Jokowi: Anak-anak Harus Rajin Ibadah dan tak Takut Bermimpi

Presiden Joko Widodo saat membuka Festival Anak Soleh Indonesia (FASI) X di lapangan Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin, berpesan agar anak-anak Indonesiatidak takut bermimpi dan memiliki cita-cita. “Jangan pernah takut bermimpi, jangan pernah takut punya cita-cita, kita sedang membangun Indonesia yang di dalamnya anak-anakku semua bisa meraih impian apapun,” kata Presiden Joko Widodo di Banjarmasin, Jumat (15/9).

Festival itu diselenggarakan oleh Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang diikuti oleh 3.700 orang santri dari 34 provinsi di Indonesia.

“Ada yang mau jadi guru? Ada yang mau jadi ustaz? Ada yang mau jadi ustazah? Ada yang mau jadi dokter? Pengusaha? Ada yang mau jadi menteri? Ada yang mau jadi Presiden?” tanya Presiden.

“Adaa,” jawab para santri.

Kok banyak sekali yang mau jadi presiden? Semuanya bisa anak-anak raih selama rajin belajar dan jangan lupa ibadahnya terus, jadi anak soleh,” tambah Presiden.

Ia juga mengaku senang dengan sejumlah pertunjukkan seni yang ditunjukkan para santri cilik tersebut. “Bapak senang sekali anak-anak hadir di kota Banjarmasin dengan sehat. Saya senang bertemu dengan anak-anak karena masih kecil-kecil sudah sangat kreatif ada yang bagus baca Al Quran, azan, nazir Islami, cerdas cermat Al Quran, pandai berceramah, memang anakku semuanya sekarang adalah eranya kompetisi, eranya bersaing kalau anak-anak semuanya kreatif dan inovatif maka anak-anakku semuanya bisa berkompetisi,” tutur Presiden.

Presiden selanjutnya berpesan agar para santri dapat rajin belajar dan tekun bekerja. “Itu adalah rumus kreativitas dan juga jangan lupa sayang kepada kedua orang tua bapak ibu kita, juga hormat kepada guru-guru kita, kepada teman-teman kita juga harus saling menghargai, saling menghormati, jangan membeda-bedakan teman dan kawan semua harus rukun, saling membantu,” tambah Presiden.

Bersama Presiden juga hadir Ketua DPD Oesman Sapta Oedang yang juga ketua dewan pembina BKPMRI, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham sekaligus ketua dewan penasihat BKPMRI, Kepala Staf Presiden Teten Masduki serta Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor.

Tambah Tampan di Hari Jumat? Ternyata Ada Hadisnya

DIANTARA balasan yang Allah berikan bagi orang yang melakukan ketaatan, Allah jadikan dia semakin baik. Tidak hanya baik bathinnya, termasuk juga semakin baik fisiknya. Sehingga orang yang taat, akan ditambah kesempurnaan lahir batinnya.

Ibnu Abbas menjelaskan pengaruh umum ibadah dan ketaatan, “Kebaikan itu menyebabkan wajah semakin cerah, cahaya di hati, keluasan rizki, kekuatan fisik, dan kecintaan di hati para hamba.”

Hanya saja, tidak semua balasan amal kita diberikan di dunia. Dengan demikian, apa yang dinyatakan Ibnu Abbas, belum tentu dialami semua orang, juga belum tentu bisa dirasakan di dunia. Karena balasan yang sejatinya adalah akhirat. Sehingga jangan sampai tambah ganteng menjadi obsesi pertama ketika jumatan. Karena jika itu yang menjadi tujuan utama, jumatan anda bisa tidak bernilai.

Lelaki mukmin semakin ganteng di hari jumat. Ini terjadi ketika di surga. Allah berikan nikmat tambahan bagi penduduk surga, berupa pasar. Di pasar surga, mereka bisa bertemu dengan sesama penduduk surga. Dan setiap kali mereka pulang dari pasar, mereka semakin tampan dan semakin menawan. Sehingga membuat para istri mereka keheranan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh di surga ada pasar, yang didatangi penghuni surga setiap jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan. Mereka pun berkata, Kalian pun semakin bertambah indah dan cantik” (HR. Muslim 7324).

