Jamaah Masjid Diminta Waspadai Informasi Hoaks

Jamaah masjid khususnya dan masyarakat nelayan umumnya diminta menjaga persatuan guna mewujudkan keamanan serta ketertiban lingkungan. “Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di tengah masyarakat, namun tetap harus menjunjung tinggi persatuan,” katanya Kasat Polair Polres Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, AKP Elpiadi J kepada jamaah Masjid Arrokiin Pelabuhan di Sungailiat, Kamis (27/9)

Dia mengatakan, dipilihnya salah satu masjid di Pelabuhan untuk kegiatan itu diharapkan jamaah masjid dapat menyampaikan kembali ke masyarakat umum lainnya yang sebagian besar adalah nelayan.

Tertanamnya jiwa persatuan dan kesatuan masyarakat memudahkan terwujudnya program pemerintah guna kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, katanya.

Dia mengingatkan, jamaah masjid dan masyarakat agar bijak menyikapi informasi dari pihak manapun, jangan mudah mempercayai informasi hoaks yang belum tentu kebenarannya.

“Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas sumbernya karena akan mengakibatkan suatu hal yang tidak diinginkan, lebih baik ditanyakan dulu kebenaran informasi tersebut dengan pihak yang mengetahuinya,” jelasnya.

Khususnya bagi nelayan, dia mengingatkan agar mengedepankan keselamatan kerja dengan melengkapi kelengkapan keselamatan di kapal penangkapan ikan.

“Saya melihat masih banyak kapal nelayan penangkapan yang belum dilengkapi dengan peralatan keselamatan seperti, tabung pemadam kebakaran, jaket pelampung dan peralatan keselamatan lainnya,” katanya.

Masjid Quba, Masjid yang Pertama Dibangun Rasulullah

Masjid Quba adalah masjid pertama kali yang didirikan Rasulullah SAW, saat beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Beberapa kilometer sebelum memasuki Madinah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar, membangun masjid di daerah Quba, yang sekarang dinamakan dengan Masjid Quba.

Masjid ini didirikan pada tahun 1 Hijriyah atau sekitar 622 M. Ketika itu, Rasul SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk segera berhijrah dan menghindari kekejaman kafir Quraisy.

Dalam upaya hijrah itu, lokasi pertama yang disinggahi Rasulullah SAW adalah gua Tsur. Di dalam gua ini, Rasulullah SAW bersembunyi bersama Abu Bakar dari kejaran kaum kafir Quraisy.

Setelah kondisinya dirasa aman, Nabi SAW kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah. rasul memilih jalan yang berbeda dari jalan umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pertemuan secara langsung dengan orang-orang kafir Quraisy.

Dan sebelum tiba di Madinah, Rasul sempat singgah di beberapa tempat dan salah satunya adalah Quba. Beliau tinggal di daerah ini selama beberapa hari, sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib RA dari Makkah, bersama rombongan.

Ketika itu, saat akan berhijrah, Ali diperintahkan Rasulullah SAW untuk menggantikannya tidur di tempat tidur Rasul. Ini dimaksudkan untuk mengelabui perhatian kaum kafir Quraisy yang ingin membunuh Nabi SAW.

Quba adalah satu daerah yang terletak di wilayah Madinah. Jaraknya sekitar dua mil atau kurang lebih lima kilometer dari pusat kota Madinah.

Hanafi al-Malawi dalam bukunya Tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah SAW, menjelaskan, Nabi SAW tinggal di Desa Quba selama empat hari dan kemudian membangun sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba.

Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasulullah SAW kepada Allah SWT.

”Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah [9]: 108).

Menurut hadis yang diriwayatkan Tirmidzi RA, orang yang melakukan shalat di Masjid Quba sama pahalanya dengan melaksanakan umrah. Seperti disebutkan dalam Sahih Bukhari, Nabi SAW terbiasa mengunjungi Masjid Quba dengan berjalan kaki atau jika tidak seminggu sekali. Abdullah bin Umar biasa mengikuti sunnah ini.

