Risiko Memakai Jasa Dorong Mukimin: Mahal, Ditelantarkan dan Berbahaya

Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) menangkap seorang mukimin yang dicurigai gerak-geriknya saat berada di pemondokan jemaah. Pria itu memakai baju ihram, memakai tas jemaah tahun 2016, namun gelang yang dipakai tahun 2012. Saat diperiksa, ada uang jutaan rupiah dan ribuan riyal di tasnya.

Diinterogasi petugas, pria tersebut bersumpah tak melakukan pencurian. Dia mengaku hanya menjadi pendorong bagi jemaah yang membutuhkan kursi roda untuk beribadah ke Masjidil Haram. Uang itu adalah hasilnya bekerja dan tasnya berasal dari teman. Dimintai identitas, pria tadi tak punya surat-surat apa pun di Saudi.

Ini adalah salah satu contoh kasus risiko menggunakan jasa mukimin di Saudi. Jemaah diimbau agar tak menggunakannya karena aktivitas para mukimin di Masjidil Haram sudah diintai petugas keamanan. Mereka juga menerapkan tarif yang mahal, sampai kerap dikeluhkan berbuat jahat pada jemaah.

Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Wagirun Topan Tuwinangun menerangkan, kasus tenaga pendorong kursi roda tidak resmi yang ditangkap di Masjidil Haram masih terus terjadi. Akibatnya, jemaah yang menggunakan jasa mereka menjadi terlantar.

“Kami dari perlindungan jemaah merasa peduli dengan kejadian ini. Karenanya kita adakan patroli rutin di lingkungan-lingkungan pemondokan jemaah supaya tidak minta tenaga pendorong dari mukimin,” kata Wagirun.

Foto: Rachmadin Ismail/detikcom

Menurutnya, menggunakan jasa mukimin untuk mendorong kursi roda saat tawaf atau sai risikonya besar. Apalagi, aparat Saudi di Masjidil Haram terus memperketat pengamanan sehingga potensi pendorong kursi roda tidak resmi ditangkap lebih besar. “Saya yakin pasti ditangkap kalau mukimin. Bahkan pendorong wanita, mereka bisa tahu. Karena intel-nya sangat banyak di Haram. CCTV saja ada 2000 an,” tuturnya.

Jika tertangkap, lanjut Wagirun, jemaah tentu menjadi pihak yang dirugikan karena terlantar. Petugas juga harus menangani setidaknya dua persoalan sekaligus, terlebih jika jemaah baru menjalani umrah wajib. Selain mengamankan jemaah secara fisik, petugas juga harus membantu jemaah menyelesaikan umrah wajibnya.

Wagirun mengaku pihaknya akan memperketat pengawasan agar kasus jemaah terlantar karena pendorong kursinya tertangkap aparat Masjidil Haram, tidak terulang. Rencana pengamanan sudah dibuat sejak dari pemondokan, jalanan, dan Masjidil Haram.

“Di pemondokan sudah kita gelar semua. Sekarang sistemnya terpadu, jadi semua petugas merupakan unsur linjam. Kita harapkan seperti itu, makanya di hotel sudah ada yang nempel di situ,” kataya.

“Secara khusus, linjam memperkuat sektor dengan patroli 24 jam, tErutama waktu malam, ketika teman-teman yang nempel di hotel mundur, kita yang aktif melakukan patroli,” tambahnya.

Jemaah juga diminta untuk mewaspadai modus yang digunakan pada pendorong kursi roda tidak resmi. Misalnya, agar tidak diketahui petugas, pelaku sengaja menggunakan kain ihram serta aksesoris gelang dan tas jamaah. Wagimun mengimbau jemaah menggunakan tenaga pendorong resmi yang sudah disiapkan pemerintah Saudi. Selain aman, biayanya juga jauh lebih murah.

Tarif yang biasa dikenakan para mukimin pada jemaah untuk tawaf dan sai berkisar di angka 500-600 riyal. Padahal memakai jasa pendorong resmi hanya 200 riyal untuk dua aktivitas ibadah tersebut.

sumber: Detikcom

Doa yang Diijabah

Berdoa menjadi satu keniscayaan dalam berhaji. Para jamaah akan memanjatkan doa terbaik kepada Allah SWT. Hanya, banyaknya keinginan membuat jamaah tidak fokus.