Karena itu, pernyataan setelah jumatan tambah ganteng bisa jadi benar, dan bisa jadi perlu diluruskan. Apapun itu, obsesi kita adalah surga. Kita berharap semua ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh. Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

MOZAIK

Awas! Ini Hukuman Bagi yang Tak Salat Jumat

MENINGGALKAN jumatan tanpa udzur termasuk kesalahan besar. Karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam banyak memberikan ancaman. Diantaranya disebutkan dalam hadis dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu anhum, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Hendaknya orang yang suka meninggalkan jumatan itu menghentikan kebiasaan buruknya, atau Allah akan mengunci mati hatinya, kemudian dia menjadi orang ghafilin (orang lalai).” (HR. Muslim 865)

Kemudian, disebutkan dalam hadis dari Abul Jad ad-Dhamri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggalkan 3 kali jumatan karena meremehkan, maka Allah akan mengunci hatinya.” (HR. Ahmad 15498, Nasai 1369, Abu Daud 1052, dan dinilai hasan Syuaib al-Arnauth)

Dan salah satu diantara ciri dosa besar adalah adanya ancaman bagi pelakunya, seperti dalam hadis di atas. Apakah ada kaffarahnya? Terdapat hadis dari Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggalkan jumatan tanpa udzur, hendaknya dia bersedekah uang satu dinar. Jika dia tidak punya, bisa bersedekah setengah dinar.”

Takkhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan Abu Daud dari Jalur Qudamah bin Wabrah, dari Samurah bin Jundub secara marfu. Para ahli hadis menjelaskan, Qudamah bin Wabrah perawi yang majhul dan tidak mendengar dari Samurah bin Jundub. Al-Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya Qudamah bin Wabrah tidak diketahui telah mendengar dari Samurah.” (Dhaif Abu Daud, 1/403). Karena itu, hadis ini dinilai dhaif para ulama, diantaranya Imam al-Albani dan Syuaib al-Arnauth.

Kemudian disebutkan pula dalam riwayat lain, dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang tidak jumatan, dia harus bersedekah 1/2 dinar.” Keterangan Hadis: “Hadis ini diriwayatkan Abu Nuaim dalam al-Hilyah (7/269) dan Ibnul Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanahiyah (1/470). Dan hadis ini dinilai para ulama dengan Dhaif Jiddan (lemah sekali). Hadis ini berisi hukum, yaitu perintah sedekah untuk orang yang tidak jumatan tanpa udzur. Namun mengingat hadisnya dhaif, maka tidak bisa jadi dalil tentang masalah hukum.

Tidak ada kaffarah bukan berarti masalahnya lebih ringan. Tidak ada kaffarah bisa jadi itu lebih berat. Karena syariat tidak memberikan jalan untuk tebusan. Sehingga, yang lebih penting untuk dilakukan adalah bagaimana agar serius bertaubat, memohon ampun kepada Allah atas kesalahan ini, dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

MOZAIK

Umat Islam Harus Memuliakan Hari Jumat

ADA yang bertanya, benarkah hari Jumat itu atas hadiah dari Allah untuk umat Muhammad saw? Ustaz Ammi Nur Baits menjawabnya sbb:

Allah berfirman,

“Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (QS. an-Nahl: 124).

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini: Allah menuntukan setiap penganut agama untuk memilih satu hari istimewa dalam sepekan. Hari untuk berkumpul bersama dalam rangka melakukan ibadah. Allah syariatkan untuk umat ini (umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam) agar mereka memuliakan hari Jumat. Karena itu hari keenam, di mana Allah sempurnakan makhluk-Nya. Dan itu nikmat sempurna bagi mereka.

Selanjutnya Ibnu Katsir menyebutkan keterangan sebagian ahli tafsir,

“Ada yang menyatakan bahwa Allah mensyariatkan kepada bani Israil melalui Musa untuk memuliakan hari Jumat. Namun mereka menolaknya dan memilih hari Sabtu. Mereka meyakini, di hari Sabtu, Allah tidak menciptakan makhluk apapun, karena telah Allah sempurnakan di hari Jumat. Akhirnya Allah tetapkan ibadah hari Sabtu itu sebagai kewajiban untuk mereka dalam Taurat. Allah wasiatkan agar mereka komitmen dengan hari Sabtu dan berusaha menjaganya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/612).

Demikian pula dengan Nasrani.Al-Hafdiz Ibnu Katsir melanjutkan keterangannya. Mereka terus konsisten dengan ibadah hari Sabtu, sampai Allah mengutus Isa bin Maryam. Selanjutnya ada banyak versi di sana. Ada yang mengatakan, Allah memindahkannya kepada hari Ahad. Ada yang mengatakan, mereka tidak meninggalkan syariat Taurat, selain beberapa hukum yang dihapus dengan Injil.