Dalam riwayat lain disebutkan, masjid Quba ini adalah salah satu masjid yang paling disucikan (dimuliakan) oleh Allah setelah Masjid al-Haram (Makkah), Masjid Nabawi (Madinah), dan Masjid al-Aqsha (Palestina).

Selama berada di Quba, jelas Al-Mahlawi, Rasul SAW tinggal di rumah Kultsum bin al-Hadam bin Amr al-Qais, seorang lelaki tua yang masuk Islam sebelum Rasul hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah).

Para sejarawan menyebutkan, tanah yang menjadi lahan pembangunan Masjid ini mulanya adalah lapangan milik Kultsum bin Hadam, yang biasa digunakan untuk menjemur kurma.

Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Allah SWT menyebutnya dengan dasar takwa, sebagaimana diterangkan dalam ayat 108 diatas.

Hal ini dikarenakan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Allah yang harus dilalui dengan penuh rintangan dan halangan. Kaum kafir quraisy hampir setiap saat selalu memantau dan mengawasi aktifitas Nabi SAW.

Dan ketika kesempatan berhijrah datang, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mendirikan masjid sebagai pusat perjuangan dan dakwah Islam. Ini pulalah yang dilakukan Rasulullah SAW begitu tiba di Madinah dengan mendirikan Masjid Nabawi, setelah sebelumnya membangun Masjid Quba.

Umat Islam Dilarang Gemuk

ADA pertanyaan, benarkah Allah membenci orang gemuk? Ustaz Ammi Nur Baits menjawab sebagai berikut.

Ada beberapa dalil yang menunjukkan celaan bagi orang gemuk karena banyak makan. Diantaranya: dari Imran bin Hushain Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)

“Sebaik-baik umatku adalah masyarakat yang aku di utus di tengah mereka (para sahabat), kemudian generasi setelahnya. Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.” (HR. Muslim 6636 dan Ahmad 7322)

Keterangan al-Qurthubi (w. 671 H), ketika menyebutkan hadis di atas, beliau mengatakan,

“Hadis ini adalah celaan bagi orang gemuk. Karena gemuk yang bukan bawaan penyebabnya banyak makan, minum, santai, foya-foya, selalu tenang, dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya sendiri dan bukan hamba bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan terjerumus kepada yang haram

Allah mencela orang kafir yang hidupnya hanya makan, seperti binatang. Allah berfirman,

“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad:12)

Al-Qurthubi juga menegaskan, tradisi banyak makan, hobi kuliner, adalah kebiasaan orang kafir. Beliau melanjutkan,

“Allah mencela orang kafir karena banyak makan. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”

“Karena itu, apabila ada orang mukmin yang meniru tradisi mereka, dan menikmati segala kenikmatan dunia setiap saat, lantas dimana hakikat imannya dan pelaksanaan Islam pada dirinya?! Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur. (Tafsir al-Qurthubi, 11/67).

Hadis lain yang menunjukkan celaan bagi gemuk, dari Jadah bin Khalid, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat ada orang gendut. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menunjuk perutnya,

“Andai gendut ini tidak di sini, niscaya itu lebih baik bagimu. (HR. Ahmad 15868, dan sanadnya didhaifkan Syuaib al-Arnauth).

Kemudian dalam hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, suatu ketika ada orang bersendawa di dekat Rasullullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu beliau menegurnya,

“Jangan keras-keras sendawanya, sesungguhnya orang yang paling sering kenyang di dunia, dia paling lama laparnya di akhirat. (HR. Turmudzi 2666 dan dihasankan al-Albani)

Kemudian, disebutkan pula dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan salah satu model manusia yang disiksa di hadapan seluruh makhluk,

“Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat besar dan gemuk pada hari kiamat, akan tetapi timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk. Bacalah firman Allah, (yang artinya), “Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 4729 & Muslim 7222).