Ketua Yayasan Bani Adam, Ustaz Matyoto Fahruri, mengatakan, salah satu keistimewaan melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah diijabahnya doa-doa selama di Tanah Suci. Doa-doa yang insya Allah dikabulkan oleh Allah SWT adalah doa untuk diri sendiri, anak, suami atau istri, orang tua, sahabat, dan untuk sesama Muslim.

“Bahkan, untuk orang yang membenci kita sekalipun,” ujar Matyoto ketika dihubungi Republika.

Jadi, doa-doa apa saja dan di manakah jamaah sebaiknya memanjatkan doa kepada-Nya agar kelak dikabulkan? Berikut perinciannya.

Doa mohon ampunan

Doa tersebut, di antaranya, agar diampuni segala dosa, dimudahkan segala urusan dan masalah hidup, dan dikabulkan segala hajat. Jangan lupa pula berdoa rumah tangga sakinah mawadah warahmah bagi yang sudah berkeluarga.

Doa kesalehan keluarga

Doa lain yang juga penting, menurut wakil ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Boyolali ini, adalah agar dijadikan suami yang saleh, seperti Nabi Ibrahim AS yang memiliki akhlakul karimah dan berwibawa. Doa menjadi istri yang salehah seperti Siti Hajar dan doa agar anak-anak saleh dan salehah seperti Nabi Ismail AS. “Doa-doa ini penting karena perjalanan haji atau umrah adalah napak tilas keluarga sakinah mawadah warahmah,” katanya.

Doa husnulkhatimah

Doa berikutnya yang tak kalah penting adalah jika wafat dalam keadaan husnulkhatimah dan masuk surga seperti Nabi Muhammad SAW.

Tempat doa yang mustajab

Adapun, tempat-tempat yang mustajab ketika memanjatkan doa adalah searah dengan Hajar Aswad, Multazam, dekat maqam Ibrahim, Hijr Ismail, Rukun Yamani, tempat air zamzam berada, Bukit Sofa, antara pilar hijau ketika sa’i, dan di Bukit Marwah. “Ini ketika kita berada di Masjidil Haram, Makkah,” ungkapnya.

Jika berada di Masjid Nabawi, Madinah, tempat yang mustajab untuk berdoa adalah di Raudhah, dekat rumah, maqam, dan mimbar Nabi Muhammad SAW. Sementara, di Arafah, doa akan diijabah di wilayah Musdalifah dan juga tempat di mana jamaah melakukan lontar jumrah.

Waktu berdoa

Mengenai waktu berdoa, Matyoto mengatakan, yaitu pada saat sepertiga malam akhir sampai Subuh, ketika antara azan dan iqamat, saat selesai membaca Alquran, atau usai shalat wajib dan sunah, insya Allah, doa kita akan dikabulkan.

 

Sumber: Jurnal Haji Republika

Tawaf Bersama Rembulan

Pada pertengahan Agustus lalu beredar viral di laman media sosial, yakniFacebook. Pesannya sangat menarik sekaligus membuat terkejut.

Isi pesan yang beredar tersebut sebagian di antaranya begini:

Asslm.Wr.Wb.,
Malam ini Jam 03.25 MMT (Mecca Mean Time) waktu Mecca, Bulan akan mengelilingi (Tawaaf) Ka’bbah. Ini terjadi dalam 100,000 TAHUN sekali.
Sky will be light blue, this ia a moment of acceptance and this moment comes after every 100 Thousand Years, you can ask ALLAH SWT what ever you want to ask.

Pesan ini tersebar dan meluas. Dari sambutan yang terekam dalam medsos tersebut, terlihat betapa antusiasnya publik menanggapi. Semuanya terkesan bahagia dan takjub.

Namun sayangnya, ketika pesan ini ditelusuri, pesan tersebut ternyata hoax. Sebab, kemudian muncul temuan bahwa berdasarkan penelusuran pada arsip-arsip internet menunjukkan bila pesan ini sudah beredar sejak tahun 2011-an di Malaysia dengan versi yang senada atau mirip.

Meski begitu, apa pun isi pesannya, bagi yang kebetulan pernah menikmati pancaran rembulan purnama dekat Ka’bah, maka pengalaman tersebut tetap menggairahkan dan tak terlupakan. Wajah bulan yang penuh di atas langit Ka’bah sungguh terasa eksotis sekaligus mengharukan.

Apalagi kalau paham bahwa semua unsur di alam semesta ini pada dasarnya melakukan gerak memutar (tawaf) seperti bulan itu, baik itu atom, hingga bumi, planet-planet di tata surya, bahkan matahari juga memutari orbitnya.