Mereka terus konsisten dengan hari Sabtu, hingga Allah mengangkat Isa. Kemudian, oleh orang Nasrani, itu diubah menjadi hari Ahad di zaman kerajaan Konstatinopel, agar berbeda dengan orang yahudi. Mereka juga melakukan salat menghadap ke Timur, ke arah batu di Timur Al-Aqsha. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/612).

Karena itulah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat membanggakan adanya hari Jumat. Karena berarti kita benar. Kita memuliakan hari Jumat, dan itu sesuai dengan apa yang Allah pilihkan. Sementara pilihan Yahudi dan Nasrani meleset.

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan: Ketika hari jumat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengingatkan,

“Kita adalah umat terakhir namun pertama di hari kiamat. Kitalahyang pertama kali masuk surga. Meskipun mereka mendapatkan kitab suci sebelum kita dan kita mendapatkan kitab suci setelah mereka. Lalu mereka menyimpang dan kita ditunjukkan Allah kepada kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan. Inilah hari mereka yang mereka menyimpang darinya dan Allah tunjukkan kepada kita. Beliau bersabda lagi: Hari Jumat adalah hari kita dan esoknya hari Yahudi dan setelah besok adalah hari Nasrani.” (HR Muslim 2017).

Sudah selayaknya kaum Muslimin bersyukur dengan dijadikannya hari Jumat sebagai hari besar untuk mereka dalam setiap pekan. Saatnya memuliakan hari Jumat.

 

INILAH MOZAIK

Kisah Pilu Wanita Taat Ibadah tapi Tak Berhijab

Al-Kisah diceritakan, ada seorang wanita yang dikenal taat dalam beribadah. Dia sangat rajin melakukan ibadah wajib maupun sunah. Hanya ada satu kekurangannya, ia tak mau berjilbab menutupi auratnya.

Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum, seraya menjawab: “Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab.” Sudah banyak orang yang menanyakan maupun menasihatinya. Tapi jawabannya tetap sama.

Hingga suatu malam ia bermimpi sedang berada di sebuah taman yang indah. Rumputnya sangat hijau. Berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan bagaimana segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih. Airnya kelihatan melintas di pinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ada beberapa wanita di situ yang terlintas juga menikmati pemandangan keindahan taman.

Ia pun menghampiri salah satu wanita tersebut. Wajahnya sangat bersih, seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut. “Assalamualaikum saudariku” “Waalaikum salam, selamat datang wahai saudariku” “Terimakasih, apakah ini surga?” Wanita itu tersenyum. “Tentu saja bukan wahai saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum surga.”

“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini” Wanita itu tersenyum lagi kemudian bertanya, “Amalan apa yang bisa membuatmu kembali wahai sudariku?” “Aku selalu menjaga salat, dan aku menambah dengan ibadah-ibadahsunah. Alhamdulillah.”

Tiba-tiba jauh diujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang di taman tadi mulai memasukinya satu per satu. “Ayo, kita ikuti mereka!” Kata wanita itu sambil setengah berlari. “Apa di balik pintu itu?” “Tentu saja surga wahai saudariku”

Larinya semakin cepat. “Tunggu tunggu aku” Ia berlari sekancang-kencangnya, namun tetap tertinggal. Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum padanya. Namun ia tetap saja tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari sekuat tenaga.

Ia lalu berteriak, “Amalan apa yang engkau lakukan sehingga engkau tampak begitu ringan?” “Sama denganmu wahai saudariku” Jawab wanita itu sambil tersenyum. Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu,

“Amalan apalagi yang engkau lakukan yang tidak aku lakukan?” Wanita itu menatapnya dan tersenyum lalu berkata, “Apakah engkau tidak memperhatikan dirimu apa yang membedakan dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab, “Apakah engkau mengira bahwa Rabbmu akan mengizinkanmu masuk ke surga-Nya tanpa jilbab penutup aurat?” Kata wanita itu.

Tubuh wanita itu telah melewati, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar memandangnya dan berkata, “Sungguh disayangkan, amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Cukuplah surga hanya sampai di hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”

Ia tertegun lalu terbangun beristighfar lalu mengambil wudhu. Ia tunaikan salat malam, menangis dan menyesali perkataannya dahulu.

