paspor Israel untuk masuk ke Arab Saudi dalam sebuah upaya menjelekkan citra Kerajaan Arab Saudi di kalangan masyarakat Muslim, khususnya dalam hal manajemen haji.

Dia mengatakan, berita-berita bohong tersebut tersebar dalam bentuk bahwa pemerintah Arab Saudi melarang orang-orang Palestina untuk beribadah haji. Orang-orang yang menunggangi upaya menjelek-jelekkan ini mengambil keuntungan berupa simpati publik yang besar dari negara-negara Islam terhadap orang-orang Palestina dan masalah Palestina.

“Akan tetapi, simpati saja tidak cukup untuk sampai kepada kebenaran,” tutur dia.

Menurut dia, sekiranya surat kabar-surat kabar yang menyebarluaskan berita-berita bohong khususnya di negara-negara Islam itu menahan diri dan berpikir tentang hal tersebut, niscaya mereka akan menyadari bahwa target tersembunyi dari upaya itu adalah untuk memberikan tekanan kepada Kerajaan Arab Saudi guna mengakui Isreal dan paspor Israel.

Selain itu, kata dia, berbagai surat kabar yang tertipu dengan kebohongan-kebohongan tersebut juga akan menyadari bahwa mereka telah ikut terlibat tanpa sadar dalam tekanan ini guna mewujudkan target tersembunyi tersebut.

Ali menegaskan, berita-berita bohong tersebut datang dari sumber-sumber informasi yang sama dan dari media-media serupa untuk menentang kebohongan-kebohongan sebelumnya yang diciptakan media-media informasi itu sendiri, bahwa Kerajaan Arab Saudi memimpin upaya normalisasi hubungan dengan Israel.

Dia mengutip pepatah Arab: Tali kebohongan itu pendek. Sumber-sumber yang menyebarluaskan berita-berita bohong sejak beberapa bulan yang lalu bahwa Arab Saudi menormalisasi hubungannya dengan Israel, pada hari ini mengatakan sesungguhnya Arab Saudi menghalang-halangi orang-orang Palestina untuk beribadah haji dikarenakan mereka adalah pemegang paspor Israel.

Lihat, kata Ali, bagaimana mungkin Arab Saudi menormalisasi hubungannya dengan Israel, sementara pada saat yang sama mereka menghalang-halangi umat Islam yang memegang paspor Israel untuk masuk ke negaranya guna beribadah haji dan tujuan-tujuan lain di luar haji?

“Jelas, tidak mungkin bersatu antara upaya menormalisasi hubungan bilateral dengan sikap tidak memberikan pengakuan terhadap paspor sebuah negara,” kata dia.

REPUBLIKA

Umrah dari Bandara Kertajati Diminati Warga Jateng

Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra mengatakan layanan penerbangan untuk ibadah umrah ke Tanah Suci dari Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati, Kabupaten Majalengka, diminati oleh warga Jawa Tengah.

“Sejak dibukanya layanan penerbangan internasional pada Oktober 2018 oleh Pak Gubernur Jabar Ridwan Kamil, penerbangan umrah di Bandara Kertajati, bukan hanya diminati oleh warga asal Jawa Barat, tapi wisata religi bagi umat muslim ini juga diminati warga Jawa Tengah,” kata Virda Dimas Ekaputra, di Bandung, Ahad (23/12).

Ia mengatakan manifest keberangkatan Umrah pada Sabtu 22 Desember 2018 yang digaet biro perjalanan umrah Dini Group Indonesia (DGI) menunjukan mayoritas penumpang berasal dari Jawa Tengah bagian Barat.

“Dan ternyata keberangkatan penerbangan umrah pada kemarin (22 Desember) mayoritas berasal dari provinsi Jawa Tengah,” kata Virda.

Ia mengatakan masyarakat Purbalingga sebagai wilayah yang masuk dalam cakupan area Bandara Kertajati paling mendominasi dalam penerbangan umrah kali ini dengan sekitar 50 penumpang.

Selanjutnya pesawat Lion Air Boeing 737 max 8 dengan nomor JT 072 itu mengangkut masyarakat asal Tegal, Cilacap, Banyumas, Purwokerto, Banjarnegara bahkan dari Kulon Progo.