Subhanallah.Allahu Akbar!

 

Sayangnya, semakin lama, menikmati suasana syahdu di Baitullah menjadi sebuah kerinduan yang kian langka. Cahaya lampu kompleksMasjidil Haram yang luar biasa kuat menjadikan sinar bulan terasa samar dan sayup. Apalagi jamaah umrah dan haji kini sangat meluap sehingga suasana pun terasa ingar-bingar.

Wajah rembulan purnama yang elok kini baru bisa dinikmati dengan lebih leluasa bila dilihat dari atap bangunan Masjidil Haram. Di lantai atas itu pemandangan akan terasa luar biasa karena sekaligus juga bisa melihat langsung ke bawah, yakni ke arah Ka’bah yang selalu dipenuhi begitu orang yang lagi melakukan tawaf.

Dan, pada titik pandang yang lain, pemandangan rembulan purnama bersanding dengan Ka’bah akan terasa mencengangkan bila dilihat dari arah luar Kota Makkah. Dari kejauhan tampak puncak menara yang berwarna terang kebiruan lengkap dengan sosok jam raksasanya, dan bulan di dekatnya. Pemandangan ini mulai terlihat jelas dari jarak yang cukup jauh, yakni sekitar 6-7 kilometer. Menara, jam, dan rembulan purnama tampak dalam satu peraduan.

Namun, apakah pemandangan mencengangkan itu mampu disadari semua orang yang tengah berada di Makkah–terutama para jamaah haji? Semua yakin banyak juga jamaah yang menyadarinya, tetapi banyak juga yang tak mengacuhkannya atau alpa terhadap pemandangan yang melankonis seperti itu.

Mengapa demikian? Tampaknya karena dari sebagian jamaah ketika tiba di Makkah–terutama yang banyak uang–lebih memilih menyibukkan diri melakukan belanja di berbagai gerai di mal megah yang ada di seputaran Masjidil Haram. Barang-barang khas Timur Tengah seperti karpet menjadi incaran utama sebagian jamaah yang kaya raya ini.

Apalagi karpetnya memang sangat memikat mulai dari karpet buatan Belgia, Mesir, Turki, hingga Suriah. Barang-barang ini lazimnya mereka borong begitu sampai di Makkah dan langsung dikirimkan ke Tanah Air melalui jasa pengiriman kargo. Sebagian jamaah kaya yang lain memborong karpet itu dengan maksud akan menjualnya kembali ketika sudah berada di kampung halaman.

Alhasil, harapannya mudah-mudahan para jamaah haji mau menikmati tawaf dan pemandangan rembulan di atas Ka’bah. Sebab, yakinlah situasi ini menakjubkan. Bila ini dihayati maka para jamaah yang ketagihan belanja di berbagai mal di seputaran Ka’bah akan meninggalkan perilaku yang tak terpujinya itu. Melakukan tawaf sangat bernilai bila dibandingkan sekadar belanja barang remeh-temeh di toko pakaian, perhiasan, atau karpet.

Lalu, apakah kalian tak iri karena rembulan pun tawaf di Ka’bah?

 

sumber: Republika Online

Jangan Sembarang Naik Taksi

Mau memanfaatkan transportasi di Arab Saudi ketika musim haji. Nah, baca dulu tips berikut:


Pertama, hapalkan baik-baik nama tempat tinggal dan tujuan Anda, dalam bahasa setempat. Keduanya penting karena meski nama-nama termpat memiliki versi Inggrisnya, tak semua pengemudi tahu. Saat kami bertanya “King Fahd Road” kepada polisi, mereka hanya menggelenggelengkan kepala.

Kedua, jangan sembarang naik taksi. Di sekitar Makkah, misalnya, taksi tidak me miliki argo. Alhasil, kelihaian tawar-menawar dengan bahasa isyarat pun jadi andalan. Saat harga sudah disepakati, jangan lupa pastikan, apakah hari itu untuk keseluruhan penumpang atau per kepala?

Enam orang teman sepakat bertaksi ria dengan ongkos 50 riyal Saudi (SAR). Saat turun, mereka baru tahu bahwa jika itu ada lah tarif per kepala, jadi enam orang tarifnya menjadi 300 SAR untuk jarak tempuh sekitar empat kilometer dalam kondisi lancar. Yah, naik taksi di Saudi memang tak ubah naik ang kutan kota (angkot) saja.