Dan sekarang ia berjanji sejak saat ini ia akan menutup auratnya.

Allah Ta’ala berfirman “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Ahzab: 59)

Berjilbab adalah perintah langsung dari Allah Subhanahu Wa Taala, lewat utusan-Nya yakni baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang namanya perintah dari Allah adalah wajib bagi seorang hamba untuk mematuhi-Nya. Dan apabila dilanggar, ini jelas ia telah berdosa.

Semoga cerita di atas mengilhami bagi wanita yang belum berhijab. Karena berhijab bukan sekadar menjadi identitas seorang musimah saja tapi ini adalah kewajiban yang harus dikerjakan. Semoga bermanfaat. [duniaislam]

 

MOZAIK

Asal Usul Istri Berdiri di Sebelah Kiri Suami

TAK jarang saya ditanya apakah merupakan ketetapan akhlak Islam bahwa seorang istri jika berdiri atau berjalan bersama suaminya maka dia harus di sebelah kirinya. Saya tak langsung menjawab karena memang belum pernah baca dalil tekstual yang dengan jelas menjelaskan seperti itu. Lalu mulailah saya mencari asal muasal tradisi ini.

Rupanya, di jaman dahulu ketika konflik antarsuku atau kabilah merupakan hal biasa, ke mana-mana kaum pria biasa membawa senjata. Tradisi membawa senjata ini sampai kini sebenarnya masih bisa kita saksikan di beberapa desa adat. Senjata itu biasanya dipegang dengan tangan kanan atau diletakkan di pinggang sebelah kanan. Akan sangat mengganggu jika si istri ada di sebelah kanannya saat ada serangan tiba. Maka istri selalu ada di sebelah kiri suami.

Suami yang baik adalah suami yang memproteksi istri, menjaga keamanan istri dari segala gangguan dan ancaman. Suami yang tak becus dengan keamanan isteri adalah suami yang tidak islami. Isteri wajib patuh dan taat pada suami yang peduli dengan keamanan dirinya. Posisikan isteri di posisi aman.

Lalu, bagaimanakah dengan sekarang saat suami tak membawa senjata lagi? Masih haruskah isteri ada di sebelah kiri? Pertanyaan ini memerlukan jawaban dari berbagai sisi baik psikologi, sosiologi, antropologi dan semacamnya. Lho, kok jadi rumit? Ah, tidak juga. Cukup pelajari ilmu kepantasan lalu terapkanlah maka kita akan menjadi pantas menjadi manusia yang pantas.

Ada pertanyaan lagi, yakni bagaimana jika isterinya adalah seorang pesilat atau karateka sementara suaminya seorang yang cenderung penakut. Apakah suaminya yang di sebelah kiri? Sepertinya jawabannya adalah tergantung perintah isteri dan atau tergantung bentuk dan gerak mata si isteri. Ahaa! Suami takut istri, bahaya ini, karena harusnya takut Allah. Salam, AIM.

 

MOZAIK

Menag: Haji Tahun Ini Lancar, Tapi Dengan Catatan…

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai haji tahun ini berjalan dengan lancar. Penilaian ini disampaikan Menag usai memimpin rapat evaluasi delegasi Amirul Hajj dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah.

Hadir juga dalam kesempatan ini, Dubes RI untuk Saudi Agus Maftuh Abegebriel, serta perwakilan KJRI Jeddah. “Alhamdulillah, kita syukuri sampai dengan hari ini penyelenggaraan haji terhitung aman, lancar, relatif tertib, dan tidak ada hal hal yang secara prinsipil menjadi sesuatu yang menyulitkan,” terang Lukman, Sabtu (9/9).

“Jadi secara keseluruhan, sebagaimana yang disampaikan Pemerintah Saudi, bahwa haji tahun ini berlangsung dengan lancar,” sambungnya.

Meski demikian, Lukman menghimpun sejumlah catatan evaluasi. Antara lain terkait jamaah haji Indonesia yang berdesakan di tenda Mina serta kurangnya fasilitas toilet. Akan hal ini, dia menjelaskan, kalau setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan ke depan, yaitu: pertama, lobby Pemerintah Saudi agar infrastruktur Mina bisa ditingkatkan.