Adapun dari Jawa Barat, jamaah Umrah mayoritas berasal dari Kuningan, lalu Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Bekasi dan Ciamis. “Penerbangan 22 Desember itu cukup penuh atau sekitar 151 seat terisi. Antusias masyarakat Jateng ini cukup besar untuk melakukan penerbangan Umrah dari Kertajati. Lalu beberapa asal Jawa Barat,” kata Virda.

Ia menambahkan jika melihat daerah cakupan Bandara Kerjati, wilayah tersebut memang merupakan potensial market yang besar. Menurut dia daerah cakupan dengan hitungan 17 juta jiwa ini sudah seharusnya bisa dimaksimalkan biro perjalanan umrah dan haji serta maskapai untuk bisa terbang dari Bandara Kertajati.

Apalagi dorongan langsung Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar penerbangan umrah asal Jawa Barat mengharuskan terbang dari Kertajati. Hal ini, mengingat Bandara Soekarno- Hatta yang secara frekuensi sudah sangat sibuk melayani penerbangan setiap harinya.

Menurut Virda, potensi pasar penerbangan umrah di Jawa Barat cukup besar yakni hampir  300.000 jemaah per tahunnya. Pasar tersebut harus bisa digarap agar penerbangan menuju Madinah ini bisa terbagi dengan Bandara utama yakni Soekarno Hatta.

Umrah dari Kertajati sudah bisa dilayani secara langsung atau hanya melakukan technical landing di India karena runway yang dimiliki Kertajati sepanjang 2.500 meter, pesawat Boeing 737 mengharuskan melakukan pengisian bahan bakar di Bandara Trivandrum.

Kesiapan landasan menjadi 3.000 meter terus dikejar agar awal 2019 ini sudah bisa digunakan.

“Penyempurnaan landasan menjadi 3.000 meter terus dilakukan oleh pihak Angkasa Pura dua. Jika sudah 3.000 meter pesawat wide body sudah semakin leluasa untuk terbang atau mendarat dari Bandara Kertajati,” kata Virda.

Layanan penerbangan Umrah dari Bandara Kertajati saat ini baru dilakukan sekali dalam satu pekannya oleh maskapai Lion Air. Hanya saja layanan serupa juga mulai dijajaki beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia yang sudah melakukan penerbangan perdana domestiknya di Kertajati sejak 18 Desember lalu.

Uang Dirham di Zaman Yusuf

Jauh sebelum resmi dipergunakan di dunia Islam, mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) telah dikenal di zaman Nabi Yusuf AS. Peristiwanya terjadi ketika Nabi Yusuf dijual kepada raja Mesir oleh kafilah dagang dari Madyan.

Sebagaimana diterangkan dalam Alquran surah Yusuf ayat 20, Nabi Yusuf dijual dengan harga yang murah. ”Dan, mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.”

Sebagian ahli tafsir mengungkapkan, ketidaktertarikan kafilah dagang ini kepada Yusuf karena Yusuf adalah anak temuan dalam perjalanan. Jadi, mereka khawatir kalau-kalau pemiliknya datang mengambilnya. Karena itu, mereka tergesa-gesa menjualnya sekalipun dengan harga yang murah.

Berkaitan dengan ayat ini, Ustaz Bassam Jarrar berkata, ”Ayat yang mulia ini mengisyaratkan tingkat peradaban bagi masyarakat Mesir waktu itu. Mereka sudah menggunakan dirham, yakni mata uang dari perak sebagai unit alat tukar dalam sistem perdagangan mereka. Kita juga menemukan saudara-saudara Yusuf yang datang dari dusun mengajukan barang-barang untuk membeli bahan-bahan makanan atau pokok,” kata Bassam, sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul. (Lihat surah Yusuf ayat 62 dan ayat 88)

Menurut sebagian ahli tafsir, barang-barang saudara Yusuf yang digunakan sebagai alat penukar bahan makanan ialah terbuat dari kulit dan terompah.

Sementara itu, di zaman Kaisar Romawi Julius Caesar telah memperkenalkan dan menggunakan mata uang emas dan perak sebagai alat transaksi sekitar tahun 46 SM dalam bentuk yang sederhana. Standar konversi emas ke perak adalah 12: 1, artinya satu koin emas nilainya sama dengan 12 koin perak.

Pada Desember 2008 lalu, seorang arkeolog pemula asal Inggris, Nadine Ross, berhasil menemukan 300 koin emas 24 karat di lokasi penggalian dekat kota tua Yerusalem.