Ketiga, naik bus menjadi andalan juga jika Anda mulai percaya diri. Ongkosnya 10 SAR untuk jarak tempuh sekitar satu kilo meter di Kota Makkah. Asalkan jangan lupa, pastikan daerah tujuan Anda agar tak salah jurusan.

Empat, tak semua anggapan miring terhadap polisi Saudi itu benar. Jika Anda bisa berbahasa Arab, mereka akan senang hati membantu Anda menunjukkan arah. Bahkan, menurut cerita sejumlah warga Indonesia yang tersesat di tengah siang terik, polisi itu mendatangi dan mengangsurkan air minum kemasan. Ah, segarnya.

 

Republika Online

Tips Aman Di Makkah, Jangan Sembarang Selfie dan Ambil Barang Temuan

Jemaah haji Indonesia diimbau untuk tidak melakukan swafoto (selfie) di sembarang tempat. Sebab, tidak semua tempat di Arab Saudi bebas untuk aktivitas fotografi, terutama di fasilitas strategis pemerintahan seperti kantor polisi dan lainnya. Apalagi jika sudah ada keterangan mamnu at-taswir (larangan mengambil gambar).

Imbauan ini disampaikan oleh Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Daker Makkah Wagirun Tupan Towinangun pada apel petugas Daker Makkah, Jumat (19/08) pagi.

Menurut Wagirun, selain fasilitas strategis, foto askar atau polisi Saudi juga agar dihindari. Demikian juga ketika menemukan barang yang tercecer, Wagirun mengimbau agar jemaah tidak serta merta mengambilnya, melainkan melaporkannya ke pihak askar Saudi.

“Kalau nemukan barang berceceran, jangan dipegang atau diambil. Sebaiknya disampaikan ke askar Saudi (terdekat),” jelasnya.

Dalam rangka menjaga kenyamaan dan keamanan jemaah haji Indonesia, lanjut Wagirun, Daker Makkah sudah menetapkan aturan larangan tamu untuk naik ke kamar jemaah haji. Hal ini juga penting untuk mengantisipasi adanya penyusup yang berniat jahat.

“Untuk mengantisipasi penyusupan, jemaah harus solid. Antara satu dengan yang lain harus saling mengenal sehingga ketika ada orang asing datang kita tahu bahwa itu bukan dari jemaah kita,” ujarnya menyusul tertangkapnya 4 orang yang diduga menyusup ke salah satu pemondokan di Sektor 8.

“Kita sudah sosialisasikan kepada jemaah dan petugas maktab. Juga sudah kita buat selebaran dan spanduk di hotel agar apabila ada tamu yang datang hanya diterima di lobby dan tidak masuk ke kamar. Selain mengganggu kenyamanan rekan yang lain, juga mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan,” tandasnya. (mkd/mkd)

 

sumber: Kemenag RI

Di Mana Saja Lokasi Miqat?

Suara pramugari Garuda Indonesia tujuan Jakarta-Jeddah yang terdengar melalui pengeras suara mengabarkan bahwa pesawat segera melintas di atas Yalamlam. Yalamlam berjarak sekitar 125 kilometer dari Kota Makkah, Arab Saudi, dan merupakan lokasi miqat bagi jamaah haji yang berasal dari Yaman maupun negara-negara di sebelah timur Makkah.

Sejumlah orang terlihat mengantre di toilet pesawat untuk memulai ihram. Sebagian lainnya sudah mengenakan ihram sejak dari tanah air. Namun, ada lebih banyak orang yang memilih melakukan miqat di Bandara Internasional
King Abdul Aziz Jeddah.

Bandara Jeddah memiliki terminal khusus untuk menerima jamaah haji dan umrah. Terminal ini dilengkapi berbagai fasilitas seperti kamar mandi dan mushala yang dapat digunakan oleh 80 ribu peziarah pada waktu bersamaan.
Bahkan pada musim haji, otoritas setempat sudah mengatur area untuk setiap negara pengirim jamaah haji di terminal ini.

Begitu pesawat mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz, jamaah atau petugas akan diantarkan ke area yang memang diperuntukan bagi negara asal. Jamaah atau petugas asal Indonesia akan menuju Plasa Indonesia. Kesibukan di bandara ini pun tidak hanya sekadar mengantre bagasi atau mengangkut koper, namun juga orang-orang yang sedang mengambil miqat.