“Saya berharap Pak Dubes bisa meyakinkan Saudi agar Mina bisa menjadi contoh dunia bahwa umat Islam bisa melaksanakan ibadahnya dengan baik,” ujarnya.

Kedua, strategi penempatan jamaah di Mina perlu diubah. Ke depan, di setiap maktab, perlu ada dua atau tiga kloter yang hotelnya berada di sekitar Jamarat. “Ini agar mereka bisa kembali ke hotel sehingga tenda bisa ditempati kloter lain,” tuturnya.

Catatan evaluasi lainnya, terkait dengan  sistem sewa hotel di Madinah. Menurut Menag, tahun depan akan dilakukan kajian dan pendalaman untuk kemungkinan dilakukannya  perubahan sistem  sewa dari blocking time menjadi sewa satu musim.

Catatan berikutnya terkait perlunya penambahan kuota petugas. Hal ini juga memerlukan proses lobby yang harus dilakukan. “Kuota yang hanya 3.500 belum mampu mengimbangi banyaknya jamaah haji kita,” tandasnya.

Penyelenggaraan ibadah haji 1438H saat ini memasuki fase pemulangan. Jamaah haji gelombang pertama sudah mulai diberangkatkan dari Jeddah menuju Tanah Air sejak 6 – 20 September 2017.

Sementara jamaah haji gelombang kedua akan mulai diberangkatkan dari Makkah ke Madinah pada 12 September 2017. Mereka nantinya akan pulang ke Tanah Air melalui Madinah setelah menjalani Arbain di Masjid Nabawi.

 

REPUBLIKA

Jarak Maksimal Hotel Jamaah dengan Masjid Nabawi 600 Meter

PPIH Daker Madinah sudah melakukan persiapan menyambut kedatangan jamaah haji Indonesia gelombang kedua yang akan didorong dari Makkah menuju Madinah lusa, Selasa (12/9).

Pada Selasa (12/9), sebanyak 16 kloter dijadwalkan akan tiba di Madinah yaitu: tiga kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB 44 – 46), empat kloter Embarkasi Solo (SOC 48 – 51), empat kloter Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS 48 – 51), masing-masing satu kloter dari Embarkasi Batam (BTH 14), Embarkasi Palembang (PLM 09), Jakarta – Pondok Gede (JKG 30), Embarkasi Padang (PDG 14), dan Embarkasi Lombok (LOP 01).

Kepala PPIH Daker Madinah, Amin Handoyo, mengatakan sebanyak 109 hotel telah disiapkan untuk pemondokan jamaah haji gelombang dua. Kesemua hotel tersebut berada di jarak maksimal 600 meter di Ring Road King Faishal.

“Jamaah gelombang dua sebanyak 56 flight ditempatkan di bawah (jarak) 600 meter,”kata dia ditemui di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah, Ahad (10/9) seperti dilaporkan wartawanRepublika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Jeddah, Arab Saudi.

Dia mengatakan, terkait persiapan layanan transportasi, pihaknya memastikan kualitas bus angkutan dari Makkah ke Madinah sudah ditingkatkan (upgrade). Begitu juga angkutan dari Madinah ke Bandara Internasional Madinah.

Amin menambahkan, PPIH Daker Madinah juga telah menyiagakan layanan kesehatan. Kantor Kesehatan Haji Indonesia Madinah menyiapkan 54 bed lengkap dengan fasilitas medis lainnya. Selain itu di tiap sektor akan didukung dengan dua dokter spesialis, dua dokter umum, ambulans, dan dua perawat.

Menurut Amin, ada tujuh sektor di Madinah. Lima sektor layanan, satu sektor khusus, dan sektor hijrah. Sektor hijrah pada gelombang pertama beroperasi di Terminan Bir Ali. Sedangkan gelombang dua beroperasi di Terminal Hijrah untuk melakukan registrasi.

“Kelima sektor ini memiliki layanan kesehatan,”kata dia. Layanan tersebut bersifat penanganan pertama sehingga bila dinyatakan harus dirujuk lebih lanjut, maka akan direkomendasikan ke KKHI atau ke Rumah Sakit Arab Saudi.

Dia mengimbau jamaah untuk tetap menjaga kesehatan selama berada di Madinah. Kendati kondisi cuaca sudah tidak ekstrem, suhu berkisar antara 32 derajat celsius hingga 43 celsius, tetapi tetap harus mengutamakan kesehatan dan keselamatan diri. Seandainya memang kondisi tidak mampu mengerjakan arbain hendaknya tidak dipaksakan. “Jangan sampai kejar sunah tetapi wajibnya ketinggalan,” kata dia.