Ketika menyebutkan hadis di atas, an-Nawawi mengatakan,

“Timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk” artinya beratnya dan nilainya tidak menyamai sayap nyamuk, artinya tidak ada nilainya. Di sini terdapat celaan bagi kondisi gemuk. (Syarah sahih Muslim, 17/129)

Celaan Imam as-Syafii kepada Orang Gemuk

Dari Hasan bin Idris al-Halwani menyatakan bahwa beliau mendengar komentar Imam as-Syafii tentang orang gemuk,

“Sama sekali tidak akan beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan As-Syaibany (Gurunya as-Syafii).

Beliau ditanya, “Mengapa demikian?” Jawab beliau,

“Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti dia sama saja dengan hewan, jadilah gemuk. (Hilyah al-Auliya, 9/146).

Gemuk yang Tidak Tercela

Bagian ini yang dikecualikan, gemuk yang tidak tercela. Gemuk bukan karena malas-malasan, dan bukan karena terlalu banyak makan. Dia tetap menjadi pahlawan bagi umat, dan berusaha melakukan aktivitas yang bermanfaat. Sebagaimana yang dialami Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di penghujung usia beliau dan beberapa sahabat lainnya.

Aisyah menceritakan,

“Bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukan witir 9 rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat. Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk. (HR. Ahmad 26651 dan Bukhari 4557).

Dari Hasan bin Ali Radhiyallahu anhuma, saya bertanya kepada pamannya, Ibnu Abi Halah tentang ciri fisik Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau mengatakan,

“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam orang yang badannya besar. (as-Syamail al-Muhammadiyah Turmudzi, 1/34).

Sebagian menafsirkan kata: fakhman mufakhaman dengan gemuk.

“Riwayat yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang gemuk, dipahami jika gemuk ini terjadi karena kelalaian, terlalu banyak menikmati kenikmatan lahir, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat tentang kebencian bagi orang gendut. (Jamul Wasail fi Syarh as-Syamail, 1/34).

Allahu alam.

Reminder: Shalat Jumat Shaf Terdepan

SAHABAT, kita tahu bahwa sholat berjamaah pada shaf paling depan atau pertama adalah barisan pilihan dan sama dengan para malaikat.

Maka, demikianlah jika ada panggilan untuk menunaikan sholat, apalagi saat pelaksanaan Sholat Jumat. Kita harus sudah ada sebelum adzan berkumandang. Seharusnya kita bisa mendahulukannya daripada panggilan lainnya. Karena Allah jauh lebih penting dari urusan apapun. Jangan sampai kita lebih cemas terlambat datang saat dipanggil atasan, daripada terlambat datang saat ada panggilan untuk sholat.

“Barang siapa berwudhu kemudian memperbaiki wudhunya, lantas berangkat Jumat, dekat dengan Imam dan mendengarkan khutbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat berikutnya ditambah tiga hari diampuni”. (HR. Muslim)

Semoga Allah memberikan tambahan hidayah dan taufik kepada kita sehingga bisa mendapatkan pahala besar yang disediakan pada hari Jumat. [*]

 

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

Suami Merasa Nyaman Melihat Istrinya Berhias

SAHABAT Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pernah menceritakan, Rasululah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa ciri wanita yang paling saleh?”

Jawab beliau,

“Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan mentaati suami ketika diperintah. (HR. Ahmad 9837, Nasai 3244 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Anda bisa memastikan, seorang suami akan merasa nyaman melihat istrinya ketika sang istri berhias, atau bahkan menyebarkan wewangian bagi suami. Hadis ini sangat tegas mengajarkan, jika wanita ingin menjadi istri saleh, hendaknya dia berusaha berhias bagi suaminya.

Seorang wanita yang berhias di depan suaminya, bagian dari fitrahnya. Allah berfirman,

“Apakah patut orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran. (az-Zukhruf: 18)

Karena itu, Allah bolehkan wanita untuk menggunakan perhiasan, yang itu diharamkan bagi lelaki, seperti emas atau sutera.