Miqat berarti batas. Orang yang melintasi miqat yang telah ditentukan maka wajib untuk mengenakan pakaian ihram dan berniat ihram. Hal ini berlaku tanpa terkecuali bagi setiap jamaah haji dan umrah yang datang dari seluruh penjuru dunia.

Ada dua miqat. Pertama, miqat zamany atau batas berdasarkan waktu. Miqat zamany terkait dengan pelaksanaan ibadah haji. Miqat zamany terdiri atas tiga bulan, mulai dari Syawal hingga Dzulhijah. Kedua, miqat makany atau batas berdasarkan tempat.

Miqat berdasarkan tempat ini biasanya digunakan tidak hanya untuk berhaji, namun juga umrah. Selain Yalamlam, ada empat tempat miqat yang dikenal oleh jamaah asal Indonesia. Yaitu, Masjid Dzul Hulaifah atau Bir Ali yang menjadi miqat penduduk Madinah, Masjid Tan’im atau dikenal juga sebagai Masjid Aisyah, Ji’ranah, dan Masjid Al Hudaibiyah

 

 

sumber: Republika Online

Kisah Kiai Jawa Bertemu Mualaf Eropa di Jabal Rahmah

Jabal Rahmah, sebuah bukit di padang Arafah yang menjadi saksi pertemuan Adam dan Hawa kembali mempertemukan dua anak manusia. Pada 9 Dzulhijjah  1366 Hijriyah atau 1947 Masehi,  seorang Kiai asal Jawa, Abdussalam, bertemu dengan seorang Eropa yang baru berganti nama.

Sesudah bersalaman, dia memperkenalkan diri sebagai Abdusyukur. “Saya mualaf. Baru lima bulan menganut agama Islam,”kata Abdusyukur seperti dituliskan Abdussalam dalam memoarnya di dalam buku Naik Haji di Masa Silam 1482-1964 karya Henri Chambert Loir.

Abdusyukur berkisah, sudah lama dia berkelana mencari Tuhan. Dia mendalami berbagai agama yang tak juga memuaskan hatinya. “Enam bulan berselang, saya tengah berjalan-jalan di Kota Paris yang permai itu. Terdengar oleh saya azan di menara masjid di kota itu. Bagaikan ada perintah halus ke dalam hati saya untuk menjadi orang Islam. Saya jumpai imam masjid itu. Di tangannyalah saya menjadi umat Islam. Sekarang ini, saudara..”katanya sambil menangis tersedu-sedu.

Pada awal abad ke-19, Islam bukan hal baru di Eropa, termasuk Prancis. Setelah Perang Dunia I, sebuah masjid raya didirikan di Paris sebagai rasa terima kasih kepadatirailleurs Muslim, sebutan bagi pasukan infrantri Prancis pada masa Napoleon Bonaparte berkuasa. Mereka direkrut dari wilayah-wilayah jajahan Prancis, salah satunya Aljazair. Negeri nenek moyang pelatih Real Madrid dan bekas pemain sepak bola terbaik dunia, Zinedine Zidane. Lewat masjid, pemerintah hendak memberi penghargaan kepada para 100 ribu tirailleurs yang tewas saat bertempur melawan Jerman.

Pada 1944, tercatat ada 550 ribu tentara Afrika-Prancis. Banyak di antara mereka direkrut, baik terpaksa maupun sukarela, dari koloni-koloni Prancis. Dari jumlah itu, sebanyak 134 ribu dari Aljazair, 73 ribu dari Maroko, 26 ribu asal Tunisia, dan 92 ribu dari koloni lain di Afrika.  Selain bertempur pada Perang Dunia 1, tentara multiras itu diterjunkan dalam pertempuran di Italia pada 1943 untuk mengusir Jerman dari Monte Cassino.

Masjid itu berdiri pada 1926. Mengikuti gaya Mudejar yang mewarisi arsitektur Andalusia, masjid ini memiliki sebuah menara setinggi 33 meter. Selama Perang Dunia ke-2, saat Prancis dicaplok Nazi, Jerman, imam masjid Si Kaddour Benghabrit pernah menjadikan masjid itu untuk melindungi pengungsi Aljazair dan Yahudi Eropa. Benghabrit menjamin akan menyediakan kamar, perjalanan yang aman hingga sertifikat kelahiran Muslim palsu untuk melindungi mereka dari eksekusi Jerman.