 

REPUBLIKA

Jangan Coba-Coba Foto Polisi Makkah, Fatal Akibatnya!

Wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi

Ini prosedur: Jangan sesekali Anda memotret polisi yang tengah sibuk bekerja di berbagai kawasan Makkah. Entah kalau di luar Makkah, tapi tampaknya sama saja ketentuannya. Asal masih di Arab Saudi, mending jangan coba-coba. Panjang urusannya.

Siang itu, Rabu (30/8), adrenalin saya terpacu mencoba mengambil gambar para polisi lalu lintas yang sedang mengatur penutupan terowongan King Fahd. Terowongan ini adalah akses terdekat yang menghubungkan ke arah Mina dan lokasi jamarat.

Pos jaga mereka berada di seberang jalan, Kantor Misi Haji Daker Makkah, di Distrik Shisha. Secara diam-diam tentu. Jika izin pasti sudah ditolak.

Semula saya memotret mereka dari jarak jauh. Lalu perlahan mendekat hingga akhirnya benar-benar tepat di depan polisi, pos jaga, dan portal yang mereka pasang sebagai penutup jalan.

Saya juga mengambil gambar aksi mereka di pintu masuk toilet yang ada di sebelah pos. Suasana saat itu memang sedang benar-benar ramai. Jalanan Makkah jelang masa puncak haji bisa jauh lebih padat ketimbang jalanan Jakarta.

Otoritas Saudi memberlakukan penutupan sejumlah akses utama menuju lokasi-lokasi ritual haji (masya’ir). Di antaranya akses ke Masjid al-Haram, Mina, lokasi Jamarat, dan jalan utama menuju Arafah dan Muzdalifah.

Pengalihan rute alternatif bisa jadi jalannya memutar lebih jauh. Itulah mengapa antrean mobil tampak mengular di beberapa ruas jalan protokol. Tak sedikit pengendara memilih memutar arah dengan menerjang pembatas jalan.

Saya sukses mendapat empat jepretan askar, begitu orang kita menyebutnya. Semula semua berjalan lancar. Tiba-tiba dari kejauhan, sang kapten dengan berlari kecil mengampiri saya.

Waduh, alamat brabe dah. Dia mendekati saya dengan berteriak, menegur saya, dengan sangat keras. Dengan dialek gaul Jakarta-an, kurang lebih maknanya: “Lo ngapain foto-foto kami, bodoh, pergi lo!.”

Dia merebut kamera saya dan gelagatnya, gerakan tangan Si Kapten hendak membanting kamera saya yang sudah berpindah tangah. Eitss gawat ini.

Kalau sampai benar-benar dibanting, pusing. Pusing ganti rugi ke kantor, bisa potong gaji tiap bulan! Pikiran itu terus berkutat di benak.

Saya berusaha tetap tenang. Tidak membalas teriakannya. Hingga tiba-tiba dia berteriak sembari mengangkat kerah saya, ”Enta Hayawan!” Anda binatang! Begitu makna teriakannya.

Dia terus keras berteriak. Saya mencoba jelaskan. Dia tidak mau terima. Saya didorong. Kacamata saya jatuh. Pundak saya dipukul.

Untung bukan kepala. Sang Kapten kelihatan menghindari memukul bagian kepala, dia sadar betul, pukulan di kepala tanpa alasan kuat, bisa kena pasal. Apalagi pelanggaran saya tidak berat.

Di sejumlah negara Timur Tengah, silakan Anda berkelahi adu jotos, asal jangan kepala sasarannya, sungguh rumit urusan, kawan.

Sang Kapten terus mendesak saya. Saya jelaskan, saya wartawan Kantor Misi Haji Indonesia. Dia tak peduli. Lalu memaksa meminta film kamera saya. Apa? Film? Saya tertawa dalam hati. Saya tak banyak cakap.

Zaman sekarang semua serba digital, barangkali yang dimaksud adalah micro sd. Tapi saya memilih diam. Saya meminta dan memohon dengan sangat, kembalikan kamera saya dan berjanji, akan hapus semua foto di depan dia.

Dia terlihat melunak, meski tak berhenti meneriaki saya, enta hayawan! Suasana juga sempat tegang.