Wanita harus berhias di depan suaminya, dan ini bagian dari hak suami yang harus ditunaikan istrinya. Karena merupakan salah satu sebab terbesar mewujudkan kasih sayang.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan,

“Apabila kalian pulang dari bepergian di malam hari, maka janganlah engkau menemui istrimu hingga dia sempat mencukur bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya yang kusut. ” (HR. Bukhari 5246)

An-Nawawi mengatakan,

“Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa istri tidak boleh membuat suaminya lari darinya, atau melihat sesuatu yang tidak nyaman pada istrinya, sehingga menyebabkan permusuhan diantara keduanya. Hadis ini juga dalil, bahwa selama suami ada di rumah, wanita harus selalu berdandan dan tidak meninggalkan berhias, kecuali jika suaminya tidak ada. (Syarh Sahih Muslim, 7/81). Allahu alam. []

Sumber : Ustaz Ammi Nur Baits, konsultasisyariah

 

 

Serba-serbi Haji (25): Sinergi Harapan dan Doa

TAMU yang ziarah haji ke Haji Mat Kelor tak putus-putus. Sudah dua sapi disembelih untuk dihidangkan kepada para tamu. Tak hanya tetangga dekat yang datang berkunjung. Orang jauh yang belum dikenalpun banyak yang berziarah. Ingin mengenal lebih dekat Mat Kelor, kata mereka. Mereka setia mengikuti tulisan serba-serbi haji yang saya tulis.

Ada banyak yang bertanya rahasia sukses Mat Kelor, dari posisi sebagai orang terpinggirkan sampai menjadi orang terpandang, dari posisi ‘zero’ sampai menjadi ‘hero,” dari orang miskin menjadi orang kaya. Dengan santai Mat Kelor berpantun: Anak ayam turun delapan// Mati satu tinggal lah tujuh// Hidup harus penuh harapan//Jadikan itu jalan yang dituju. “Kalian harus memupuk harapan, jangan putus asa.” Para tamu manggut-manggut.

Ternyata, sesederhana apapun kalimat, kalau diucapkan orang kaya, banyak orang yang terpukau dan percaya. Seindah apapun kalimat kalau diucapkan orang miskin maka hanya dianggap angin lalu, minimum dianggap sebagai copy paste atau dianggap sebagai riwayat palsu. Itulah fakta kebanyakan manusia. Nasib Mat Kelor memang lagi mujur.

Mat Kelor berkisah masa lalunya yang kelam dan melarat. Kata dia, perpaduan antara harapan, doa dan usaha adalah kuncinya. Upayakan porsi doa adalah lebih besar dari usaha, maka akan hadir keajaiban. Naik haji plus terasa tidak mungkin akan menjadi takdir Mat Kelor dan istri. Harapan, doa dan usahalah yang menjadikannya sebagai kenyataan. Diceritakanlah panjang lebar. Lalu, wajah Mat Kelor menunduk dan meneteskan air mata. Semua pengunjung terdiam.

“Ada yang belum menjadi nyata, masih menjadi harapan dan doa, puteri saya belum dapat jodoh semenjak putus dengan tunangannya 5 tahun yang lalu.” Semua kaget bagaimana mungkin ada yang berani menolak puteri Mat Kelor yang terkenal itu. Mat Kelor menjelaskan bahwa penyebabnya adalah partai. Lalu ramailah perbincangan tentang efek politik yang selalu saja mampu merusak cinta dan persahabatan. Namun ada yang bertanya-tanya apa Mat Kelor aktif di partai?