Meski demikian, Prancis tetaplah Prancis. Negara yang trauma dengan adanya kekuasaan di tangan kaum borjouis dan pemuka agama. Revolusi Prancis pada 1789 menghancurkan dominasi Gereja Katolik. Hingga sekarang, Prancis memberi contoh kepada banyak negara demokrasi di Eropa tentang praktik pemisahan kekuasaan antar agama dan negara alias sekularisme.

Hanya, sekularisme di negeri Menara Eifel tak berarti menutup hidayah bagi pencari Tuhan seperti Abdusyukur. Seperti dikisahkan oleh Abdussalam, Abdusyukur malah memeluk Islam usai mendengar lantunan azan di Paris. Hingga, mualaf itu pun berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam kelima untuk berangkat haji.

Saat menjalankan wukuf di Arafah, Abdusyukur melihat ratusan ribu Muslim dibalut pakaian putih. Suara-suara zikir manusia bergema dari bukit tandus itu. Mereka menengadahkan tangan untuk menjadi sebenar-benarnya hamba.

“Kami memuji Allah yang Ia telah menjadikan kami umat kekasih-Nya Muhammad SAW. Dan dengan nikmat yang satu ini sudah padalah (cukuplah) bagi kami. Benar saudara, katanya. Biar saya tak mempunyai kapal udara, tidak punya mobil, tidak punya gedung yang permai, dengan kurnia-Nya saya menjadi umat Islam ini, sudah lebih dari dunia dengan isinya.”

 

sumber: Republika Online

Hukum Berhaji Menggunakan Uang Hasil Korupsi

MUSIM haji telah tiba. Calon jemaah haji Indonesia sudah ada yang diberangkatkan ke Tanah Suci Mekah.

Dalam pengajian, ada seorang birokrat yang bertanya hukum ibadah haji yang menggunakan uang hasil pungli dan korupsi. Ia beralasan, di tempatnya bekerja mustahil tidak terlibat korupsi bila tak ingin terkucil.

Untuk itu, ustaz menjawab sbb:

Korupsi didefinisikan sebagai penggelapan atau penyelewengan uang negara atau perusahaan tempat seseorang bekerja untuk menumpuk keuntungan pribadi atau orang lain. (Sudarsono, Kamus Hukum, hlm. 231). Definisi lain menyebutkan korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga, teman, atau kelompoknya. (Erika Revida, Korupsi di Indonesia : Masalah dan Solusinya, USU Digital Library, 2003, hlm. 1).

Tidak ada istilah khusus untuk korupsi dalam fiqih Islam. Modus korupsi berupa penggelapan atau penyelewengan uang negara dapat dikategorikan perbuatan khianat, orangnya disebut khaa`in. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul Uqubat, hlm. 31). Modus lainnya, yakni suap menyuap, dikategorikan sebagai risywah, yakni pemberian harta kepada penguasa untuk mencapai suatu kepentingan tertentu yang semestinya tidak perlu ada pembayaran. Modus lainnya yang disebut fee proyek, termasuk kategori hadiah atau hibah yang tidak sah. Semua modus korupsi tersebut adalah harta yang hukumnya haram dalam Islam, karena diperoleh melalui jalan yang tidak sesuai syariah (ghairu al masyru). (Abdul Qadim Zallum, Al Amwal fi Daulah Al Khilafah, hlm. 117-119).

Adapun hukum haji yang menggunakan harta haram, seperti harta dari korupsi, suap dan sebagainya, sedang orang yang berhaji mengetahuinya, terdapat khilafiyah di kalangan ulama menjadi dua pendapat. (Abbas Ahmad Muhammad Al Baz,Ahkam Al Mal Al Haram, hlm. 291-294).

Pertama, hajinya sah dan menggugurkan kewajiban haji, namun orang yang berhaji berdosa dan tak mendapat pahala haji. Inilah pendapat jumhur ulama, yaitu pendapat ulama Hanafiyah dan Syafiiyah, juga satu versi pendapat dalam mazhab Maliki dan Hambali. (Ibnu Abidin, Hasyiyah Radd Al Muhtar, 3/453; Al Qarafi, Al Furuq, 2/85; Al Wansyarisi, Al Miyar, 1/440; Al Hithab, Mawahib Al Jalil, 3/498; An Nawawi, Al Majmu, 7/51; Ibnu Rajab, Al Qawaid, hlm. 13).