Semua mata tertuju pada kami. Beberapa jamaah haji Pakistan penasaran mendekat dan ingin tahu, apa yang sedang terjadi. Saya pun menghapus satu per satu gambar jepretan saya, di hadapan dia dan beberapa anak buahnya.

It’s done. Terhapus semua. Sang Kapten pun menjauh. Lantas apakah dia berhenti ‘mengoceh’? Tidak. Dia masih tidak terima, dari kejauhan satu kalimat saya dengar. “Kalau bukan Anda sudah saya jebloskan ke penjara.” Di tengah kemelut ini, saya masih beruntung!

Kemudian beberapa saat kemudian saya tunjukkan tasrih izin dari Kementerian Penerangan yang saya dan tim Media Center Haji (MCH) 2017 peroleh untuk melakukan liputan kepada salah satu anak buah si kapten. Dia menerangkan izin ini untuk memotret suasana masya’ir, bukan polisi.

Saya berkilah, justru dengan jepretan ini saya ingin tunjukkan kepada publik Indonesia keseriusan dan komitmen tinggi Arab Saudi mengamankan peyelenggaraan haji. Tidak ada faedah, kata dia.

Suara keras si kapten kembali terdengar nyaring di telinga, ruh enta hayawan! Pergi Anda binatang. Baik saya pergi, tapi dengar juga teriakan saya: ana musy hayawan, ana insan!Saya bukan hewan saya manusia, Kapten!

 

REPUBLIKA

Menjernihkan Pikiran Manusia

Ciptaan Allah juga berfungsi untuk menjernihkan pikiran manusia. Memandangi dan menikmati ciptaan Allah terasa lebih menenangkan hati bila dibandingkan karya manusia.

Al-Ghazali mencontohkan singgasana raja yang mewah dan terbuat dari perhiasan mahal. Seseorang yang memandangi singgasana itu akan terpesona.

Namun, jika memandangi hal itu berkalikali, tentu akan membosankan. Orang akan mengalihkan pandangannya ke hal lain.

Bedakan dengan memandangi ciptaan Allah berupa langit. Ketika memandangi langit, seseorang akan merenungkan kekua saan Allah yang melampaui batas manusia. Dia melihat awan berarak di langit biru. Belum lagi mentari yang begitu cerah me nyinari bumi. Makhluk apa yang mampu menciptakan itu semua? Tidak ada. Itu ada lah karya Sang Pencipta yang tak tertandingi.

Memandangi langit membuat manusia menyadari dirinya sangat kecil bila dibandingkan ciptaan lainnya. Langit sangat tinggi sehingga tidak mungkin siapa pun mampu menjangkaunya tanpa bantuan makhluk lain.

Meskipun langit begitu besar, ternyata itu belum seberapa bila dibanding dengan ukur an makhluk Allah lainnya. Al-Ghazali mencontohkan, malaikat Israfil yang meniup sangkakala, kakinya menancap ke permukaan bumi yang paling bawah. Badannya sangat besar dan tinggi.

Ukuran itu pun masih kalah dengan arasy atau singgasana Allah yang jauh lebih besar lagi. Gambaran itu menunjukkan ukuran manusia tidak ada apa-apanya. Sangat tidak layak manusia bersombong, meng anggap dirinya besar. Sikap tersebut ha nya la yak dimiliki Sang Pencipta yang bergelar al-Mutakabbir.

Merenungkan ciptaan Allah merupakan jalan menuju penghayatan akan kebesaran Sang Pencipta. Hal itu membuat siapa pun merasa dekat dengan-Nya. Al- Gha zali menjelaskan, barang siapa melihat kerajaan langit dan bumi dengan akal dan pikirannya, niscaya ia akan mengenal Tuhan dan mengagungkannya.

Hujjatul Islam menyadari, ada saja orang yang meragukan, bahkan menafikan kehadiran Allah, tapi hal itu tidak akan terjadi bila seseorang terus menghayati hikmah penciptaan makhluk Allah. Ketika selalu menghayati hikmah itu, hati akan sampai kepada kesimpulan bahwa Allah Mahabesar dan Mahabenar dengan segala firman-Nya.

Setiap makhluk hidup ada dalam ber bagai tingkatan berbeda. Semuanya ber gantung pada cahaya akal dan hidayah. De ngan membaca dan memahami Alquran ser ta ketundukan kepada Allah, seseorang akan semakin mengenal dan meyakini Allah.

 

REPUBLIKA