“Pak Haji Mat Kelor partai apa dan yang menolak dari partai apa? Sungguh tidak akan saya pilih dalam pemilu yang akan datang.” Mat Kelor menjawab: “Gara-gara partai besar dan partai kecil. Tapi bukan partai politik. Calon besan itu pedagang partai grosiran sementara saya waktu itu adalah pedagang partai eceran. Gara-gara itu saja.” Hahaaa, hidup partai Mat Kelor. Salam, AIM. [*]

KH AHMAD IMAM MAWARDI

INILAH MOZAIK

Makkah Madinah Mulai Ramai Jemaah Umrah

Madinah (PHU)—Kebijakan Kerajaan Arab Saudi memajukan waktu umrah selepas musim haji membuat keramaian di dua kota suci Makkah dan Madinah tetap terjaga. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, hampir tak ada waktu sela antara musim haji dan kedatangan jemaah umrah dari berbagai negara.

Di Masjid al-Haram, Makkah, kepadatan sudah nampak sejak pekan lalu. Pada Jumat (21/9), misalnya, suasana di Masjid al-Haram tak sedemikian berbeda dengan musim haji. Warga yang tiba untuk berumrah dan sisa jemaah haji berbaur.

Nampak jemaah umrah dari Asia Selatan, Turki, Malaysia, dan Indonesia memadati kawasan tawaf sejak pagi hari. Ritual mencium Hajar Aswad yang biasanya tergolong mudah pada masa-masa selepas haji tetap sukar sehubungan padatnya jemaah yang berebut.

Pelataran Masjid al-Haram juga dipenuhi jemaah yang bersantai menanti masuk waktu shalat. Wilayah pelaksanaan tawaf di sekeliling Ka’bah, juga jalur sa’i ramai dipenuhi jemaah dengan tingkat kepadatan seperti akhir-akhir musim haji.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Hery Saripuddin menuturkan, Kerajaan Saudi tahun ini memajukan masa kedatangan jemaah umrah sebulan. Biasanya mulai dibuka pada bulan Safar, saat ini tepat 1 Muharram jemaah sudah mulai tiba untuk berumrah.

“Ini untuk menggenjot devisa negara mereka,” kata Hery saat ditemui di Jeddah akhir pekan lalu.

Hal tersebut yang membuat keramaian di Tanah Suci tak punya jeda. Terlebih, Kerajaan Saudi memang menargetkan peningkatan jemaah umrah pada tahun ini guna mencapai target 30 juta jamaah umrah dan haji per tahun. Tahun depan, mereka menargetkan 8,5 juta jemaah umrah per tahun. Jumlah itu meningkat dari target tahun ini sebanyak 6,5 juta orang.

Keramaian juga masih terjadi di Masjid Nabawi, Madinah. Meski jemaah haji berangsur dipulangkan dan tinggal sebagian kecil di Madinah, keramaian Masjid Nabawi juga terjaga. Pada Ahad (24/9) hingga Senin (24/9), upaya mengunjungi wilayah Raudhah di dekat lokasi makam Rasulullah di Masjid Nabawi tetap menimbulkan antrean panjang nyaris sepanjang hari.

Hotel-hotel yang masih ditinggali jemaah Indonesia juga mulai diisi jemaah umrah dari berbagai negara. “Jadi memang tahun ini semacam tidak ada jeda. Jemaah umrahnya sudah mulai banyak,” kata Kasi Perlindungan Jemaah Daker Madinah, Maskat Ali Jasmun di Madinah.

Yang sedikit berbeda dengan musim haji, lokasi-lokasi perbelanjaan tak lagi sedemikian ramai. Beberapa toko di wilayah Daudiyah, Madinah, misalnya, nampak tutup sejak pagi hari karena sepinya pembeli. (mch/ab).

KEMENAG RI

Menag Lepas Kloter Terakhir di Bandara Madinah

Madinah (PHU) — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Selasa, (25/09) secara resmi melepas kloter akhir jemaah haji Indonesia. Sebanyak 4 ribuan dari 63 kloter embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi.

Kloter 63 JKG tersebut akan mengangkut sebanyak 381 penumpang yang terdiri dari jemaah dan lima petugas pendamping kloter. Rombongan tersebut didorong dari hotel pada tengah hari dan tiba di Bandara Madinah sekitar pukul 16.00 waktu setempat.