Dalilnya, karena sahnya haji bergantung pada rukun dan syarat haji, bukan pada halal haramnya harta yang digunakan. Imam Ibnu Abidin mengatakan berhaji dengan harta haram sama halnya dengan orang yang sholat di tanah rampasan (maghshubah), yakni sholatnya sah selama memenuhi rukun dan syaratnya, tapi dia berdosa dan tak mendapat pahala (bi-laa tsawab).” (Ibnu Abidin, Hasyiyah Radd Al Muhtar, 3/453).

Kedua, hajinya tak sah, berdosa, dan tak mengugurkan kewajiban haji. Inilah versi pendapat lainnya dalam mazhab Maliki dan Hambali. Dalilnya antara lain sabda Rasulullah SAW (artinya),”Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Mahabaik (thayyib) dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR Muslim, no 1015). (Al Wansyarisi, Al Miyar, 1/439; Al Hithab,Mawahib Al Jalil, 3/498; Ibnu Rajab, Al Qawaid, hlm. 13).

Menurut kami, yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur, yaitu hajinya sah dan menggugurkan kewajiban haji, namun tetap dosa dan tak mendapat pahala haji. Sebab meski memanfaatkan harta haram itu dosa, namun keharaman harta tidak mempengaruhi keabsahan haji karena kehalalan harta tidak termasuk syarat sah haji. Jadi hajinya sah selama memenuhi rukun dan syarat haji, walaupun harta yang digunakan haram. Imam Nawawi berkata, “Jika seseorang berhaji dengan harta yang haram, atau naik kendaraan rampasan, maka dia berdosa namun hajinya sah dalil kami karena haji adalah perbuatan-perbuatan yang khusus, sedang keharaman harta yang digunakan adalah hal lain di luar perbuatan-perbuatan haji itu.” (An Nawawi, Al Majmu, 7/51). Adapun hadits riwayat Muslim di atas, yang dimaksud Allah “tidak menerima” bukanlah “tidak sah”, melainkan “tidak memberi pahala.”

Kesimpulannya, berhaji dengan uang hasil korupsi hukumnya sah dan menggugurkan kewajiban haji, selama memenuhi segala rukun dan syarat haji. Namun tetap menyebabkan dosa dan tidak ada pahalanya, termasuk pahala haji mabrur. Wallahu alam. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2316726/hukum-berhaji-menggunakan-uang-hasil-korupsi#sthash.oemw4TQN.dpuf

Radiudin, Tukang Sampah yang Bisa Naik Haji

Pergi berhaji memang butuh biaya. Radiudin menyadari itu. Tukang sampah tersebut mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membayar cicilan ongkos haji. Tahun ini, namanya tercantum dalam daftar kloter 19.

RULLY EFENDI, Jember

 

DI gang menuju SMAN 3 Jember, ada sebuah depo sampah yang ramai setiap pagi. Bau busuk sampah itu cukup menyengat. Bagi Radiudin, sampah dan bau busuk tersebut justru menghidupinya. Setiap hari, selama tiga jam dia bergulat dengan sampah. Mulai pukul 07.00 hingga 10.00, kadang bisa lebih. Sebab, truk tak kunjung datang atau gerobak sampah terlambat datang.

Bau busuk sampah itu tidak pernah dia rasakan. Kotornya tubuh pun dianggap Radiudin sebagai bagian dari risiko pekerjaan. Namun, berkat ketekunannya menjadi tukang sampah, pria berumur 51 tahun tersebut pergi berhaji pada tahun ini. ’’Saya sangat-sangat bersyukur. Mulanya, saya tidak menyangka jadi juga berangkat pada tahun ini,’’ katanya.

Bapak tiga orang anak itu menjadi tukang sampah sejak 1993. Empat tahun belakangan, dia bertugas di Depo Lingkungan Muktisari, Kelurahan Tegal Besar, Kaliwates. Meski rumah dan tempat kerjanya berjarak sekitar 20 kilometer, pria yang akrab disapa Pak Nur tersebut rela berangkat pada pagi dari rumahnya di Dusun Bunder, Desa Sumberpinang, Pakusari.

Nama Pak Nur bakal berganti menjadi Pak Haji Nur. Sebab, namanya tercatat dalam daftar anggota rombongan jamaah haji dalam kloter 19. Dia bakal berangkat bersama jamaah haji asal Jember yang lain pada 14 Agustus 2016. Itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

 

Menjadi calon jamaah haji bukan kejutan yang mendadak datang begitu saja. Hal itu bisa terwujud karena rencana panjang yang dilalui dengan penuh perjuangan. Si tukang sampah tersebut pun harus nyeper dan mencari rongsokan di tengah tumpukan sampah. Hasilnya dia tabung untuk ongkos berhaji. Biaya pendaftaran untuk mendapatkan kursi berhasil dia bayar pada 2009. ’’Saat itu kena Rp 20 juta,’’ ungkap Radiudin.