Koin emas yang ditemukan Nadine Ross, sebagaimana dilaporkan BBC, menurut arkeolog lain, Doron Ben Ami, diperkirakan benda berharga yang disembunyikan seseorang saat Persia menyerang Yerusalem pada awal abad ketujuh.

Doa Sebelum Tidur Berisi Permintaan Selamat dari Siksa pada Hari Kiamat

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Adzkar, Bab 249. Dzikir Ketika Menjelang Tidur

Hadits #1464

وَعَنْ حُذَيْفَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْقُدَ، وَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى تَحْتَ خَدِّهِ، ثُمَّ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِي، وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.
وَرَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ؛  مِنْ رِوَايَةِ حَفْصَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، وَفِيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamapabila hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya, kemudian mengucapkan,

ALLOHUMMA QINII ‘ADZAABAK, YAWMA TAB’ATSU ‘IBAADAK.

Artinya:

“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu (yaitu pada hari kiamat).”

(HR. Tirmidzi, dan ia berkata, hadits ini hasan)

Diriwayatkan dari Abu Daud, dari riwayat Hafshah radhiyallahu ‘anha, di dalamnya ada tambahan dibaca sebanyak tiga kali.

[HR. Tirmidzi, no. 3398 dan Abu Daud, no. 5045. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani mengkritik tentang penyebutan dzikir ini tiga kali. Yang tepat riwayat tersebut tanpa penyebutan tiga kali. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2754, 6:588).

 

Faedah Hadits

  1. Disunnahkan tidur pada sisi kanan.
  2. Doa ini menunjukkan bagaimanakah ketundukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah. Ini mengajarkan agar kita tidak merasa aman dari makar Allah. Tidaklah seseorang merasa aman dari makar Allah melainkan orang-orang yang merugi.
  3. Adanya hari berbangkit dan hari kembali. Hal ini menunjukkan bahwa kita akan kembali kepada Allah dan setiap orang akan dihisab. Siapa yang mendapatkan kebaikan, sudah sepantasnya ia memuji Allah. Siapa yang mendapatkan selain kebaikan, maka sudah sepantasnya ia mencela dirinya sendiri.

 

Referensi:

  1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Cetakan Kedua, Tahun 1415 H. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Penerbit Maktabah Al-Ma’arif.

Disusun di Dasinem Pogung Dalangan, Kamis Sore, 5 Rabi’ul Akhir 1440 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/19181-doa-sebelum-tidur-berisi-permintaan-selamat-dari-siksa-pada-hari-kiamat.html

Hakeem Olajuwon, Kagum dengan Keindahan Bacaan Alquran

Di era 1990 hingga awal 2000-an, nama Hakeem Olajuwon begitu memukau publik Amerika Serikat (AS), khususnya bagi penggemar basket NBA. Pasalnya, sosok dengan tinggi badan 213 sentimeter itu berhasil menampilkan permainan indah dan menawan. Tak heran, bila namanya selalu disejajarkan dengan pebasket andal NBA lainnya, seperti Abdul Kareen Jabbar dan Michael Jordan.

Bahkan, klub Houston Rockets yang dibelanya sejak tahun 1984, berhasil dibawanya untuk meraih gelar juara di tahun 1994 dan 1995. Dan, Olajuwon sendiri dinobatkan sebagai pemain terbaik NBA di tahun 1994. Pada musim kompetisi berikutnya, ia pun selalu menjadi langganan untuk masuk di tim NBA All Stars.

Karena kebolehannya dalam menunjukkan aksi yang memukau, Olajuwon termasuk salah satu dari lima pemain tengah legendaris NBA, bersama dengan Bill Russell, Wilt Chamberlain, Kareem Abdul-Jabbar, dan Shaquille O’Neal.

Sebelum memutuskan diri menjadi pemain basket, pria kelahiran Lagos, Nigeria, 21 Januati 1963 itu memiliki keinginan untuk berkarier sebagai pesepakbola. Dalam hal bermain bola, ia juga mampu melakukan gocekan yang sangat memukau.

Namun, dalam perjalanannya, ia merasa ada ketidakcocokan dirinya dalam bermain bola. Sebab, permainan yang banyak digemari di seluruh dunia itu tak mendukung kiprahnya yang berpostur tinggi besar.