Di bandara, mereka mengikuti seremonial pelepasan yang langsung dipimpin Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pukul 17.00 waktu Saudi, sebelum diarahkan ke dalam bandara untuk menjalani pemeriksaan keimigrasian dan pemindaian barang bawaan, untuk selanjutnya diterbangkan ke Tanah Air pada malam hari.

Menag dalam sambutannya mengatakan, patut disyukuri pelaksanaan haji tahun ini berjalan lancar. Dia pun menyampaikan permohonan maaf dihadapan jamaah Indonesia, bila dalam pelayanan yang kurang berkenan.

“Kami hanya manusia biasa, dan semoga kedepan ini bisa menjadi landasan bagi kami petugas untuk melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan di masa yang akan datang,” ujar Menag saat melepas jemaah terakhir di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah.

Sementara, Nasihin salah seorang jamaah mengaku puas dan mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada petugas PPIH.

“Semuanya terlayani dengan baik, terutama pada saat di Armina semuanya lancar. Mudah-mudahan ke depan pelayanan pemerintah bisa ditingkatkan lagi. Semoga petugas mendapatkan ganjaran pahala dan keberkahan dari Allah,” ucap Nasihin dari JKG 63 Banten.

Seperti diketahui, jamaah Indonesia tiba di Tanah Suci pada 17 Juli lalu. Gelombang kedatangan pertama dimulai di Bandara Madinah kemudian dilanjutkan di Bandara King Abdulaziz Jeddah.

Sementara gelombang pertama pemulangan dari Bandara Jeddah dimulai pada 27 Agustus hingga 9 September lalu. Sebanyak 218 kloter yang mengangkut 88.944 penumpang dipulangkan pada gelombang pertama tersebut. Rinciannya, jamaah haji sebanyak 87.853 orang dan petugas kloter 1.091 orang.

Pada dua hari terakhir pemulangan gelombang, menurut Kepala Seksi Siskohat PPIH Arab Saudi, Nurhanuddin, masih ada 23 kloter yang tersisa. “Garuda masih 17 kloter dan Saudi Air masih 6 kloter,” kata Nurhan di Jeddah.

Informasi tersebut sesuai dengan pendataan Bagian Siskohat pukul 10.00 waktu Arab Saudi. Debarkasi yang menyisakan 1 kloter adalah Banjarmasin (BDJ), Balikpapan (BPN), Lombok (LOP), Medan (MES), Padang (PDG), dan Makassar (UPG). Sedangkan debarkasi Aceh (BTJ), Batam (BTH), Jakarta-Bekasi (JKS), dan Surabaya (SUB). Sementara debarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) tersisa 4 kloter dan Solo (SOC) menyisakan 5 kloter.

Sejak pemulangan gelombang dua dari Bandara Madinah pada 9 September lalu, telah 488 kloter kembali ke Tanah Air. Sebanyak 195.884 jamaah bersama 2.439 petugas yang menyertai jemaah sehingga total keseluruhan telah kembali 198.323 orang.(mch/ha)

Berita Kemenag RI

 

Adab Berbeda Pendapat

Perbedaan pendapat adalah sebuah keniscayaan karena manusia dianugerahi akal pikiran oleh Allah SWT. Alkisah, Rasulullah SAW menyuruh dua sahabat untuk pergi ke perkampungan bani Quraizhah. Nabi memerintahkan keduanya untuk tidak shalat Ashar kecuali telah sampai di tempat tujuan. Dalam perjalanan, waktu Ashar hampir habis, tetapi tempat tujuan masih jauh.

Keduanya lalu berbeda pendapat. Salah seorang di antara mereka me lakukan shalat Ashar sebelum habis waktunya walaupun menyalahi perin tah Rasulullah SAW yang menyuruh shalat Ashar di perkampungan bani Quraizhah. Sahabat satunya lagi melakukan shalat Ashar di tempat bani Quraizhah sesuai dengan instruksi Rasulullah SAW walaupun tidak pada waktu Ashar.