Dia tak ragu mencari kerja sampingan dengan memungut barang bekas yang bisa diuangkan untuk tambahan biaya hidup. Apalagi, saat awal bekerja menjadi tukang sampah, dia hanya dibayar Rp 1.000 tiap hari. Tunjangan bulanan hanya Rp 5 ribu. Total uang yang dia terima per bulan tak lebih dari Rp 35 ribu.

Sebagaimana pesan orang tuanya, Radiudin tak pernah mengeluhkan keadaan hidupnya. Dia yakin Tuhan memberikan berkah dalam setiap pekerjaan yang nikmatnya dia syukuri. Ternyata benar, setelah bekerja selama 23 tahun, dia bisa mewujudkan cita-citanya untuk pergi ke Tanah Suci dari hasil ’’bersahabat’’ dengan tumpukan sampah.

Radiudin memang tidak bisa berangkat bersama istrinya, Maryati. Namun, dia yakin sang istri menyusulnya pergi ke Tanah Suci pada waktu yang berbeda. Apalagi, Maryati adalah salah seorang yang mendukungnya pergi berhaji.

’’Istri saya selalu memberikan semangat. Saat saya pesimistis karena sulit mencari uang, dia meyakinkan saya bahwa Allah Maha Pengasih,’’ ucapnya. Bahkan, dia mengakui, sang istri sangat memerhatikan dan lebih memilih untuk mengirit uang belanja daripada dirinya tidak bisa menyetor cicilan ongkos haji.

Menurut Radiudin, kekuatan sedekah mengalahkan tantangan ekonominya yang sulit. Meski hanya membawa pulang uang seadanya, kewajiban bersedekah tetap dia keluarkan. Sebab, dia yakin sedekah merupakan cara terbaik untuk memperlancar rezeki. (ai/JPG)

 

sumber: Jawa Pos

 

Cara Aman Berbelanja di Tanah Suci

Berbelanja oleh-oleh menjadi tradisi bagi para jamaah haji. Banyak pusat perbelanjaan yang dapat didatangi para jamaah haji di sela-sela waktu luangnya beribadah.

Namun, berburu buah tangan di Tanah Suci gampang-gampang susah. Berikut sejumlah tips cara aman berbelanja di Tanah Suci yang dirangkum dari berbagai sumber.

Pertama, buatlah daftar belanjaan. Hal ini penting, khusunya untuk menyesuaikan dengan keuangan anda. Belanjalah barang yang sekiranya tidak dapat anda jumpai di Tanah Air. Anda harus ingat, kapasitas maksimal bagasi masing-masing jamaah haji, yakni 32 kilogram.

Kedua, tukarkan uang anda dengan riyal. Akan lebih mudah dan nyaman jika belanja menggunakan mata uang setempat di Tanah Suci.

Ketiga, datanglah ke pusat oleh-oleh atau perbelanjaan bersama beberapa teman. Seperti, di Makkah, Madinah, Jeddah, pedagang musiman, dan sekitar hotel. Yang perlu diingat, jangan sampai kegiatan belanja mengganggu waktu ibadah anda.

Keempat, berani menawar barang. Ada baiknya, datanglah ke beberapa toko atau gerai sebelum anda memutuskan membeli suatu barang. Hal itu untuk memastikan kisaran harga barang tersebut.

Jangan segan untuk menawar harga. Sebab, tidak jarang banyak pedagang yang mencari untung saat musim haji. Mulailah menawar di bawah 50 persen dari harga yang disebut pedagang.

Jangan takut mengenai bahasa. Anda dapat berkomunikasi dengan bermacam cara, misalnya dengan jari atau kalkulator. Pun tidak sedikit para pedagang yang mengerti bahasa Indonesia. Selain itu, jangan lupa cek ke aslian apakah barang yang akan anda beli.

Kelima, jangan membawa uang banyak saat belanja. Hal ini untuk menghindari kemungkinan pemalakan terhadap jamaah haji. Selain itu, jangan menggunakan perhiasan, pakaian atau riasan yang mencolok.