Selain itu, ketika di kampusnya, banyak rekan-rekannya yang bermain bola basket. Jadilah akhirnya ia menjadi pemain bola basket yang andal, dan telah membesarkan namanya. Bahkan, bersama dengan Ralph Sampson yang memiliki tinggi badan 224 cm, ia mendapat julukan Twins Tower (menara kembar) klub Houston Rockets.

Selama bermain di ajang NBA (1984-2002), ia tercatat pernah memperkuat dua klub berbeda, yaitu Houston Rockets dan Toronto Raptors. Pada tahun 2003, Olajuwon menyatakan pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya itu.

Kini, setelah pensiun, Olajuwon lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan dakwah dan mendalami Islam. Alasannya untuk mendalami Islam itu setelah terjadi satu peristiwa di tahun 2000 yang membekas hingga saat ini.

Suatu malam tahun 2000, ia mendengarkan sebuah bacaan ayat Alquran dari kaset. Semakin lama ia makin tertarik dengan bacaan tersebut. Ia kemudian mencari tahu dan mencoba mempelajarinya.

Dan, pada suatu hari, di sebuah kamar hotel di Miami, Olajuwon dengan khusyuk membaca ayat-ayat Alquran. Sebenarnya saya malu, sebab suara saya terdengar sumbang dan tinggi,” katanya seperti dikutip dari situs beliefnet.com.

Tapi, tak mengapa. Ketika mulut Anda sudah melafalkannya, Anda akan merasakan betapa indahnya kandungan bahasa Alquran,” kata Olajuwon lagi. Dengan Kitab suci tersebut, Olajuwon merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah. Itulah yang membuatnya makin dekat dengan Tuhan Yang Maha Pencipta.

Bahkan, sejak saat itu, ia pun menambahkan sebuah huruf di depan namanya. Yakni, dari Akeem, menjadi Hakeem. Sebuah nama yang diambil dari salah satu Asmaul Husna, yang berarti seorang penegak hukum.

Sejak menyatakan diri mendalami Islam, Olajuwon benar-benar menjalankannya dengan penuh perhatian. Karenanya, orang mengenal Olajuwon sebagai pribadi Muslim yang taat. Bahkan, ia selalu membawa kompas yang bisa menunjukkan arah kiblat di arena basket saat ia akan bertanding atau sedang latihan; ia tak pernah lupa memasang alarm pengingat waktu shalat setiap harinya; ia membaca Alquran di pesawat; dan ia mengunjungi masjid di setiap kota yang disinggahinya kala bertanding, terutama untuk shalat Jumat.

Hebatnya lagi, gaji yang didapatkan dari hasil keringat selama bermain basket, ia mendermakan pendapatannya itu sekitar 20 persen untuk kaum miskin. Tuhan datang pada kita, dan surga tidaklah murah,” ujarnya

Pada bulan Ramadhan, Olajuwon tak pernah batal berpuasa, bahkan ketika ia bertanding untuk klubnya, kecuali ia sakit. Puasa sama sekali tidak mempengaruhi permainannya di lapangan. Tenaga saya sangat kuat, bahkan meledak. Ketika waktu berbuka tiba, air minum terasa sangat nikmat,” katanya.

Jika sebagian olahragawan Muslim menganggap berpuasa di bulan Ramadhan sebagai ganjalan, Olajuwon malah menganggapnya berkah. Sebab, dengan datangnya bulan suci Ramadhan, umat Muslim justru sangat diistimewakan. Karena inilah bulan penuh rahmat, ampunan, dan saatnya berdekatan dengan Tuhan,” ujarnya, Anda bisa memperbanyak amalan di bulan ini, membaca Alquran lebih sering, dan banyak belajar.”

Hakeem Olajuwon berasal dari keluarga kelas menengah. Orangtuanya merupakan pengusaha semen. Semasa tinggal di Lagos, Olajuwon tidak pernah mendapatkan pendidikan agama dari kedua orangtuanya. Keluarganya  tinggal di lingkungan yang sebagian besar warganya adalah Muslim.

Selepas menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Olajuwon memutuskan hijrah ke Amerika Serikat (AS) guna melanjutkan pendidikan di Universitas Houston. Saat berkuliah di Universitas Houston, ia tergabung dalam tim bola basket kampus, dan berhasil membawa perguruan tinggi ini menjuarai pertandingan antarkampus di Amerika sebanyak dua kali.