Setelah kembali dari misinya, dua orang sahabat tersebut menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perbedaan pendapat yang mereka alami. Rasulullah SAW diam pertanda membenarkan keduanya. Beliau tahu bahwa kedua sahabat ini walaupun punya perbedaan pandangan tetapi niatnya adalah ingin mengikuti perintahnya. Hal itu dibenarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Jika pada masa Nabi masih hidup saja terjadi perbedaan pendapat, maka terlebih sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Terbukti dengan kemunculan banyak firqah dan mazhab dalam khazanah pemikiran Islam. Alquran dan hadis mengajarkan kita tentang adab-adab dalam berbeda pendapat.

Dalam surah an-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman, “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang tersesat, dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk.”

Pada prinsipnya, Alquran membolehkan dialog, tetapi harus dengan cara yang baik dan beradab. Sebuah dialog tidak jarang melahirkan perbe da an pendapat. Perdebatan yang dilakukan dengan cara-cara tidak beradab akan mela hir kan debat kusir.

Hal ini diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberi kan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud, no 4.800; disahihkan an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin, no 630).

Hadis di atas berlaku bagi orang-orang yang melakukan debat kusir tan pa ilmu dan buang-buang waktu. Sayangnya, sering kita temukan fe no mena ini dalam media sosial. Terakhir, adab berbeda pendapat adalah kita mesti punya pendirian atau keyakinan, tetapi tidak boleh memutlakkan keyakinan kita.

Kita harus tetap mendengarkan pendapat yang berbeda, mengambil sisi baiknya, dan membuang yang buruk. Seperti ungkapan, “Pendapatku benar tetapi bisa jadi mengandung kesalahan, pendapatmu salah tetapi boleh jadi mengandung kebenaran.”

 

Oleh: Robby Karman

REPUBLIKA

Arti dan Makna Ulama Menurut Ketua PBNU

Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan, sebutan ulama pada orang tidak sekadar yang bersangkutan menguasai disiplin ilmu tertentu. Ulama juga mempraktikkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

“Penguasaan ilmu agama, konsisten, kredibel, dan panutan adalah kata kuncinya. Tidak semua orang yang menguasai ilmu agama layak disebut alim atau ulama,” katanya, Rabu (19/9).

Dalam perjalanan kebudayaan, kata Robikin, predikat alim atau ulama dilekatkan kepada orang yang menguasai di bidang ilmu agama dan secara sosial layak menjadi panutan masyarakat. Ia dinilai kredibel dan konsisten dalam mengamalkan ilmu agamanya.

Robikin lantas mencontohkan Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda dan ahli politik imperialis pada era kolonial yang dikenal sebagai pembelajar dan menguasai Alquran. “Kalau dasarnya hanya penguasaan ilmu, Snouck Hurgronje pun layak disebut ulama,” ujar Robikin.

Namun, lanjut dia, tak seorang pun yang menyebut Snouck Hurgronje sebagai pribadi yang alim sebagai ulama. Apalagi, menjadikannya sebagai panutan.

“Karena ia tidak mengamalkan ilmu yang dipelajarinya. Bahkan, mempelajari Alquran untuk maksud dan tujuan yang berbeda sehingga tidak menunjukkan adanya konsistensi pada dirinya,” katanya.

Hal lain yang tak kalah penting, kata Robikin, predikat alim atau ulama dalam sejarahnya tidak lahir dari rekayasa sosial, apalagi dimaksudkan demi kepentingan duniawi berupa pencitraan politik.

Selain itu, predikat alim atau ulama adalah status sosial, bukan jabatan politik atau gelar akademik produk lembaga atau forum tertentu.

“Predikat alim atau ulama secara alamiah lahir dari rahim sosial, bukan dilahirkan atas dasar kesepakatan bersama dalam suatu forum permusyawaratan,” ujar Robikin.

 

REPUBLIKA