Seperti halnya saat tinggal di Lagos, ketika tinggal di Houston pun Olajuwon selalu berdekatan dengan masjid. Bahkan, ketika datang pertama kali ke negeri Paman Sam ini, suara azan dari masjid pula yang membuatnya jatuh cinta. Sejak saat itu, ia pun selalu menyempatkan datang ke berbagai seminar dan pengajian di sela waktu sibuknya. Semua itu ia lakukan untuk mempelajari Islam secara lebih mendalam.

Bagi Olajuwon, berkarier dalam bidang apa pun, harus mendedikasikan hidupnya untuk agama yang diyakini kebenarannya. Boleh jadi, karena alasan itu pula yang mendorong Olajuwon terpaksa menceraikan sang istri, Lita Spencer, yang pernah menjadi teman sekampusnya dan yang telah dikaruniai seorang puteri bernama Abisola.

Pada tahun 1995, ia menikah lagi dengan Dalia Asafi. Dari pernikahan keduanya ini, ia memiliki tiga orang puteri: Asafi, Rahma, dan Aisha. Olajuwon selalu mendidik keempat puterinya untuk menjadi Muslimah yang taat.

Meski menyandang dua status minoritas di Amerika sebagai warga berkulit hitam dan Muslim, namun Olajuwon mengaku hidup damai dalam Islam. Allah berfirman dalam Alquran agar kita tak saling menghinakan sesama. Islam tidak memandang warna kulit dan status. Jika saya pergi ke masjid, meski seorang pebasket yang kaya dan terkenal, tetap saja saya merasa minder kalau bertemu imam. Ia lebih baik dariku. Ini soal pengetahuan,” paparnya.

Olajuwon mengaku gemar mendiskusikan masalah keimanan dengan rekan satu timnya, terutama penganut Kristen yang taat. Beberapa di antara mereka, menurut Olajuwon, menanggapi dengan baik saat dirinya berbicara mengenai Islam. Bahkan, obrolan di antara teman ini kerap masuk ke persoalan perbandingan keagamaan.

Suatu hari, misalnya, rekan setimnya yang beragama Kristen mengoloknya karena menolak menyantap daging babi. Olajuwon balik berkata, Kalau kamu menaati perintah Injil, kamu seharusnya juga tidak boleh memakannya.”

Bagi Olajuwon, Islam adalah sikap istikamah. Itulah yang membuatnya tidak pernah lupa untuk menjalankan shalat lima kali setiap hari. Ia juga kerap berzikir untuk mengawali setiap gerak hidupnya. Kamu tak akan lupa walau sedetik pun. Ada komunikasi terus-menerus, dan kamu tak akan kehilangan kesadaran ini. Apapun yang saya lakukan, saya menganggapnya sebagai shalat,” katanya.

Ia mengaku merasa beruntung hidup di Amerika. Karena di negara Adidaya tersebut, kata Olajuwon, setiap Muslim dengan segala kemudahan akses, bisa belajar Islam dari dasarnya, bukan semata mempraktikkan budaya Islam yang dibawa dari negara asal mereka.

Di sini saya punya banyak kesempatan berinteraksi dengan Muslim dari berbagai belahan bumi. Mereka membawa ilmu baru dari budaya dan latar belakang berbeda, lalu memperkenalkannya sebagai bagian dari Islam. Tetapi, setelah saya mempelajari Alquran, ternyata tidak semua yang mereka perkenalkan itu Islami,” tukasnya.

Kesadaran untuk selalu mengingat Tuhan ini menyertainya ke arena bola basket. Islam mengajarinya untuk mengedepankan kasih sayang. Itu berarti, Anda harus bermain sportif, jangan curang. Sebab pertanggungjawabannya kepada Tuhan,” kata Olajuwon.

Lelaki yang pernah menjadi wakil ketua Islamic Da’wah Center ini suatu ketika pernah ditanya kesediaannya menjadi seorang imam. Dan jawabannya, Itu butuh tanggungjawab besar.” Kalau diberi pilihan, ia mungkin memilih jadi dai. Saya sedang menjalaninya sekarang,” tambahnya.

Sumber : Oase Republika